Puji syukur alhamdulillah atas hidayah, dan anugerah yang telah diberikan allah SWT, dalam semangat, harapan, dan kekuatan yang telah di berikan kepada penulisan ini sehingga tulisan karya ilmiah yang berjudul “InteraksisosialRemaja Dengan Ibu Tiri Yang Tinggal Satu Rumah” (Studi Kasus di Lingkungan Talangsari Kelurahan Jember Kidul Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember) ini bisa terselesaikan dengan baik. Tulisan ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Strata Satu di Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Jember.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran interaksisosialremaja yang bersekolah di homeschooling dengan menggunakan metode distance learning di Pekanbaru. Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 6 (enam) orang. Teknik pengumpulan data menggunakan in-deepth interview dan observasi behavioral checklist. Teknik analisa data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif dari Miles & Huberman. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa remaja yang bersekolah di homeschooling dengan menggunakan metode distance learning melakukan interaksisosial dengan teman sebaya melalui komunikasi dengan handphone yang menggunakan aplikasi blackberry messenger, whatsapp, facebook, dan twitter. Proses interaksisosialremaja terjadi melalui proses imitasi yaitu remaja melakukan imitasi dengan tokoh idola, melalui internet, dan melalui televisi, sugesti yaitu remaja melakukan sugesti terhadap diri sendiri dan mendapatkan sugesti dari orangtua, tutor, dan teman, identifikasi yaitu remaja mengidentifikasikan dirinya terhadap orangtua, dan simpati, baik simpati terhadap teman sebaya yaitu remaja perlihatkan dengan memberikan solusi yang tepat kepada teman yang sedang mengalami kesulitan maupun simpati terhadap lawan jenis yaitu remaja perlihatkan dengan melakukan pendekatan kepada lawan jenis yang mereka sukai. Interaksisosialremaja terjadi dalam dua bentuk, yaitu asosiatif berupa kerjasama dan disosiatif berupa pertentangan.
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkah dan anugerahNya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “ Penggunaan Internet dan InteraksiSosialRemaja di SMPN 10 Medan ” sebagai Tugas Akhir guna meraih gelar Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kegelapan kealam yang terang benderang.
Intisari. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara keharmonisan keluarga dan konsep diri dari interaksisosialremaja pada siswa SMK. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK PGRI 3 Madiun kelas XII, 173 siswa dan jawaban diuji setelah berjumlah 157 siswa yang memenuhi syarat. Pengumpulan data menggunakan skala keharmonisan keluarga, skala konsep diri dan interaksisosial yang dilakukan oleh para peneliti. Metode analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi berganda untuk diperlakukan dengan bantuan komputer program statistik SPSS 18 seri. Pengujian analisis regresi ganda diperoleh R = 0,103 dan F dari 8,841 untuk p = 0,000 (P <0,05), yang berarti bahwa keharmonisan keluarga dan konsep diri memiliki hubungan yang signifikan dengan interaksisosialremaja. Hasil analisis korelasi antara keharmonisan keluarga dengan interaksisosial menunjukkan t = 3,541 dan p = 0,001 (p <0,05), yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara keharmonisan keluarga dengan interaksisosial. Hasil korelasi ANALISA antara konsep diri dan interaksisosial menunjukkan t = 1,187 dan p = 0,237 (p> 0,05), yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan betweenself-konsep dan interaksisosial. R square = 0,103 menunjukkan bahwa kedua variabel bebas konsep diri dan keharmonisan keluarga bersama-sama untuk berkontribusi secara efektif untuk interaksisosialremaja 10,299% dan 89,701% variabel lainnya dalam mempengaruhi variabel dependen sosialinteraksiremaja dalam penelitian ini.
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkah dan anugerahNya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Penggunaan Internet dan InteraksiSosialRemaja di SMPN 10 Medan” sebagai Tugas Akhir guna meraih gelar Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kegelapan kealam yang terang benderang.
“Komunitas ini berdiri pada tanggal 14 Desember 2011, berawal dari ketertarikan beberapa remaja untuk peduli dalam melestarikan kesenian musik tradisional khususnya musik angklung dan kekhawatiran mereka akan lunturnya kesenian musik tradisional seiring perkembangan teknologi dan musik- musik internasional yang semakin berkembang. Akhirnya saya meminta dari beberapa remaja untuk mendata teman-teman yang ingin bergabung dan berdiskusi dalam sebuah komunitas musik tradisional angklung. Tetapi agar tidak membosankan dalam memainkan angklung, saya mengkolaborasikan dengan iringan keyboard agar suasana yang terbangun dalam latihan tidak monoton dan remaja yang tergabung didalamnya menjadi lebih semangat. Malah kalau mau ada pentas biasanya kami berkolaborasi dengan jimbe, gitar dan cajon mbak.” (CL5/AP/23/10/2013) (CW: 14.00-16.00 WIB)
Internet disebut sebagai pusat informasi bebas hambatan karena dapat menghubungkan informasi yang satu dengan yang lain dalam waktu yang singkat. Peningkatan jumlah pengguna internet di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Internet mempunyai dampak positif dan dampak negatif, menurunnya interaksisosial antar manusia disebut sebagai salah satu dampak negatif penggunaan internet Interaksisosial pada remaja perlu diperhatikan mengingat masa remaja dikatakan sebagai masa yang paling sulit dan masa yang rawan dalam tugas perkembangan manusia karena masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Tujuan penilitian ini adalah untuk melihat gambaran penggunaan internet dan interaksisosialremaja di SMPN 10 Medan. Desain penelitian ini adalah deskripif dengan sampel sebanyak 94 orang, proses pengambilan data menggunakan propotional random sampling pada Mei 2016. Hasil penelitian diperoleh mayoritas responden menggunakan internet setiap hari (37.2%) Menggunakan internet 1-2 jam dalam sehari (53.2%) dengan mengunakan internet pada malam hari (43.6%). Mencari referensi pelajaran sebagai tujuan penggunaan internet (39.4%). Pertama kali mengenal internet dari teman (47.9%) serta teman sebagai orang yang menemani menggunakan internet (31.9%). Mayoritas menggunakan internet di rumah sendiri (62.8%) dengan menggunakan telepon seluler (44.7%) dan mengalami kegagalan dalam membagi waktu setelah menjadi pengguna internet (40.4%). Mayoritas responden memiliki tingkat interaksisosial yang cukup (84%). Orang tua dan pihak sekolah diharapkan selalu mengawasi dan membimbing remaja dalam menggunakan internet dan berinteraksi dengan orang lain.
Manusia dalam kehidupannya selalu berinteraksi dengan manusia lain. Interaksi terjadi karena manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa hidup saling mengadakan hubungan timbal balik antar individu satu dengan yang lain dan karena itulah manusia mengadakan interaksi. Interaksi antar manusia tersebut semula terjadi secara perorangan. Setelah manusia berkumpul membentuk kelompoknya masing-masing maka interaksi pun meluas tidak hanya terjadi antar individu tetapi juga antar kelompok. Interaksi yang terjadi antar kelompok menimbulkan berbagai macam bentuk interaksi, seperti asimilasi, kerjasama- kerjasama ataupun pertentangan-pertentangan kelompok. Di berbagai kelompok masyarakat yang berinteraksi, bentuk-bentuk interaksi yang terjadi dapat berupa interaksi positif seperti kerjasama, kompromi, asimilasi, dan interaksi negatif seperti persaingan atau konflik. Bentuk-bentuk interaksisosial tersebut kemudian oleh Gillin dan Gillin (Soekanto, 2013:64-65) dikelompokan menjadi dua meliputi interaksi asosiatif yaitu interaksisosial yang mengarah pada bentuk penyatuan seperti kerja sama, akomodasi, akulturasi, asimilasi, dan interaksi dissosiatif yaitu interaksisosial yang mengarah pada bentuk pemisahan seperti persaingan, kontravensi dan konflik.
Internet diperumpamakan sebagai dua sisi uang logam. Internet memiliki dampak positif dan negatif terhadap anak. Internet dapat memberikan segudang informasi secara gratis dan bebas, baik dari segi ilmu pengetahuan, hiburan hingga game. Internet memberikan kemudahan untuk anak dalam mendapatkan informasi serta kemudahan untuk menjalin komunikasi dalam jarak yang jauh sekalipun. Ketersediaan game yang bersifat menantang dan kreatif yang pada umumnya disukai anak-anak. Namun, kemudahan akses konten internet ini dapat menyebabkan anak memperoleh apa yang belum seharusnya diperoleh, baik berupa gambar, suara, tulisan dan lain sebagainya (Ameliola & Nugraha, 2013). Kecanduan internet, pencurian identitas, serta menurunnya interaksisosial dalam hubungan antarmanusia disebut sebagai dampak negatif penggunaan internet.
Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian. Kuisioner penelitian ini merupakan bagian penyelesaian penyusunan skripsi saya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan internet dan interaksisosialremaja di SMPN 10 Medan. Untuk itu memohon kesediaan saudara/i untuk meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner dan memberikan jawaban yang sebenar-benarnya sesuai dengan apa yang biasanya saudara/i lakukan.
Tujuan akomodasi adalah untuk mengurangi pertentangan, mencegah meledaknya pertentangan secara temporer, memungkinkan terjadinya kerjasama dan mengharuskan peleburan antara kelompok sosial. Hasil akomodasi yang diharapkan dapat diperoleh, yaitu integrase masyarakat, menekan oposisi, koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda, perubahan lembaga kemasyarakatan, perubahan dalam kedudukan, dan membuka kea rah asimilasi (Sunaryo, 2004).
Hasil penelitian menunjukkan: 1) kemampuan berinteraksi sosialremaja putus sekolah : a) interaksisosialremaja putus sekolah dengan pengurus lembaga dan pekerja sosial menunjukkan adanya komunikasi, ada hubungan kerjasama dan sikap ramah serta sopan, b) interaksisosialremaja putus sekolah dengan dengan teman sebaya menunjukkan kemampuan bergaul, adanya komunikasi, kerjasama, tidak sering terjadi pertengkaran dan persaingan, serta sikap mandiri dalam urusan pribadi, c) interaksisosialremaja putus sekolah dengan instruktur menunjukkan adanya komunikasi yang lebih sering dengan sikap yang ramah dan sopan, 2) faktor pendorong dalam berinteraksi adalah subjek membutuhkan teman untuk saling berkomunikasi, saling berbagi, menceritakan masalah, bersosialisai dan juga berdiskusi, butuh diakui keberadaannya dan dihargai karya-karyanya, faktor penghambat meliputi ketidakpercayaan diri, sifat pemalu, pemilih, emosional dan suatu konflik.
Salah satu contoh rendahnya interaksisosialremaja misalnya, hasil penelitian Wijayanti (2009) melalui wawancara dengan seorang Wakil Kepala Sekolah salah satu SMU di Yogyakarta menyatakan siswa yang tidak dapat berinteraksi dapat diketahui dari beberapa indikator, diantaranya; terlihat kurang berkomunikasi, kurang bergaul dan tidak suka pada pelajaran olahraga, tegang seperti robot. Di bagian lain diungkapkan oleh salah serorang guru, dimana seorang siswa baru kelas X pindah sekolah, karena merasa diasingkan dan dimusuhi oleh beberapa teman-temannya, setelah ditelusuri penyebabnya adalah karena siswa tersebut tidak mau memberi contekan pada teman-temanya ketika sedang ujian.
Harga dirisiswa secara umum termasuk dalam kategori rendah, yaitu hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa kategori ini diisi oleh 88 siswa atau sebesar 98%.Hasil ini memberikan gambaran bahwa siswa remaja kelas IX suatu MTs di Boyolali memiliki tingkat harga diri atau evaluasi yang komprehensif oleh individu terhadap dirinya sendiri buruk.Remaja tingkat IX MTs tersebut tidak merasa percaya diri terhadap dirinya sendiri sehingga merasa inferior.Kemungkinan ini terjadi dilator belakangi oleh kondisi keluarga dan lingkungan asal mereka. Umumnya remaja berasal dari keluarga petani miskin dan tinggal jauh dari kota. Sedangkan studi lanjut ditempuh di kota. Mereka merasa rendah diri jika dibandingkan dengan remaja kota yang berpenampilan rapi dengan kondisi ekonomi yang lebih baik dari mereka.
Melalui hasil penelitian, dapat diketahui bahwa harga diri memiliki peran yang sangat penting bagi remaja yang menjalani pendidikan di asrama dalam interaksi sosialnya, terutama dengan teman sebaya. Dalam penelitian ini, harga diri memiliki sumbangan efektif sebesar 51% terhadap kecenderungan melakukan interaksisosial dengan teman sebaya pada remaja yang menjalani pendidikan di asrama sedangkan 49% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil dari penelitian ini juga turut membuktikan teori yang didasarkan pada penelitian Leary, Tambor, Terdal, dan Downs (1995) yang menemukan bahwa individu dengan harga diri tinggi akan lebih kompeten dan sadar akan gejala-gejala sosial di lingkungannya sehingga membuat individu lebih responsif dengan orang lain. Di sisi lain, individu dengan harga diri yang rendah akan merasa tidak percaya diri sehingga cenderung menarik diri dari pergaulan dan memiliki dorongan yang rendah untuk melakukan interaksisosial dengan orang lain.
sulit. Era modern membuat manusia kehilangan cintanya kepada yang lain. Rasa saling menghargai dan mensejahterakan semakin menepis. Banyak orang cenderung egois dan berbuat untuk mendapatkan suatu imbalan (materi). Sikap ini menimbulkan ketidakpekaan terhadap lingkungan sosialnya. Dampaknya bagi remaja akhir-akhir ini terutama di kota-kota besar, remaja menampakkan sikap materialistik, acuh pada lingkungan sekitar dan cenderung mengabaikan norma-norma yang tertanam sejak dulu. Turmudhi (Yuwono, 2002) melukiskan era ini sebagai era individualistis, egoistis, sifat relasi kontraktual, hanya berdasar pada untuk rugi dan eksploitasi yang tidak manusiawi.
Lestari,I. (1996).Hubungan antara Harga Diri dan InteraksiSosial dengan Perilaku Konsumtif Terhadap Produk Fashion pada Remaja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogjakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Loudon, D.L. & Bitta, A.J. (1993). Consumer Behaviour Concept and Application
Segala puji bagi Allah Swt., Tuhan semesta alam atas segala karunia, limpahan rahmat, dan setitik ilmu-Nya sehingga karya ini dapat terselesaikan. Selawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad saw., teladan bagi umatnya. Karya ini terinspirasi oleh fenomena kebimbangan remaja dalam memilih pendidikan lanjut. Kebimbangan tersebut menimbulkan permasalahan dikemudian hari apabila pilihan ternyata tidak sesuai harapan.
Pembentukan kedewasaan psikologis dan sosial perlu menjadi perhatian serius dalam proses pendidikan anak menuju fase usia belasan tahun. Baik orang tua maupun guru di sekolah perlu memperhatikan ketimpangan yang selama ini terjadi pada remaja dan merealisasikan solusinya. Orang tua diharapkan dapat memberikan pendidikan, bimbingan, dan masukan yang bermanfaat bagi remaja sehingga saat remaja keluar dari lingkungan rumah dan menjalin interaksisosial dengan teman dapat berjalan dengan harmonis, tidak terpengaruh oleh teman melakukan perilaku menyimpang yang melanggar norma agama dan norma masyarakat.
Interaksisosial beperan penting bagi remaja untuk meningkatkan kualitas hubungan antar individu, sebagai penyaluran kebutuhan aktualisasi manusia, maka remaja dituntut untuk mampu melakukan interaksisosial sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku agar dapat diterima oleh lingkungan. Namun demikian kebutuhan interaksisosial pada masa remaja atau SMA seringkali mengalami hambatan. Misalnya individu merasa takut atau cemas untuk melakukan komunikasi dengan individu lain dalam berbagai situasi, baik formal maupun informal, individual maupun kelompok. Kelangsungan interaksisosial terlihat sangat sederhana namun sebenarnya interaksi merupakan suatu proses yang komplek karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendasari, salah satunya yaitu penerimaan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hubungan antara penerimaan diri dengan interaksisosial pada remaja; (2) sumbangan efektif penerimaan diri terhadap interaksisosial. (3) tingkat penerimaan diri subjek penelitian; (4) tingkat interaksisosial subjek penelitian. Hipotesis yang diajukan ada hubungan positif antara penerimaan diri dengan interaksisosial.