Status gizi baik dapat terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja mencapai tingkat kesehatan optimal. Status gizi kurang merupakan kondisi tidak sehat yang ditimbulkan karena tidak tercukupinya kebutuhan makanan yang diperlukan oleh tubuh. Sedangkan zat gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat gizi yang berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi pada anaksekolahdasar. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional. Penelitian ini di lakukan di SD Al Firdaus Surakarta dengan sampel sebanyak 93 anaksekolahdasar. Sampel dipilih dengan menggunakan cara purposive sampling dengan kriteria anaksekolahdasar kelas IV, V, dan kelas VI yang dapat berkomunikasi dengan baik dan tidak ada cacat bawaan. Data dianalisis dengan program SPSS 17.0. Hasil penelitian menunjukkan umur responden paling banyak adalah umur 10 - 12 tahun sebesar 56,04 %, jenis kelamin didominasi laki-laki sebesar 59,34 %, pendidikan ayah dan ibu paling banyak adalah lulusan SMA sebesar 66,67 % dan 71,06 %. Terdapat anak yang gemuk sebesar 21,97 %. Terdapat anak yang status gizi pendek (stunting) sebesar 6,59 %.
Maka dari itu, tujuan dari perancangan ini adalah untuk mempromosikan dan meningkatkan ketertarikan masyarakat, khususnya anak-anakSekolahDasar terhadap prangko PRISMA sebagai upaya untuk mengenalkan kembali fungsi prangko sebagai media untuk surat menyurat. Dengan populernya gaya berfoto selfie di masyarakat, hal tersebut dijadikan solusi promosi oleh perancang. Dengan harapan promosi tersebut dapat mempopulerkan dan meningkatkan penjualan prangko PRISMA.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam meneliti school refusal pada anaksekolahdasar adalah untuk menggali suatu topik yang masih sedikit diketahui. Peneliti juga ingin mengetahui mengapa subjek yaitu anaksekolahdasar mengalami school refusal. Hal ini sesuai dengan pendapat Poerwandari (2001) yang menyatakan bahwa salah satu tujuan penting penelitian kualitatif adalah diperolehnya pemahaman yang menyeluruh dan utuh tentang fenomena yang diteliti, sebagian besar aspek psikologis manusia juga sangat sulit direduksi dalam bentuk elemen dan angka sehingga akan lebih ‘etis’ dan kontekstual bila diteliti dalam setting alamiah. Artinya tidak cukup mencari “what” dan “how much”, tetapi perlu juga memahaminya (“why” dan “how”) dalam konteksnya.
Alhamdulillah, kami panjatkan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Augmented Reality Edugame Jenis-Jenis Pekerjaan Sebagai Media Pembelajaran AnakSekolahDasar”.
Dari beberapa penelitian diketahui sebagian anaksekolah mengalami masalah gizi yang cukup serius. Hasil kegiatan Tinggi Badan AnakSekolah Baru Masuk (TBASS) Tahun 1998 Menunjukkan bahwa 37,8% anakSekolahdasar dan Madrasah Ibtidayah yang baru masuk sekolah menderita Kurang Energi Protein (KEP). Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) yang ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar gondok masih diderita 11,1% anaksekolahdasar dan Madrasah Ibtidayah (2002). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 1995 menunjukkan bahwa 47,3% anak usia sekolah menderita anemia gizi.
Masalah utama kesehatan gigi dan mulut yang paling banyak dijumpai adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT,2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90.05% dan ini tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Masalah tersebut menjadi perhatian yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan yang salah satunya disebabkan oleh rentannya anak usia sekolah dari gangguan kesehatan gigi. Usia sekolah merupakan masa untuk meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas dan kesehatan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia. 1-4
Di Indonesia, hingga saat ini masalah anemia merupakan salah satu dari masalah gizi utama. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007 (Depkes, 2008) prevalensi anemia pada anak usia < 14 tahun sebesar 12,8%, dari sejumlah ini 60,2% berupa anemia mikrositik hipokromik yang dapat disebabkan oleh defisiensi besi, penya- kit kronis tingkat lanjut, atau karena keracunan Pb (timbal). Sementara itu, usia tersebut merupakan usia saat terjadi pertumbuhan yang cepat. Un- tuk itu, dibutuhkan energi dan berbagai zat gizi yang dapat menunjang segala aktifitas anak. Kekurangan zat gizi tertentu yang berakibat malnutrisi atau anemia pada masa ini dapat mem- berikan efek negatif bagi anak.
Dalam hidangan orang Indonesia, sayur-mayur adalah sebagai pelengkap makanan pokok, pemberi serat dalam hidangan serta pembasah karena umumnya dimasak berkuah. Zat gizi pada sayur-mayur seperti karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin merupakan kebutuhan dasaranak, dan masalah kesulitan makan pada anak merupakan problema yang sangat sering dihadapi baik oleh para orangtua maupun para dokter atau petugas kesehatan lain. Walaupun demikian, tidak banyak literatur membahas tentang hal ini secara spesifik dan mendalam, padahal dampak dari makan bermasalah ini adalah tidak terpenuhinya kebutuhan nutrien yang dapat mengakibatkan keadaan defisiensi nutrien dan malnutrisi.
Dalam hidangan orang Indonesia, sayur-mayur adalah sebagai pelengkap makanan pokok, pemberi serat dalam hidangan serta pembasah karena umumnya dimasak berkuah. Zat gizi pada sayur-mayur seperti karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin merupakan kebutuhan dasaranak, dan masalah kesulitan makan pada anak merupakan problema yang sangat sering dihadapi baik oleh para orangtua maupun para dokter atau petugas kesehatan lain. Walaupun demikian, tidak banyak literatur membahas tentang hal ini secara spesifik dan mendalam, padahal dampak dari makan bermasalah ini adalah tidak terpenuhinya kebutuhan nutrien yang dapat mengakibatkan keadaan defisiensi nutrien dan malnutrisi.
mendapatkan hasil yang sangat minim sekali dan memiliki skor yang tinggi yaitu pada point no. 3,7,8 dan 9. Sehingga dari jawaban tersebut dapat perilaku ibu dalam menyiapkan makanan hanya mengacu pada makanan pokok saja tanpa melihat kebutuhan makan lain untuk anak misalnya menyiapkan buah, susu atau makanan pendamping lainnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dimensi antropometri dari bahasa Indonesia siswa sekolahdasar dan interlationship mereka untuk sekolah desain furniture, terutama desain bangku sekolah siswa SD. pengukuran antropometri sangat penting untuk desain ruang kerja yang benar ergonomis. Hal ini terutama berlaku untuk anak-anak shool, yang menghabiskan sebagian besar kursi dan meja, dan sebagainya yang seharusnya mampu mengadopsi pasture.of tubuh nyaman 735 siswa yang pertama untuk tahun keenam (378 laki-laki dan 357 perempuan) terlibat sebagai sampel populasi.
Sikap gizi dan keamanan pangan merupakan perasaan, keyakinan, dan kecendrungan untuk bertindak dalam pengolahan pangan jajanan yang memperhatikan kandungan gizi, serta keamanan pangan agar menghasilkan pangan jajanan yang aman. Faktor lain yang mempengaruhi sikap dan perilaku adalah kebiasaan (habits), norma sosial (social norms), dan pandangan mengenai akibat atau konsekuensi dari perilaku yang akan diambil. Kebiasaan menunjuk pada tindakan yang secara otomatis dilakukan seseorang pada suatu keadaan tertentu, tanpa atau dengan dasar pemikiran yang sangat terbatas. Norma sosial menunjuk pada adanya harapan-harapan mengenai tindakan apa yang seharusnya dilakukan seseorang, yang secara umum maupun secara khusus ada pada kelompok dimana seseorang itu berada. Apabila norma sosial lebih kuat pengaruhnya, maka individu akan bertindak sesuai dengan yang dikehendaki oleh norma sosial daripada menurut pada kehendak sikapnya. Sedangkan pandangan mengenai akibat atau konsekuensi dari perilaku yang akan menunjuk pada adanya sanksi atau penghargaan atau sikap perilaku yang dilakukan (Taryoto 1991).
k. 4. Desain bangku sekolah untuk sekolah dengan status social yang berbeda, agar diperhatikan lebar dan dalamnya bangku serta tinggi sandarannya karena dengan uji anova ternyata terdapat perbedaan yang bermakna dari variable-variabel tersebut (p <0,05 ).
Oleh karena itu, salah satu solusi mengatasi permasalahan terkait dengan pembentukan karakter anak adalah melalui pendidikan baik formal maupun nonformal. Penguatan karakter anak melalui pendidikan diharapkan mampu melahirkan masyarakat yang terdidik berakhlak mulia dan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup secara harmonis, toleran dalam kemajemukan, berwawasan kebangsaan yang demokrasi serta berwawasan global. Hal ini relevan dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 3: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Salah satu program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yaitu promosi kesehatan gigi dan mulut melalui kegiatan penyuluhan yang dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Pada anaksekolahdasar perlu usaha penyuluhan secara terus menerus tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, karena pada saat itu pertumbuhan gigi geliginya mengalami kondisi yang kritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh frekuensi penyuluhan di UKGS pada anak SD terhadap peningkatan derajat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut.
Target yang ingin dicapai dalam kegiatan ini yaitu anak-anakSekolahDasar mampu melakukan penanaman tanaman kunyit dengan baik dan maksimal dengan teknik penanaman yang baik. Selain itu, target yang ingin dicapai yaitu anak-anakSekolahDasar dapat membudidayakan dan mengolah secara optimal hasil penanaman tanaman kunyit yang telah mereka tanam, sehingga terciptanya generasi penerus penanam tanaman kunyit yang handal. Karena saat ini banyak sekali anak-anak yang tidak mengetahui teknik menanam kunyit yang baik, bahkan tanpa disadari, mereka bersikap acuh tak acuh mengenai kegunaan tanaman kunyit yang sabenarnya kaya seribu manfaat.
Lokasi usaha yang kami pilih adalah di sekitar kampus Unnes yang banyak terdapat SD dan MI dimana jumlah anak kecil lebih banyak dan juga di sekitar daerah dekat kampus yang terdapat SD juga. Selain anak-anak SD target kami juga siswa SMP yang masih suka menabung di celengan. Pemasarannya selain dengan cara menjual langsung kepada konsumen atau di titipkan ke toko-toko di sekitar kampus, kami juga memasarkannya melalui media sosial atau online.
Dina Anggraeni. 2011. Bentuk-Bentuk Hambatan Penyesuaian Sosial Awal Memasuki SekolahDasar Pada SDN Randugunting 6 Kota Tegal . Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Kesimpulan : Penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan pelaksanaan program UKS masih berjalan dengan kurang baik. Oleh karena itu diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk membantu mengembangkan dan meningkatkan kegiatan program UKS di setiap SekolahDasar dalam wilayah kerjanya.
Sekolah sehat merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional melaui Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. “ Sekolah sehat adalah sekolah yang bersih, hijau, indah dan rindang, peserta didiknya sehat dan bugar serta senantiasa berperilaku hidup bersih dan sehat ” (Depdiknas, dalam website UPTD SKB Grobogan, 2013). Dalam program ini sekolah melakukan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) melalui tiga program pokok UKS (Trias UKS). Trias UKS tersebut adalah Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, serta Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat, dengan adanya program pendidikan kesehatan integrasi program gizi untuk mewujudkan kesehatan masyarakat dapat terwujud.