Soekarno dan Azhari (2009) dalam penelitiannya menganalisis rasio keuangan untuk membedakan dua kelompok perusahaan asuransi dengan menggunakan analisis diskriminan. Sampel penelitian yang dilakukan Soekarno dan Azhari (2009) terdiri dari 14 perusahaan asuransi umum jointventure di Indonesia. Penelitian ini menguji apakah terdapat perbedaan signifikan antara perusahaan asuransi umum jointventure dengan kinerja yang baik dan perusahaan asuransi umum jointventure tidak berkinerja baik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kedua kelompok perusahaan asuransi tersebut. Dengan menggunakan analisis diskriminan, diperoleh 6 faktor yang paling berpengaruh untuk membedakan kinerja perusahaan asuransi umum jointventure yaitu RBC , Rasio Cadangan Teknis terhadap Investasi, Rasio Hutang, Return on Equity , Loss Ratio , dan Expense Ratio .
Dalam era globalisasi sekarang ini, bisnis ekonomi pun juga ikut terpengaruh. Batasan antarnegara menjadi semakin kabur pada saat teknologi komunikasi semakin maju. Hal ini membuat semakin ketatnya persaingan dalam dunia bisnis yang terjadi antar perusahaan – perusahaan besar. Akibatnya, perusahaan – perusahaan kecil akan tersisih dari dunia bisnis dan terancam bangkrut. Untuk menghindari hal itu, maka pelaku bisnis harus melakukan Strategi Bisnis Global. Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai Strategi Bisnis Global, yang dikhususkan kepada JointVenture.
Penanaman modal di era globalisasi tidak dapat dipisahkan dari rangkaian perjanjian-perjanjian internasional, dimana Indonesia telah ikut serta melibatkan diri di dalamnya. Jointventure agreement dalam rangka penanaman modal asing di Indonesia adalah langkah awal untuk membentuk sebuah perusahaan patungan (jointventure company) yang diharuskan bagi investor asing yang merencanakan berinvestasi di Indonesia. Suatu perusahaan penanaman modal asing selain tunduk pada Undang- Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, juga harus tunduk kepada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas beserta seluruh peraturan pelaksananya. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai kedudukan para pihak dalam jointventure agreement, klausula-klausula yang penting dalam jointventure agreement, dan penyelesaian sengketa apabila terjadi perselisihan para pihak dalam jointventure agreement.
Sedikitnya arus investasi yang masuk merupakan cerminan dari rendahnya keunggulan kompetitif Indonesia. Kondisi ini diperburuk dengan hengkangnya beberapa perusahaan Korea dan Jepang meninggalkan Indonesia dan melakukan relokasi ke negara lain pada tahun 2002 (Thee, 2006). Meskipun uraian di atas menunjukkan iklim investasi yang kurang menarik di Indonesia, akan tetapi Jepang masih merupakan investor terbesar sejak tahun 1967 sampai dengan tahun 2004, dengan akumulasi sebesar 19,47% dari total investasi yang masuk ke Indonesia (Thee, 2006). Hal ini diperkuat dengan adanya sebanyak 875 perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia, dimana 549 (63%) perusahaan tersebut berbentuk International JointVenture (IJV) Indonesia – Jepang (Jetro, 2006). Sebagai salah satu bentuk aliansi stratejik, IJV juga merupakan suatu organisasi bisnis dengan status hukum tersendiri, yang terdiri dari penggabungan modal antar mitra (Gulati, 1998). IJV tidak saja menyoroti aspek kegiatan bisnis agar dapat membangun perusahaan yang kompetitif, akan tetapi juga menaruh perhatian pada aspek pertukaran, berbagi pengetahuan dan membangun kerjasama baik dalam pengembangan produk, teknologi maupun jasa (Gulati, 1998).
Saat ini telah banyak peraturan yang mengatur tentang perusahaan patungan (jointventure company) seperti yang diatur dalam UUPM pada Pasal 1 huruf c yang memberikan defenisi dari jointventure atau usaha patungan itu sendiri. Sedangkan dalam UUPT pada Pasal 52 mengatur tentang kepemilikan saham. Jika melihat ketentuan dalam UUPT setiap pemegang saham untuk perjanjian jointventure harus didasarkan pada sebuah perjanjian dari para pihak yang pada nantinya akan dituangkan dalam anggaran dasar perusahaan tersebut. Selain UUPM dan UUPT pengaturan tentang jointventure yang menjadi dasar terbentuknya yaitu konsesual atau kesepakatan atas suatu perjanjian yang mengikat, defenisi perjanjian juga terdapat dalam Pasal 1313 KitabUndang- Undang Hukum Perdata (selanjutnya disingkat dengan KUHPerdata) yang juga dapat menjadi dasar hukum terbentuknya perusahaan patungan (jointventure company), dan keabsahaannya didasarkan pada Pasal 1338 KUHPerdata tentang kebebasan berkontrak. Dan sebagai batasan dalam asas kebebasan berkontrak adalah berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat sahnya suatu perjanjian, yaitu:
Pada dasarnya perusahaan jointventure didirikan atas adanya perjanjian antara investor asing dan nasional. Perjanjian kerja sama ini memuat hak dan kewajiban para pihak. Kedudukan para pihak dalam kepengurusan ditentukan berdasarkan prosentnse pemilikan saham perusahaan. Prosentase saham antara investor asing dan nasional biasanya tidaklah sama. Pada umumnya investor nasional adalah pemegang saham minoritas, sedangkan investor asing adalah mayoritas. Hal ini menyebabkan kelompok pemegang saham mayoritas cenderung menguasai pengelolaan perusahaan jointventure. Dalam UU Perseroan Terbatas, bentuk perlindungan hukum bagi pemegang saham minoritas ini ditempuh melalui hak perseorangan dan hak derivatif atas tindakan direksi, komisaris, dan atau pemegang saham mayoritas yang diduga merugikannya.
Penanaman modal asing langsung di Indonesia diwujudkan dalam bentuk pendirian perusahaan JointVenture yang berbadan hukum Perseroan Terbatas. Untuk dapat membentuk suatu perusahaan jointventure penanam modal asing dan penanam modal nasional terlebih dahulu membuat suatu kesepakatan kerja sama yang dituangkan dalam bentuk JointVenture Agreement. JointVenture Agreement merupakan suatu perjanjian yang menjadi landasan dalam membentuk suatu perusahaan jointventure. Pengaturan JointVenture Agreement di Indonesia tunduk pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM). UUPM ini mengatur beberapa hal yang menjadi landasan dalam membuat JVA seperti yang berkaitan dengan bentuk badan usaha, kedudukan, bidang usaha, perizinan perusahaan, dan penyelesaian sengketa. Dalam UUPM terdapat ketentuan mengenai pembatasan bidang usaha bagi penanaman modal asing maka agar penanam modal asing dapat menanamkan modal di bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing diperlukan adanya kerja sama dengan penanam modal nasional. JVA juga tunduk pada ketentuan hukum perjanjian yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) dimana JVA harus memenuhi ketentuan sahnya sebuah perjanjian yang diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata. JVA sebagai kesepakatan antara penanam modal asing dengan penanam modal nasional harus dibuat secara hati-hati, rinci dan komprihensif serta aspek-aspek hukum harus sangat diperhatikan agar celah-celah kekosongan hukum dalam JVA dapat dihindari sehingga tidak menimbulkan suatu permasalahan salah satunya masalah kontraktual diantara para pihak. Dalam hal terjadi suatu sengketa sehubungan dengan realisasi dari JVA maka acuan pertama adalah melihat kepada hukum yang berlaku (applicable law/governing law) dan penyelesaian sengketa yang telah disepakati oleh para pihak dalam JVA. Masalah penyelesaian sengketa penanaman modal di Indonesia telah diatur secara tegas dalam pasal 32 UUPM. Jika diperhatikan secara seksama dalam UUPM, tampak bahwa Pemerintah Republik Indonesia memberikan ruang untuk penyelesaian segketa penanaman modal melalui lembaga arbitrase.
Penanaman modal di era globalisasi tidak dapat dipisahkan dari rangkaian perjanjian-perjanjian internasional, di mana Indonesia telah ikut serta melibatkan diri di dalamnya. 62 Jointventure agreement dalam rangka penanaman modal asing di Indonesia adalah langkah awal untuk membentuk sebuah perusahaan patungan ( jointventure company ) yang diharuskan bagi investor asing yang merencanakan berinvestasi di Indonesia. Ketentuan tersebut merupakan syarat yang ditegaskan dalam UUPM. Investor asing dan pihak lokal menjadi pemegang saham dalam perusahaan patungan yang besarnya sesuai dengan kesepakatan bersama. UUPM juga telah memberikan wewenang kepada BKPM untuk melakukan koordinasi di dalam pelaksanaan penanaman modal, wewenang tersebut tercantum dalam Pasal 27 ayat (2) UUPM.
You can certainly promote your affiliate program on your own website and to get people to sign up, but the best results come when you go out and find your own joint venture partners and [r]
Perusahaan patungan yang dibentuk harus berbadan hukum perseroan terbatas (PT) dan berkedudukan di wilayah hukum Republik Indonesia. Para pihak yang ada dalam jointventure, menetapkan klausa untuk membuat jointventure company dengan status perseroan, klausa tersebut mengatur segi permodalan (sero), peran para pihak, nama, tempat dan jangka waktu berdirinya perusahaan, serta klausa-klausa lain sehingga perusahaan yang diharapkan dapat terbentuk. Pembentukan perseroan terbatas sebagai sebuah badan hukum tunduk pada hukum perusahaan (company law), yaitu Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan terbatas. Penanaman modal asing yang sifatnya teknik operasional seperti ahli teknologi tidak jalan alias mandeg, peningkatan skill tenaga lokal tidak jalan, manajemen yang diterapkan terlalu individualistis dapat mengakibatkan akibat hukum.
First, before approaching anyone, do you have your business set up and do you know what you want to do a joint venture on.. Many of the people that you approach may already be receiving [r]
Title: Sagem Mobiles end joint venture Word Count: 96 Summary: Sagem Mobiles and Ningbo Bird have decided to end their mobile phone manufacturing agreement, ending six years of colla[r]
Pimpinan antara PT. Java Anima Darmaja dengan Singapore Chopstick Ltd. Dengan ini PARA PIHAKsepakat untuk mengadakan perjanjian jointventure. PARA PIHAK akan mendirikan Perseroan Terbatas berdasarkan hukum negara Republik Indonesia untuk mendirikan pabrik sumpit, penyediaan bambu, penyediaan bahan baku untuk sumpit, mesin – mesin, pengemasan dan pemasaran supit untuk ekspor keluar negeri. Dimana pendirian pabrik sumpit ini tidak bertentangan dengan hukum di Indonesia dan peraturan perundangan yang ada. Perseroan Terbatas yang didirikan oleh PT. Java Anima Darmaja – Singapore Chopstick Pte.Ltd bernama PT. Java Anima Darmaja Singapore. Untuk selanjutnya disebut “PT. Joint Ventura”.
Dari pengertian – pengertian tersebut dapat diketahui bahwa jointventure merupakan suatu perjanjian.Dalam hal ini suatu perjanjian harus terikat pada ketentuan pasal 1320 KUHPerdata mengenai syarat sahnya perjanjian, yaitu para pihak sepakat untuk mengikatkan dirinya; para pihak cakap untuk melakukan suatu perbuatan hukum; perbuatan hukum tersebut harus mengenai suatu hal tertentu; dan persetujuan tersebut harus mengenai suatu hal yang tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan, dan ketertiban umum.Kemudian ditinjau
A good joint venture will help you to have a fast track start, even if you don’ t have a list or a product, because other people will sell the product to their list.. You should understa[r]
Karakteristik Kontrak Joint Venture Masing-masing pihak adalah pemegang saham perusahaan joint venture Pemegang saham mayoritas biasanya berbentuk perusahan asing menjadi induk perusa[r]
Tanpa adanya pelaporan seperti tersebut di atas, tentu saja menimbulkan beberapa persoalan hukum yang tidak mudah dipecahkan. Pertama, isi atau ketentuan dari jointventure agreement menjadi tidak terpantau karena tidak ada kewajiban pelaporan, juga tidak ada mekanisme yang secara khusus mengatur perlindungan hak pemegang saham minoritas dalam ketentuan jointventure agreement. Kedua, menyalahi prinsip publisitas sehingga tidak memberikan perlindungan yang memadai kepada pihak ketiga. Ketika suatu perseroan terbatas telah disahkan sebagai badan hukum maka anggaran dasar perseroan, disamping mengikat perseroan dan para pemegang saham bahkan mengikat juga pihak ketiga. Penting bagi pihak ketiga untuk mengetahui anggaran dasar perseroan, agar dapat mengetahui apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh direksi menurut anggaran dasar perseroan
Puji syukur kami haturkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tulisan ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya. Tulisan yang berjudul “JointVenture” ini kami susun demi menyelesaikan tugas kuliah, sebagai syarat kelulusan dalam Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Aspek Hukum Bisnis. Semoga tulisan ini memberikan bermanfaat bagi pembaca.
Saran-saran dalam penelitian yang dapat diajukan sehubungan dengan permasalahan terkait dengan kebijakan di bidang perpajakan pada perusahaan JointVenture, antara lain: bagi pemerintah, seharusnya dapat mengeluarkan peraturan perpajakan yang menyeluruh mengenai permasalahan perpajakan tentang JointVenture, dengan harapan untuk memperkecil peluang terjadinya penghindaran pajak (tax evasion). Dengan kondisi demikian, akan lebih memberikan kepastian hukum, baik bagi Aparat Pajak (fiskus) maupun bagi Wajib Pajak. Mengingat karena adanya beberapa surat penegasan yang diterbitkan Dirjen Pajak ternyata inkonsistensi antara satu dengan lainnya, sehingga menimbulkan ketidakpastian bagi Wajib Pajak. Bagi perusahaan JointVenture, seharusnya dapat bertindak lebih tegas terhadap para venturer yang terlambat dalam menyampaikan laporan pajak venturer kepada perusahaan JointVenture, yang mengakibatkan Joint Ventureini selalu dikenakan pajak kurang bayar. Seharusnya perusahaan JointVenture lebih memperhatikan Peraturan Pemerintah yang berlaku sekarang tentang ketentuan perpajakandalam hal pengenaan tarif pemotongan terhadap Wajib Pajak Badan, atas penghasilan dari persewaan tanah dan/ atau bangunan (Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2).