Hasil pengujian normalitas tes kemampuan berpikirkreatifmatematik, kedua kelas berasal dari populasi berdistribusi normal, dan hasil pengujian homogenitas menunjukan bahwa hasil tes kedua kelas homogen. Berdasarkan hasil perhitungan uji kesamaan dua rata-rata (Uji-t) bahwa skor posttest berpikirkreatifmatematik siswa memiliki nilai t hitung 2,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Untuk keperluan uji beda dua rata-rata, maka nilai Sig. (2-tailed) tersebut harus dibagi dua terlebih dulu kemudian dibandingkan dengan nilai α = 0,05. Hasil perbandingan menunjukkan, ternyata dengan signifikansi yang diperoleh 0,000 yang dibagi 2 hasilnya kurang dari 0,05. Dengan demikian Ho ditolak. Hal ini berarti kemampuan berpikirkreatifmatematik peserta didik dengan menggunakan model discovery learning lebih baik daripada model pembelajaran langsung. Dengan demikian, terdapat kontribusi positif penggunaan model discovery learning terhadap kemampuan berpikirkreatifmatematik peserta didik.
Dosen membaca atau mempelajari nilai budaya dan materi yang akan diajarkan dari berbagai sumber. Dosen mencari permasalahan kontekstual yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Berdasarkan masalah tersebut dosen mengembangkan bahan ajar yang memenuhi tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yaitu: Konstruktivisme (constructivism), penemuan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian yang sebenarnya (authentic assesment). Pembelajaran kontekstual menurut Jhonshon (Hafiziani, 2006, hlm. 18) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu proses pembelajaran yang bertujuan membantu para siswa memahami materi pelajaran yang diberikan, dengan membuat koneksi materi akademiknya dengan konteks dalam kehidupan nyata. Di mana konteks yang dimaksud yaitu berkaitan dengan kehidupan pribadi, sosial dan lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Sehingga pembelajaran diduga dapat mengembangkan kemampuan dan disposisi pemodelan serta berpikirkreatifmatematik mahasiswa. Pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika memerlukan waktu yang lama, dosen dituntut memiliki penguasaan mengenai nilai-nilai budaya Sunda dan mampu mengaitkan dengan materi matematika yang diajarkan.
Kontrol…………………………………………………………. 162 Tabel 4.15 Uji Anova Skor Rerata untuk Disposisi Pemodelan Matematik pada Kelas Eksperimen I, Kelas Eksperime n II, dan Kelas Kontrol… 163 Tabel 4.16 Uji Scheffe Skor Rerata untuk Disposisi Pemodelan Matematik pada Kelas Eksperimen I, Kelas Eksperimen II, dan Kelas Kontrol… 16 4 Tabel 4.17 Disposisi BerpikirKreatifMatematik Berdasarkan Model
Menurut Elaine B. Johnson berpikirkreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memerhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. 10 Hal ini berarti untuk mengembangkan kemampuan berpikirkreatif siswa, diperlukan latihan secara terus-menerus dan ketekunan. Utami Munandar menjelaskan bahwa berpikirkreatif atau berpikir divergen adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragam jawaban. 11
6. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan Tingkat Kemampuan Awal Siswa (TKAS) dalam meningkatkan kemampuan berpikirkreatifmatematik siswa. Berarti secara bersamaan faktor pendekatan pembelajaran dan TKAS tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikirkreatifmatematik siswa.
Uji Perbedaan Dua Rerata Data Pretes Kemampuan Berpikir Kritis Matematik --------------------------------------- Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematik ---------------------------------------------------------- Uji Homogenitas Varians Data Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematik -------------------------------------------------- Uji Perbedaan Dua Rerata Data Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematik -------------------------------------------------- Rerata Pretes, Postes, dan Gain Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Berdasarkan Kemampuan Awal Siswa --- Hasil Uji Homogenitas Gain Berpikir Kritis Matematik Kelas Eksperimen Berdasarkan Kemampuan Awal Siswa -- Hasil Uji ANOVA ------------------------------------------------ Hasil Uji Perbandingan Rerata Berpikir Kritis Matematik Kelas Eksperimen Berdasarkan Kemampuan Awal ---------- Hasil Uji Homogenitas Gain Berpikir Kritis Matematik Kelas Kontrol Berdasarkan Kemampuan Awal Siswa ------- Hasil Uji ANOVA ------------------------------------------------ Hasil Uji Perbandingan Rerata Berpikir Kritis Matematik Kelas Kontrol Berdasarkan Kemampuan Awal --------------- Rekapitulasi Hasil Pretes Kemampuan BerpikirKreatifMatematik ---------------------------------------------------------- Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan BerpikirKreatifMatematik ---------------------------------------------------------- Hasil Uji Homogenitas Varians Data Tes Awal Kemampuan BerpikirKreatifMatematik ---------------------- Hasil Uji Perbandingan Dua Rerata Data Pretes Kemampuan BerpikirKreatifMatematik ---------------------- Uji Normalitas Data Postes Kemampuan BerpikirKreatifMatematik ----------------------------------------------------------
PBL berbantuan media pembelajaran Pohon Matematika tidak lepas dari konsep dasar di atas sehingga diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikirkreatifmatematik peserta didik. Pengembangan kemampuan berpikirkreatif yang diiringi dengan capaian ketuntasan minimal pada aspek kemampuan intelektual serta sikap yang dimiliki dan aktivitas yang ditampakkan peserta didik menjadi fokus bahasan yang diteliti dalam penelitian ini. Hal ini selaras dengan tujuan belajar pada sisi kognitif yang harus tetap memperhatikan sisi afektif dan psikomotorik peserta didik sehingga dapat membawa perubahan (dalam arti behavorial change, baik aktual maupun potensial) serta dari usaha yang dilakukan didapatkan keterampilan, nilai sikap dan pengetahuan baru. Media pembelajaran Pohon Matematika yang digunakan dalam pembelajaran selaras dengan yang diungkapkan Pehkonen dalam Siswono (2011) bahwa kreativitas matematika mengarahkan kombinasi logika dan berpikir divergen yang berdasarkan pada intuisi yang jelas dan sadar tujuan yang akan dicapai.
12. Disposisi berpikirkreatifmatematik antara mahasiswa kelompok Sunda yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan PKBE DDR lebih baik secara signifikan daripada PKV, namun tidak dengan PKBE Non-DDR. Disposisi berpikirkreatifmatematik antara mahasiswa kelompok Non-Sunda yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan PKBE tidak lebih baik secara signifikan daripada PKBE Non-DDR dan PKV.
Secara singkat berpikirkreatif dapat dikatakan sebagai pola berpikir yang didasarkan pada suatu cara yang mendorong kita untuk menghasilkan produk yang kreatif.Masih banyak definisi yang berkaitan dengan kreativitas, namun pada intinya ada persamaan antara definisi-definisi tersebut, yaitu kemampuan berpikirkreatif merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya.Sesuatu yang baru disini tidak harus berupa hasil/ciptaan yang benarbenar baru walaupun hasil akhirnya mungkin akan tampak sebagai sesuatu yang baru, tetapi dapat berupa hasil penggabungan dua atau lebih konsep- konsep yang sudah ada.
a) Jika data normal, uji normalitas data dengan menggunakan Shapiro-Wilk dengan kriteria jika nilai Sig (p) > α , maka sebaran berdistribusi normal. Jika datanya normal selanjutnya uji homogenitas. Untuk menguji homogenitas varians menggunakan uji Levence dengan kriteria jika nilai Sig (p) > α , sehingga disimpulkan data berasal dari populasi yang varians sama. Jika data homogen, maka statistik yang akan digunakan untuk menguji perbedaan kemampuan berpikirkreatif dan disposisi matematik dari masing-masing level siswa digunakan Analysis of Variance (ANOVA) dua jalur dengan desain faktorial 3 2 , terdiri tiga level kompetensi matematik (tinggi, sedang dan rendah) dan dua metode (Ruseffendi, 1993: 431). Dengan ANOVA dua jalur untuk mengetahui pengaruh faktor pembelajaran terhadap kemampuan berpikirkreatifmatematik dan disposisi matematik. Uji-t dilakukan untuk menguji apakah pada masing-masing kelompok tingkat kompetensi matematik, siswa kelompok tinggi atau sedang memiliki kemampuan berpikirkreatif dan disposisi matematik lebih baik dari kelompok rendah. Selanjutnya dilakukan uji asosiasi dengan menggunakan uji Spearman's rho untuk mengetahui asosiasi antara kemampuan berpikirkreatifmatematik dengan disposisi matematik.
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan disain kelompok kontrol tidak ekivalen karena tidak adanya pengacakan dalam menentukan subjek penelitian. Peneliti tidak membentuk kelas baru berdasarkan pemilihan sampel secara acak. Subjek sampel diambil dua kelas dari kelas VII siswa MTs Negeri Cikembar Kabupaten Sukabumi, satu kelas sebagai kelas eksperimen dengan pembelajaran generatif dan satu kelas sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan adalah tes dan non tes. Hasil studi penelitian ini adalah: 1) peningkatan kemampuan berpikirkreatif siswa yang mengikuti pembelajaran generatif lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran matematika secara konvensional ditinjau dari pencapaian hasil belajar dan peningkatan kemampuan berpikirkreatif. Kemampuan berpikirkreatif kelas eksperimen termasuk pada kategori sedang sedangkan kelas kontrol termasuk kategori rendah.2) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikirkreatifmatematik antara siswa kemampuan tinggi, sedang, dan rendah yang mendapat pembelajaran generatif, 3) disposisi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran matematika melalui pembelajaran generatif lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran matematika secara konvensional, disposisi matematik siswa pada kelas eksperimen termasuk pada kategori sedang, sedangkan pada kelas kontrol disposisi matematik termasuk pada kategori rendah. 4) terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kemampuan awal siswa dalam menghasilkan kemampuan berpikirkreatif. 5) terdapat asosiasi antara kemampuan berpikirkreatifmatematik dengan disposisi matematik, kategori asosiasinya tinggi.
Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Dengan belajar matematika siswa dapat berlatih menggunakan pikirannya secara logis, analitis, sitematis, kritis dan kreatif serta memiliki kemampuan bekerjasama dalam menghadapi berbagai masalah serta mampu memanfaatkan informasi yang diterimanya. Untuk mengembangkan kompetensi tersebut, di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sekarang diberlakukan, disusun standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai landasan pembelajaran matematika.
Hasil pengujian normalitas dan homogenitas data pretes menunjukkan bahwa data pretes kemampuan awal berpikirkreatif matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan variansi kedua kelas juga homogen, sehingga uji statistik yang akan digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata kedua sampel adalah uji parametrik yaitu uji-t dua pihak. Adapun kriteria pengujiannya pada taraf signifikan 0,05 adalah terima H0 jika s ig. ≥ 0,05. Maka dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut.
Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dan kelompok latar belakang pendidikan terhadap kemampuan dan disposisi pemodelan dan berpikirkreatifmatematik. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kelompok asal budaya terhadap kemampuan pemodelan dan berpikirkreatifmatematik, tidak terdapat interaksi untuk disposisinya.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai peraturan perundang-undang yang berlaku (Sisdiknas, 2008:7). Dalam Undang- undang juga dikatakan bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminan. Demi mendukung terwujudnya program di atas, kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dapat dilihat dari perubahan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat terutama para pendidik dalam mencurahkan sebagian besar tenaga, dana dan pikirannya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Upaya kreatif yang dilakukan pemerintah, masyarakat dan para pendidik dalam rangka menyiapkan generasi bangsa yang bermutu salah satunya, dengan melakukan perubahan kurikulum, perubahan teknik pengajaran yang disesuaikan dengan fasilitas yang memadai dan penyelenggaraan kerja sama antara lembaga pendidikan dengan lembaga lain.
Penyusunan tes diawali dengan penyusunan kisi-kisi tes berpikir kritis dan berpikirkreatifmatematik kemudian dilanjutkan dengan menyusun soal beserta kunci jawaban (Lampiran B dan C). Seperangkat tes kemampuan berpikir kritis dan kreatifmatematik yang disusun sendiri oleh penulis dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing guna mengetahui bahwa tes yang digunakan sudah baik. Tes tersebut merupakan tes bentuk uraian yang terlebih dahulu diujicobakan pada salah satu SMU di Kota Cimahi untuk melihat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya. Adapun cara perhitungannya dilakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2007.
Dari persiapan yang telah dilaksanakan diperoleh bahan ajar pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika yang tersusun dalam lembar kerja mahasiswa (LKM). LKM I dengan materi penyajian data statistika, terdiri dari problema budaya dalam bidang pertanian, kemudian disajikan nilai budaya Sunda Gunung teu meunang di lebur, sagara teu meunang di ruksak, buyut teu meunang dirempak ( gunung tidak boleh dihancurkan, laut tidak boleh dirusak dan sejarah tidak boleh dilupakan harus sesuai dengan alam) sebagai acuan mahasiswa dalam mengaitkan makna kontekstual berupa banyaknya masyarakat yang memilih pertanian kimia/anorganik daripada pertanian organik padahal melalui pemodelan dan berpikirkreatifmatematik diperoleh makna bahwa pertanian organik lebih baik dan memberikan nilai positif bagi manusia dan alam.
Menurut Ennis (dalam Hassoubah, 2004), berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut :
Kelemahan lain yang ditemukan adalah lemahnya siswa dalam menganalisis soal, memonitor proses penyelesaian, dan mengevaluasi hasilnya, kurang nampak pada diri siswa. Jenis pendekatan yang digunakan siswa antara lain: melihat soal secara sepintas, memutuskan dengan cepat kalkulasi apa yang digunakan untuk memanfaatkan bilangan yang diberikan pada soal, kemudian meneruskan perhitungan tanpa mempertimbangkan alternatif lainnya, sehingga belum ada kemajuan yang ditunjukkan pada hasil pekerjaannya (Corte et al, 1996; Greer, 1992; dalam Arifin, 2008). Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa siswa belum mampu menggunakan strategi heuristic dalam menyelesaikan soal aplikasi matematik.
Dalam penelitiannya Ansari (2003) mengungkapkan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa meningkat tetapi tidak signifikan karena siswa mengalami hambatan ketika berhadapan dengan materi dimensi tiga yang objek-objeknya lebih abstrak. Siswa menghadapi kesulitan saat berhadapan dengan masalah-masalah matematika yang memerlukan gambar untuk membantu menyelesaikannya. Beberapa siswa mungkin akan menggambarkan sesuatu tetapi terkadang gambar yang dihasilkan tidak mewakili apa yang dimaksud dalam masalah-masalah tersebut.