Dari informasi di atas perlu dilakukan kembali penelitian pembanding tentang pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan benihikanlele, tetapi dengan spesies yang berbeda yaitu lele sangkuriang dengan kepadatan 5, 10, dan 15 ekor/ 10 liter air dan tidak menggunakan sistem resirkulasi. Hal tersebut dilakukan dengan alasan saat ini banyak pembudidaya ikanlele sangkuriang yang belum menggunakan sistem resirkulasi, Sementara itu belum diketahui secara jelas tentang padat penebaran yang baik untuk pertumbuhan benihikan sele sangkuriang. Mengingat perlu adanya sebuah informasi tentang padat penebaran yang baik untuk pertumbuhan ikanlele sangkuriang tersebut, maka Penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Padat Penebaran Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan BenihIkanLele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Di Balai BenihIkan (BBI) Kota Gorontalo”.
Analisa pengolahan citra dilakukan dengan parameter luas. Hasil analisa menunjukkan bahwa area yang diciptakan benihikanlele tiap waktu mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 10, 11, 12, dan 13. Peningkatan luasan area dari benihikanlele disebabkan oleh tingkah laku benih yang cenderung berkumpul ke tepi wadah setelah beberapa saat. Hal ini mempengaruhi hasil analisa program. Program akan mendeteksi tiap luasan area yang ditempati oleh benihikanlele. Ketika benih berada pada posisi sendiri (tidak bersinggungan dengan yang lain), program akan mendeteksi luasan yang dibentuk oleh benihikan tersebut kemudian luasan area tersebut akan diakumulasikan untuk menunjukkan luas area benih secara keseluruhan. Ketika benihikan berada pada posisi menggerombol (bersinggungan dengan benihikan yang lain), program tidak bisa memisahkan secara detil area dari tiap ikan. Program akan membaca luasan area yang dibentuk sebagai satu kesatuan sehingga celah area antar benihikan yang bersinggungan tidak terdeteksi. Hal ini menyebabkan hasil pembacaan luas area yang dibentuk oleh benihikan tersebut menjadi semakin besar. Oleh karena itu, luas area yang dibentuk benihikanlele semakin besar seiring bertambahnya waktu benih di dalam wadah tersebut.
Dalam mendirikan suatu usaha memiliki pasar sasaran untuk menjadi konsumen bagi barang maupun jasa yang dihasilkannya. Demikian juga dengan usaha budidaya pembenihan ikanlele ini, yang mana menetapkan pasar sasarannya adalah bagian dari pasar aktual atau para pengepul benihikanlele yang berada di daerah Sleman maupun para pembudidaya ikanlele milik perseorangan (konsumen benihikanlele). Namun penulis lebih memfokuskan pasar sasarannya yaitu pada tingkat pengepul dan konsumen benihikanlele. Hal ini dilakukan karena pada pasar sasaran tersebut penjualan akan lebih mudah karena dapat membeli produk yang dihasilkan dalam jumlah banyak. Sasaran pemasaran berkaitan erat dengan beberapa pertanyaan, yaitu : siapa konsumen yang dituju, berapa besar kira-kira permintaannya, apa yang menjadi motif atas permintaan produk tersebut, apakah sesuai produk yang dihasilkan dengan selera konsumen yang dituju, bagaimana kondisi sosial konsumen yang dituju, dan bagaimana daya belinya.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga Skripsi tentang Gambaran Histopatologi Kulit dan Insang BenihIkanLele (Clarias sp.) yang Terinfeksi Saprolegnia sp. dan yang Telah Diobati dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle L.) ini dapat terselesaikan. Laporan skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Laboratorium Basah Fakultas Perikanan dan Kelautan dan Laboratorium Histologi dan Patologi Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
Ikanlele merupakan ikan konsumsi air tawar yang banyak disukai oleh masyarakat karena ikan ini memiliki rasa yang gurih dan mudah dalam membudidayakannya, sehingga memiliki peluang pasar yang prospektif untuk dikembangkan. Keunggulan lain dari ikan ini adalah dalam pertumbuhannya yang cepat, rasa dagingnya yang enak, mampu bertahan dalam kondisi air yang jelek dengan kadar oksigen terlarut yang rendah dan kepadatan penebaran yang tinggi, karena mempunyai organ pernafasan tambahan (arborescent organ). Oleh karena itu untuk mengembangakan ikanlele dumbo maka banyak peneliti dan pembudidaya yang menghasilkan strain-strain baru yang unggul antara lain strain Sangkuriang, Paiton dan Thailand. Dari ketiga strain tersebut strain Sangkuriang lebih banyak diminati oleh masyarakat karena dinilai lebih memiliki keunggulan dalam pertumbuhannya dibandingkan strain lain. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan benihikanlele dumbo strain Sangkuriang, Paiton, dan Thailand, sehingga diketahui strain yang pertumbuhannya paling baik dan optimal.
Pembibitian dan Penjualan benihikanlele merupakan sektor ekonomi yang menjanjikan. Penjualan benihikanlele yang ada masih dilakukan secara manual, sehingga perbedaan penghitungan membutuhkan waktu lama. Penelitian ini bertujuan membuat alat penghitung benihikanlele otomatis berbasis mikrokontroler ATmega8 yang lebih cepat penghitunganya.
Pertumbuhan harian benihikanlele sangkuriang (Clarias gariepinus), selama 28 hari sesuai Pengaruh pemberian probiotik dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan benihikanlele sangkuriang (Clarias gariepinus). Menunjukkan pertumbuhan rata – rata pertumbuhan harian yang berbeda, dapat di lihat pada Tabel 1. Pertumbuhan harian panjang benihikanlele sangkuriang (Clarias gariepinus) tertinggi pada perlakuan B (Dosis Probiotik 1.0 ml) sebesar 0.1 cm, dilanjutkan dengan perlakuan A (Dosis Probiotik 0.5 ml) sebesar 0.09 cm, selanjutya yang terendah perlakuan C (Dosis 1.5 ml) yakni 0.07 cm. Sedangkan laju pertumbuhan berat harian benihikanlele sangkuriang (Clarias gariepinus) tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan B (Dosis Probiotik 1.0 ml) sebesar 0.09 gram, selanjutnya perlakuan A (Dosis Proboitik 0.5 ml) sebesar 0.08 gram dan perlakuan C (Dosis Probiotik 1.5 ml) yakni 0.07 gram. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pemberian pakan yang terlalu tinggi akan menyebabkan air sebagai media hidup benihikanlele sangkuriang (Clarias gariepinus) menjadi kotor. Sehingga benihikan yang dipelihara pertumbuhan panjang dan berat tidak optimal.
2.1. Waktu dan Tempat Penelitian Proses penelitian dan perancangan alat dengan judul “Penghitung benihikanlele otomatis berbasis mikrokontroler atmega8” dilakukan oleh penulis dalam waktu sekitar 4 bulan sejak pembuatan proposal, perancangan mekanik dibuat pada bulan pertama , perancangan elektronik dibuat pada bulan kedua hingga bulan ketiga, pemrograman dibuat mulai bulan kedua hingga bulan ketiga selama proses pembuatan mekanik dan elektronik, pengujian alat dilakukan pada bulan keempat, pembuatan laporan dan analisa dilakukan pada bulan keempat.
Ikanlele merupakan ikan konsumsi air tawar yang banyak disukai oleh masyarakat karena ikan ini memiliki rasa yang gurih dan mudah dalam membudidayakannya, sehingga memiliki peluang pasar yang prospektif untuk dikembangkan. Keunggulan lain dari ikan ini adalah dalam pertumbuhannya yang cepat, rasa dagingnya yang enak, mampu bertahan dalam kondisi air yang jelek dengan kadar oksigen terlarut yang rendah dan kepadatan penebaran yang tinggi, karena mempunyai organ pernafasan tambahan (arborescent organ). Oleh karena itu untuk mengembangakan ikanlele dumbo maka banyak peneliti dan pembudidaya yang menghasilkan strain-strain baru yang unggul antara lain strain Sangkuriang, Paiton dan Thailand. Dari ketiga strain tersebut strain Sangkuriang lebih banyak diminati oleh masyarakat karena dinilai lebih memiliki keunggulan dalam pertumbuhannya dibandingkan strain lain. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan benihikanlele dumbo strain Sangkuriang, Paiton, dan Thailand, sehingga diketahui strain yang pertumbuhannya paling baik dan optimal.
Petani ikan dalam menentukan jumlah benihikan menggunakan cara manual yaitu ikan bersama air ditentukan takaran terlebih dahulu menggunakan timbangan misal 0,01 kilogram akan berisi berapa jumlah benihikan dengan menghitung benihikan secara manual. Dari Jumlah yang diperoleh akan dilakukan hal yang sama untuk setiap kelipatan jumlah benihikan. Kondisi ini dapat disimpulkan bahwa petani ikan melakukan proses penghitungan jumlah benihikan secara tidak efisien. Hal ini disebabkan karena pengamatan mengguakan indra mata pada benihikan sangat dipengaruhi oleh tingkat ketelitian seseorang dan besar kemungkinan hasil hitung ikan terjadi kesalahan. Akurasi hasil penghitungan ikan yang dilakukan oleh Widagdo Purbowaskito (2014) yaitu menghitung ikan ukuran besar menggunakan pipa berdiameter 1,8 cm atau 3/4 inci dan mempunyai akurasi hasil penghitungan ikan yaitu 91.2% atau mempunyai deviasi (penyimpangan) yaitu 8,8% dari jumlah semestinya.
Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran ikanlele di pasar, memberikan keuntungan bagi para petani khususnya di kelompok tani LPPMPU. Dengan demikian, pasar dapat menyerap seluruh jumlah produksi ikanlele yang dipanen oleh kelompok tani LPPMPU. Untuk memenuhi permintaan pasar yang besar perlu didukung adanya ketersediaan benihikanlele. Untuk permintaan pasar tersebut perlu adanya perbaikan usaha yang dapat dilakukan oleh petani ikan di Kecamatan Babelan dengan mengikuti pelatihan dan penyuluhan yang diberikan oleh UPTD Perikanan Kecamatan Babelan, sehingga para petani yang melakukan kegiatan usaha budidaya ikanlele memiliki keterampilan dan kemampuan untuk menjalankan usahanya dan mampu memproduksi benihikanlele yang berkualitas. Perbaikan yang dibutuhkan pasar saat ini adalah bagaimana tersedianya benihikanlele secara kontinyu dan berkualitas baik. Harga ikanlele untuk konsumsi yang dibeli oleh pedagang pengumpul sebesar Rp 10.000,00 per kilogram (9-10 ekor per kilogram), sedangkan harga pada pedagang di pasar mencapai 15.000 per kilogram. Dari gambaran di atas peluang usaha budidaya ikanlele masih terbuka lebar dan pasar masih sangat luas.
Dalam uji coba yang dilakukan,komoditas ikan yang digunakan adalah benihikanlele, hal tersebut dikarenakan ikanlele membutuhkan pakan dengan kandungan protein yang tinggi, sehingga akan berdampak pada tingginya bahan organik yang dihasilkan baik dalam media air maupun buangan limbah yang akan dikeluarkan, oleh sebab itu, penelitian ini melakukan teknologi biofloksebagai suatu sistem pengelolaan buangan limbah budidaya benihikanlele, dengan menilai efektivitas B. megaterium (merupakan koleksi dari isolasi murni sedimen mangrove tercemar minyak bumi (Syakti et al. (2013)), dan beberapa produk bakteri komersil antara lain, Probiotik 165; Konsorsium SP dan Kayajaga (terdiri dari beberapa jenis bakeri yang terkandung dalam kemasan) serta tanpa sistem bioflok sebagai pembanding.
Faktor yang utama dalam penelitian ini yaitu berupa nutrisi yang berasal dari pemberian pakan cacing sutra. Pakan cacing sutra yang banyak mengandung protein dan karbohidrat serta lemak yang cukup akan memberikan pengaruh pertumbuhan pada benihikanlele sangkuriang dalam penelitian ini karena sumber protein untuk pertumbuhan tidak berkurang untuk menutupi kekurangan nutrisi lain. Berdasarkan analisis hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa benihikanlele sangkuriang (Clarias sp) yang diberi pakan cacing sutra lebih baik pertumbuhannya daripada pemberian pakan pelet. Hal tersebut diperkuat dengan uji hipotesis yang menunjukkan F hit >F daf (pada taraf signifikasi 5%).
Kegiatan menyiapkan kolam selama magang dilakukan pada hari ke-4, 5, 10, 11, 16, dan hari ke-17. Untuk pemijahan induk ikanLele Sangkuriang, kolam yang digunakan adalah jenis kolam dasar batu dan tanggul batu, agar memudahkan dalam pemindahan benihikanLele yang masih kecil ke kolam pendederan, selain itu untuk menghindari kebocoran tembok karena kebiasaan ikanLele yang suka membuat lubang untuk sarangnya, supaya pemijahan ikanLele berhasil, sebelum memindahkan induk ikanLele ke kolam pemijahan, kolam terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa makanan ikan pemijahan sebelumnya yang mengandung amoniak yang dapat mengganggu proses pemijahan. Namun, pembersihan kolam
Perlakuan pemberian pakan (pellet) pada saat hari pertama penebaran benih, ikanlele tidak diberi pakan selama 24 jam kemudian setelah 24 jam benihikanlele diberi pakan sesui ukuran lebar mulut ikan yaitu dengan mengunakan pakan berukuran kecil yang mampu ditelan oleh ikanlele (Pf. 1000) dengan kadar protein 39-41%. Pemberian pakan dilakukan tiga kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan sore hari, perlakuan pemberian pakan pellet (Pf. 1000), sampai ikanlele mampu memakan pakan dengan ukuran yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan Prihartono dkk (2007), menyatakan pemberian pakan dimulai sejak hari kedua setelah benih ditebar. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan 3 kali sehari yaitu pagi pukul 09.00, sore sekitar pukul 17.00-18.00, dan malam sekitar pukul 20.00-22.00. pakan ikanlele dumbo berupa pakan alami yang paling baik dari jenis zooplankton dan pakan tambahan berupa pellet yang mengandung protein diatas 20%.
Semarang, 1 November 2014 180 2010, Hoel, et al., 1998; Randangan, et al., 2012). Vibrio harveyi sebagai causative vibriosis pernah dilaporkan pada berbagai ikan budidaya (Austin dan Austin, 2007; Sarjito, et al., 2009; Randangan, et al., 2012). Caustive agent in pernah pula dilaporkan pada udang (Sarjito, et al., 2012; Tatsuya, et al., 2006) dan ikanlele (Sarjito, et al., 2014). Vibrio vulnificus sering ditemukan pada berbagai ekosistem perairan dan paling banyak ditemukan pada organisme yang hidup di salinitas rendah (Kaysner, et al., 1987; Lersen, et al., 1997). Cusative agent ini juga telah diketemukan pada sea cat fish , Arius felis, (De Paola, et al., 1993); ikan kerapu (Sarjito, et al., 2007); udang galah (Mishra, et al., 2010), sidat dan rainbow trout (Scharperlaus, 199; Tanrikul, 2007). V. vulnificus, menurut Austin dan Austin (2007) merupakan causative agent vibriosis pada ikan dan udang yang dibudidayakan di air payau dan laut. V.logei diisolasi oleh Austin (2011) dari ikan sakit. V. furnishi ditemukan sebagai causative agent vibriosis pada ikan (Austin dan Austin 2007). Insidensi Vibrio sp. telah dilaporkan pada ikan air tawar (Noorlis, et al., 2011).
dua hari tanpa inang. Parasit ini berukuran ± 50nm, berbentuk bundar dengan sisi lateral berbentuk lonceng, memiliki cincin dentikel sebagai alat penempel dan memiliki silia di sekeliling tubuhnya. Ikan yang terinfeksi mengalami iritasi pada kulit, produksi lendir berlebih, insang pucat, megap-megap sehingga ikan sering menggantung di permukaan air atau di pinggir kolam, nafsu makan menurun, gerakan ikan lemah, sirip ekor rusak dan berawama kemerahan akibat pembuluh darah kapiler pada sirip pecah. Diagnosa penyakit dilakukan dengan membuat preparat basah dari lendir dan insang ikan yang terinfeksi, pengamatan di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10x (Rukyani et al. 1991). Klasifikasi Trichodina sp. menurut Kabata (1985) adalah:
I kan lele memang sangat menguntungkan bagi sektor perekonomian bangsa ini. Selain karena mudah dikelola, ikanlele sangat mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Karena kita tahu, dewasa ini cuaca sangat sulit untu diprediksi, terkadang kita memprediksi panas, namun nyata hujan lebat. Itulah keunggulan ikanlele, meskipun dia berada di dataran rendah yang notabennya panas, ketika tiba-tiba diguyur hujan seharian, dia tidak akan mati meskipun kondisi air berubah. Beda halnya jika itu terjadi pada ikan yang rawan stress seperti gurame. Ketika keadaan sekitarnya tiba-tiba berubah drastis, dia akan mengalami stress meskipun terkadang ikan gurame dapat mengatasi hal-hal tersebut. Selain itu, ikanlele juga sudah menyumbang sedikit untuk pendapatan daerah yang berpotensi nasional, dalam artikel/jurnal ETD UGM menjelaskan bahwa hasil produksi ikanlele pada tahun 2011 mencapai 51.994,50 kg . Jika saat itu harga lele masih sekitar 16.500/kg maka jumlah pendapatan daerah dari ikanlele mencapai (kurang lebih) Rp858.000.000,00 jumlah yang sangat banyak bagi pendapatan nasional, itu belum harga konsumen, apa lagi jika kita kalikan dengan harga konsumen mungkin bisa saja menembus angka 1 triliun rupiah.
memiliki kepala dengan bagian seperti tulang mengeras di bagian atasnya. Mata ikanlele berukuran kecil dengan mulut di ujung moncong berukuran cukup lebar. Dari daerah sekitar mulut menyembul empat pasang barbel (sungut peraba) yang berfungsi sebagai sensor untuk mengenali lingkungan dan mangsa. Lele memiliki alat pernapasan tambahan yang dinamakan Arborescent. Arborescent ini merupakan organ pernapasan yang berasal dari busur insang yang telah termodifikasi. Pada kedua sirip dada lele terdapat sepasang duri (patil), berupa tulang berbentuk duri yang tajam. Pada beberapa spesies ikanlele, duri-duri patil ini mengandung racun ringan. Hampir semua species lele hidup di perairan tawar (Witjaksono, 2009).
kontrol. Hasil pengamatan pada penelitian juga diketahui bahwa ukuran mangsa (benihikanlele transgenik F3 dan benihikanlele non-transgenik) dengan ukuran predator juga menunjukkan adanya hubungan. Hal ini juga dinyatakan oleh Keeley dan Grant (1997) bahwa pertambahan ukuran tubuh suatu individu akan diikuti oleh peningkatan ukuran mulut. Predator pada kisaran tertentu akan memilih ukuran mangsa tertentu pula untuk memaksimalkan pendapatan energi per satuan waktu. Ukuran mangsa diharapkan akan meningkat sejalan dengan peningkatan ukuran tubuh pemangsa. Selain ukuran mangsa, kelimpahan makanan juga berpengaruh terhadap pemangsaan oleh predator. Apabila kelimpahan makanan menurun, maka tingkat pemangsaan akan meningkat. Melard dkk., (1996) menyatakan bahwa sifat kanibalisme dari suatu organisme akan menurun pada kepadatan stok ikan yang lebih rendah.