Pada tabel 4.6 di halaman sebelumnya dapat kita lihat besarnya nilai koefisien determinasi (R 2 ) yang dikenal dengan istilah R Square adjusted menunjukkan nilai 0.9787. Dengan koefisien determinasi sebesar 0.9787 dan bergradien positif dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa nilai arus kas bebas dan pembagian dividen secara keseluruhan memainkan peranan sebesar 97.87% terdapat variasi faktor-faktor dalam penentuan nilaipemegangsaham sedangkan sisanya ditentukan oleh faktor-faktor penentu lainnya yang diharapkan dapat dijadikan objek penelitian bagi para peneliti dimasa mendatang yang dalam penelitian ini dianggap konstan (cateris paribus).
Menurut Modigliani dan Miller (MM) dalam (Sartono, 2001), mereka berpendapat bahwa bagaimanapun kebijakan dividen itu memang tidak mempengaruhi harga saham maupun kemakmuran pemegangsaham. Lebih lanjut MM berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dan asset perusahaan. Dengan demikian nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM menyatakan bahwa dividen tidak relevan berdasarkan asumsi-asumsi di bawah ini:
Nilai perusahaan ditentukan oleh nilai modal sendiri dan nilai utang. Sementara itu jika diperhatikan model harga saham untuk satu perusahaan yang mengalami pertumbuhan konstan menunjukkan bahwa pembayaran dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan nilaisaham. Kemudian meningkatnya harga saham berarti meningkatnya nilai perusahaan. Namun pembayaran dividen yang semakin besar juga akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk investasi sehingga justru akan menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan dan selanjutnya akan menurunkan nilaisaham. Dengan demikian penundaan pembayaran dividen kepada pemegangsaham untuk keperluan investasi yang menguntungkan (apabila return lebih besar dari biaya modal) akan menaikkan harga saham (pada pasar modal yang sempurna). Pada pasar modal yang tidak sempurna, pembayaran dividen untuk menaikkan nilaisaham akan sangat merugikan karena harus membayar biaya fluktuasi.
Dividen merupakan pembayaran dari perusahaan kepada para pemegangsaham atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegangsaham dan besarnya saldo laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan (Sutrisno, 2001). Dalam banyak hal, dividen sering diperlakukan sebagai pertimbangan terakhir setelah pertimbangan investasi dan pertimbangan pembiayaan lainnya, sehingga timbul the residual value theory of dividend. Disamping itu, ada juga yang mempertimbangkan pembagian dividen kas untuk mengurangi masalah keagenan.
Pada umumnya pemegangsaham menyerahkan kepada para profesional untuk mengelola perusahaan yang disebut sebagai manajerial. Manajer yang dipilih oleh pemegangsaham untuk mengelola perusahaan baik dalam hal meningkatkan nilai perusahaan maupun dalam hal menentukan dividen. Namun, pihak manajer perusahaan sering mempunyai tujuan lain yang bertentangan dengan tujuan utama sehingga timbul konflik kepentingan antara manajer dan pemegangsaham. Konflik yang terjadi karena perbedaan kepentingan antara para pemegangsaham dan manajer ini disebut dengan agency conflict (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Putra ,2013).
Objek pada penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam kategori Indonesia’s Best Wealth Creators. Indonesia’s Best Wealth Creators merupakan riset yang dilakukan atas kerjasama majalah SWA dan Stern Value Management untuk merekomendasikan saham-saham potensial untuk investasi jangka panjang, riset ini menggunakan metode WAI (Wealth Added Index) untuk mengukur kekayaan (wealth) yang diciptakan oleh perusahaan untuk pemegang sahamnya. Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam kategori ini merupakan perusahaan yang tidak hanya profitable tetapi juga mampu meningkatkan kekayaan investornya, sehingga saham-saham yang masuk dalam daftar pemeringkatan SWA tersebut dapat menjadi pilihan para pelaku pasar. Oleh karena itu, penulis tertarik mengambil perusahaan yang terdaftar dalam Indonesia’s Best Wealth Creators sebagai sampel guna untuk mengetahui apakah perusahaan yang telah diakui sebagai perusahaan yang profitable dan dapat menambah kekayaan para pemegang sahamnya mencerminkan nilai perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Kebijakan dividen dalam penelitian ini akan diukur melalui Dividend Payout Ratio (DPR). Dividend Payout Ratio adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan yang akan dibagikan kepada para pemegangsaham dan yang akan diinvestasikan kembali (reinvestment) atau ditahan (retained) di dalam perusahaan. Dari pengertian tersebut, dividend payout ratio didasarkan pada rentang pertimbangan antara kepentingan pemegangsaham disatu sisi, dan kepentingan perusahaan disisi yang lain. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen.
Ada berbagai macam jenis dividen namun dua jenis dividen yang paling banyak digunakan adalah dividen tunai dan dividensaham. Dividen tunai merupakan pembagian uang tunai secara pro rata kepada pemegangsaham. Mayoritas perusahaan membagikan dividen bagi para pemegangsaham dalam bentuk uang tunai. Jika dividen tunai dibayarkan dalam bentuk tunai, dividensaham dibayarkan dalam bentuk saham. Pembagian dividensaham ini bertujuan bila perusahaan kekurangan likuiditas (kas). Pembagian dividen jenis stok biasanya diberikan secara merata bagi semua pemegangsaham. Pembagian dividensaham sesungguhnya tidak menyebabkan kekayaan perusahaan berkurang. Nilai aset bersih perusahaan, tetap seperti sebelum pembagian dividen, demikian juga dengan komposisi kepemilikannya.
Diharapkan dapat menambah referensi dalam melakukan praktik nilaipemegangsaham untuk meningkatkatkan kinerja perusahaanyang diwujudkan dalam bentuk return yang tinggi melalui dividen, harga saham, atau laba ditahan untuk diinvestasikan di masa depan, khususnya perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Seorang manajer dalam perusahaan diberi kepercayaan oleh para pemegangsaham untuk mengelola dan menjalankan perusahaan. Manajer perusahaan memegang peranan penting dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan utama perusahaan dalam hal pencarian dana dan bagaimana memanfaatkan dana tersebut (Wahidahwati, 2002 dalam Yeniatie dan Destriana, 2010). Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut harus sesuai dengan tujuan utama perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau pemegangsaham (Bringham dan Gapenski, 1996 dalam Yeniatie dan Destriana, 2010).
Peningkatan nilai perusahaan ini dapat tercapai apabila terdapat kerjasama antara manajemen perusahaan dan pihak lain yang meliputi shareholder dan stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan keuangan dengan tujuan memaksimumkan modal kerja yang dimiliki. Apabila tindakan manajer dengan pihak lain tersebut berjalan sesuai, maka masalah diantara kedua belah pihak tersebut tidak akan terjadi. Dalam kenyataannya penyatuan kepentingan kedua pihak tersebut seringkali menimbulkan masalah. Adanya masalah diantara manajer dan pemegangsaham disebut masalah agensi (agency problem). Untuk itu diperlukan sebuah kontrol dari pihak luar dimana peran monitoring dan pengawasan yang baik akan mengarahkan tujuan sebagaimana mestinya (Pujiati dan Winandar, 2009).
bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Penelitian yang mengamati dampak dari pengumuman informasi terhadap harga sekuritas disebut dengan event study (Tandelilin, 2001). Penelitian event study umumnya berkaitan dengan seberapa cepat suatu informasi yang masuk ke pasar dapat tercermin pada harga saham. Penelitian Peterson (1989), menyatakan bahwa event study adalah suatu pengamatan mengenai pergerakan harga saham di pasar modal untuk mengetahui apakah terdapat abnormal return yang diperoleh pemegangsaham akibat dari peristiwa tertentu. Event study bertujuan untuk mengukur hubungan antara suatu peristiwa yang mempengaruhi surat berharga dan return dari surat berharga tersebut.
Profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan memperoleh laba. Para investor menanamkan saham pada perusahaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Semakin tinggi kemampuan perusahaan memperoleh laba, maka semakin besar keuntungan yang diharapkan investor, sehingga dengan tingkat profitabilitas yang tinggi dapat menjadikan nilai perusahaan lebih baik. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin tinggi struktur modal perusahaan yang bisa digunakan untuk pendanaan aktivitas investasi perusahaan, tingginya tingkat keuntungan juga menyebabkan ketersediaan dana internal yang lebih tinggi karena laba ditahan yang dihasilkan juga tinggi. Kemampuan perusahaan memperoleh laba merupakan salah satu faktor yang menarik bagi pemegangsaham, karena akan memicu diperolehnya penghasilan dividen tunai yang dibayar dari laba perusahaan (Sinar, 2014).
presentase tertentu dari nilai pari saham atau dari nilai tertentu bila saham tidak mempunyai nilai pari.. Sebagai contoh bila tiap lembar saham preferen bernilai Rp 100.000 dengan tingkat divide 6%, maka pemegangsaham preferen akan emnerima dividen sebesar Rp 6000 untuk tiap lembar saham yang dimilikinya.
David (2005) dalam Hasnawati (2008) mengemukakan salah satu alasan mengapa dividen tetap dibagikan meskipun pada saat yang sama perusahaan memiliki kesempatan investasi yang menarik dan perusahaan mendanai perusahaan dari sumber eksternal yaitu pembayaran dividen dapat memberikan sinyal tentang masa depan perusahaan. Signaling hypothesis menjelaskan bahwa manajer menggunakan pengumuman dividen sebagai sinyal perubahan tentang prospek perusahaan di masa yang akan datang. Peningkatan dividen merupakan sinyal positif.
Perusahaan yang biasa memberikan dividen yang besar, harga sahamnya juga akan meningkat. Sebaliknya perusahaan yang terus menerus tidak membagikan dividen, harga sahamnya juga akan menurun. yang Jika laba bersih perusahaan meningkat, maka harga saham juga akan naik. EPS merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan ditentukan oleh laba perusahaan.
Kebijakan dividen merupakan bagian integral dari keputusan pendanaan perusahaan. Dividend Payout Ratio menunjukkan jumlah pendapatan perusahaan sebagai sumber pendanaan dari perusahaan. Dividend Payout Ratio (rasio pembayaran dividen) yaitu merupakan dividen kas tahunan dibagi dengan penerimaan tahunan dengan kata lain adalah dividen per share (DPS) dibagikan dengan Earning per share (EPS). Rasio ini mengindikasikan persentase dari penerimaan perusahaan yang dapat dibagikan kepada pemegangsaham.
“Pada tahun 2013, dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat, meskipun berada dalam krisis keuangan global, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai tingkat tertinggi sepanjang masa dengan ditutup pada level 5.214,976 pada tanggal 20 Mei 2013. Pada 30 Desember 2013, IHSG ditutup di angka 4.274,18 atau mengalami sedikit penurunan 0,98% dibandingkan penutupan IHSG di tahun 2012 sebesar 4.315,316. Dari sisi jumlah Emiten, pada tahun 2013 ini terdapat 31 Emiten baru yang mencatatkan saham di BEI sehingga total Emiten tercatat menjadi 484 Emiten. Kapitalisasi pasar juga meningkat 2,23% menjadi Rp.4.219,02 triliun dibanding tahun 2012 sebesar Rp.4.126,99 triliun. Dibandingkan dengan pasar modal di negara lainnya, pasar modal Indonesia memiliki potensi peningkatan dan prospek yang cukup baik. Jumlah perusahaan yang tercatat di BEI pada akhir 2012 berjumlah 459, meningkat sebesar 16,5% dari posisi di tahun 2007. Kapitalisasi pasarnya mencapai 45.18% dari PDB pada tahun 2012, sedangkan rata- rata dunia sebesar 73,92%.”
Penerapan teori keagenan diajukan oleh Michel C. Jensen dan William H. Meckling. Hubungan keagenan muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Masalah keagenan antara pemegangsaham dan manajer berpotensi terjadi apabila manajemen tidak memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegangsaham tentu menginginkan manajer memaksimumkan kemakmuran pemegangsaham sebaliknya manajer perusahaan hanya memaksimumkan kemakmuran mereka sendiri sehingga memicu terjadinya konflik keagenan (Atmaja, 2008: 13).