Hasil karakterisasi simplisia daun jambu bol diperoleh kadar air sebesar 7,93%, kadar sari larut air 13,28%, kadar sari larut etanol 15,61%, kadarabutotal 10% dan kadarabu tidak larut asam 0,5%.Hasil skrining simplisia dan ekstrak etanol daun jambu bol mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan steroid/triterpenoid.Hasil pengujian terhadap penurunan kolesterol total menunjukan EEDJB dosis 100, 200, 300 dan 400 mg/kg bb dapat menurunkan kadar kolesterol total darah tikus selama 21 hari dan ekstrak etanol daun jambu bol menunjukkan efek penurunan kadar kolesterol yang hampir sama dengan simvastatin, dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ektrak etanol daun jambu bol (EEDJB) dapat menurunkan kadar kolesterol total.
2. Hasil penetapan profil standarisasi non spesifik simplisia umbi bawang dayak didapatkan nilai standarisasi berupa kadar susut pengeringan < 12%, kadarabutotal ˂ 4%, kadarabu larut air < 3%, kadarabu tak larut asam < 1,5%, dan hasil penetapan pH ekstrak etanol pada konsentrasi 10% dalah 4,8 – 5,1.
Hasil menunjukkan kadar air 8,687% v/b; kadarabutotal 32,123% b/b, abu tidak larut dalam asam 28,569% b/b; cemaran logam berat timbal 6,032 ppb, logam berat cadmium 0,249 ppb; cemaran angka lempeng total 0,5x10 2 koloni/g, kapang khamir 2x10 3 koloni/g, cemaran aflatoksin dan coliform tidak terdeteksi. Sedangkan nilai parameter spesifik menunjukkan bahwa organoleptik ekstrak berupa sediaan kental, berwarna hitam, bau khas, rasa agak pahit dan kelat dengan kelarutan ekstrak dalam air 70,538% b/b. Hasil dari uji kandungan kimia ekstrak berdasarkan profil kromatografi lapis tipis tidak terdapat senyawa marker kuersetrin pada ekstrak dengan kadar fenolat total 1,409% b/b dan kadar aglikon flavonoid total 0,0570% b/b, kadar glikosida flavonoid total 0,114% b/b.
Hasil karakteristik serbuk simplisia kulit batang sikkam diperoleh kadar air 5,99%, kadar sari larut air 17,49%, kadar sari larut etanol 11,84%, kadarabutotal 4,07% dan kadarabu tidak larut asam 6,06% sedangkan hasil pemeriksaan karakteristik ekstrak etanol kulit batang sikkam diperoleh kadar air 7,32%, kadar sari larut air 32,97%, kadar sari larut etanol 23,26%, kadarabutotal 0,48%, kadarabu tidak larut asam 0,01%. Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol diperoleh senyawa flavonoida, glikosida, tanin, steroida/triterpenoida. Uji efek antidiare ekstrak etanol kulit batang sikkam menunjukkan bahwa ekstrak etanol dengan semua dosis memberikan efek antidiare, dosis 75 dan 100 mg/kg bb memiliki efek antidiare yang lebih kecil dibanding loperamid HCl 1 mg/kg bb. Dosis 125 mg/kg bb memberikan efek antidiare yang sama dengan loperamid HCl dosis 1 mg/kg bb dan dosis 150 mg/kg bb memberikan efek yang lebih kuat dibanding loperamid HCl 1 mg/kg bb.
Intisari: Telah dilakukan pemeriksaan karakteristik terhadap serbuk talus Padina australis Hauck. Hasil pemeriksaan mikroskopis menunjukkan talus Padina tersusun dari epidermis dan sel parenkim. Pemeriksaan karakteristik simplisia menunjukkan bahwa kadarabutotal sebuk talus Padina adalah 26,5%; kadarabu larut dalam air 10,5%, kadarabu tidak larut dalam asam 3,6%, kadar sari larut dalam air 12,4%, kadar sari larut dalam etanol 8,2%, kadar air 6,4% dan susut pengeringan 8,1%. Pemeriksaan logam menunjukkan bahwa talus Padina mengandung logam kalsium, kalium, natrium, magnesium dan besi dan kadar logam paling tinggi adalah kalsium yaitu 6,15%.
Teh sangat berkhasiat bagi kesehatan karena mengandung senyawa utama polifenol. Di samping jenis teh dari Camellia yang biasa dikonsumsi, saat ini berkembang juga jenis teh yang lain, misalnya teh dari daun murbei yang memiliki keunggulan mengandung senyawa polyhydroxylated alkaloids, salah satunya yaitu 1-Deoxynojirimycin yang berfungsi anti diabetes mellitus. Penelitian bertujuan menghasilkan produk teh Camellia- murbei yang bermutu tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan, menganalisa bahan baku, dan menganalisa mutu kimia, kandungan zat aktif (katekin) dan organoleptik teh murbei dan teh Camellia-murbei. Perlakuannya adalah Camellia sinensis varietas assamica klon Gambung 7 dan 9, murbei varietas Morus kanva dan M. multicaulis. Daun Camellia diolah menjadi teh tanpa reaksi oksidasi enzimatis, sedangkan daun murbei baik tanpa maupun dengan reaksi oksidasi enzimatis. Teh Camellia dan murbei dicampur 1:1 (b/b, bk). Rancangan penelitian adalah Rancangan Faktorial Tersarang. Pengamatan dilakukan terhadap parameter mutu kimia dan organoleptik baik teh murbei maupun teh Camellia- murbei mengikuti Standard National Indonesia. Hasil analisis kimia yang memenuhi standard mutu adalah kadar air, ekstrak air, abu tidak larut dalam asam hanya untuk teh Camellia-murbei, alkalinitas dan serat. Sebaliknya, parameter yang belum memenuhi adalah kadarabutotal untuk teh murbei dan teh Camellia-murbei, kadarabu larut air, dan kadarabu tidak larut asam untuk teh murbei. Kandungan catekin tertinggi dihasilkan oleh multicaulis oksimatis gambung 7, sedangkan epicatekingallat tertinggi dihasilkan oleh multicaulis non-oksimatis gambung 7. Kandungan epigallocatekin, epicatekin, epigallocatekingallat, dan total polifenol tertinggi dihasilkan kanva non-oksimatis gambung 9. Produk minuman kesehatan terbaik adalah Kanva non-oksimatis Gambung 9 dengan rasa sedikit agak manis dan sepet (fairly strenght).
Hasil karakterisasi simplisia daun jambu bol diperoleh kadar air sebesar 7,93%, kadar sari larut air 13,28%, kadar sari larut etanol 15,61%, kadarabutotal 10% dan kadarabu tidak larut asam 0,5%.Hasil skrining simplisia dan ekstrak etanol daun jambu bol mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan steroid/triterpenoid.Hasil pengujian terhadap penurunan kolesterol total menunjukan EEDJB dosis 100, 200, 300 dan 400 mg/kg bb dapat menurunkan kadar kolesterol total darah tikus selama 21 hari dan ekstrak etanol daun jambu bol menunjukkan efek penurunan kadar kolesterol yang hampir sama dengan simvastatin, dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ektrak etanol daun jambu bol (EEDJB) dapat menurunkan kadar kolesterol total.
Upaya menggali potensi laut sangat menarik perhatian, bukan saja terhadap pembudidayaannya tetapi juga penelitian mengenai pemanfaatannya diberbagai bidang kehidupan manusia.Salah satu potensi laut tersebut adalah rumput laut coklat yang sering dianggap belum memberikan nilai ekonomis karena belum banyak penelitian mengenai pemanfaatan dan potensinya. Rumput laut coklat memproduksi beberapa jenis senyawa sekunder, seperti florotanin, steroid dan sterol. Spesies ini merupakan sumber alginat yang digunakan sebagai bahan pembuat cangkang kapsul, salep, emulsifier, dan dapat juga digunakan sebagai bahan pembuat cat rambut dan krim, sedangkan oleh masyarakat setempat jenis ini lebih sering dikonsumsi sebagai sayuran. Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak n-heksana, etilasetat dan etanol rumput laut coklat (Sargassum polycystum C. Agardh). Tahapan kerja meliputi pengumpulan bahan, karakterisasi simplisia dan pembuatan ekstrak n-heksana, etilasetat dan etanol serta uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar menggunakan pencadang logam. Hasil karakterisasi simplisia rumput laut diperoleh kadar air 7,26%, , kadar sari yang larut dalam air 3,15%, kadar sari yang larut dalam etanol 1,25%, sedangkan kadarabutotal 10,3% dan kadarabu yang tidak larut dalam asam 0,93%. Hasil uji aktivitas antibakteri dari rumput laut coklat menunjukkan bahwa ekstrak n- heksana dan etanol tidak memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia colidan Staphylococcus aureus, sedangkan ekstrak etilasetat rumput laut coklat memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia colidengan daya hambat yang memuaskan pada konsentrasi 50 mg/ml yaitu 14,39 dan konsentrasi 70 mg/ml yaitu 14,78 untuk bakteri Staphylococcus aureus. Sedangkan konsentrasi hambat minimum bakteriEscherichia coli pada konsentrasi 20mg/ml yaitu 9,76mm dan bakteriStaphylococcus aureuspada konsentrasi 30 mg/ml yaitu 8,24 mm.
Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu alas bulat, didestilasi selama 2 jam. Toluen didinginkan dan volume air pada tabung penerima dibaca. Sebanyak 5 gram serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama dimasukkan ke dalam labu, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Toluen yang mulai mendidih, kecepatan tetesannya diatur, kurang lebih 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling. Kecepatan penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Toluen yang telah 2 jam didestilasi, dibiarkan mendingin, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen yang telah dijenuhkan. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin sampai suhu kamar. Air dan toluen telah memisah sempurna, selanjutnya volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (WHO,1992). Perhitungan kadar air dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 63.
Soursop (Annona muricata L.) is included in the family of Annonaceae. Soursop leaves are rich in secondary metabolites are useful as a drug. Public use soursop leave to treat various diseases, even soursop leave boilde is said to be used as an alternative medicine for cancer.The purpose of the study was to obtain information about the charactheries of the soursop leave, group compound from the leaves of the soursop simplex, and citotoxicity activity of soursop leave extract with larvae Artemia salina Leach. Characterization of simplex the soursop leave is includes the determination of the water content, water soluble extractive, ethanol- soluble extractive, total ash value and acid insoluble ash value. The soursop leave was extracted by percolation method using n-hexana, ethylacetate, and ethanol as solvents. The citotoxicity activity of each extract was tested with brine shrimp method. To obtain the LC 50 , the data were analyzed using linear regression
This research was conducted to determine the effect of sugar concentration and pH on the quality of nata de yammy from yam starch waste liquid. This research was conducted using completely randomized design (CRD) with two factors i. e: concentration of sugar (G) : (5% ; 7,5% ; 10%) and pH (P) : (4,0; 4,1; 4,2; 4,3; 4,4; 4,5 ). The parameters analyzed were pH after fermentation, water content, ash content, total acid after boiling, total sugar, total soluble solid, total plate count, nitrogen content, fiber content, the score value of color, the hedonic value of color, the hedonic value of flavour, the score value of taste, the hedonic value of taste and the score value of texture and the hedonic value of texture. The results showed that the concentration of sugar had highly significant effect on water content, ash content, total acid after boiling, total soluble solid, nitrogen content, total sugar, crude fiber content, the score value of color, the score value of taste, the hedonic value of taste and the score value of texture and the hedonic value of texture. pH had highly significant effect on pH after fermentation, water content,total acid after boiling, nitrogen content, the score value of color and the score value of texture. The interaction between the two factors had highly significant effect on the score value of texture and had significant effect on water content. Concentration of sugar of 5% and pH 0f 4,2 produced the best quality of nata from yam starch waste liquid.
Pengaruh konsentrasi gula terhadap total mikroba nata de yammy dari limbah cair pati bengkuang ....................................... 54 Pengaruh pH terhadap total mikroba nata de yammy dari limbah cair pati bengkuang ....................................................................... 54 Pengaruh interaksi konsentrasi gula dan pH terhadap total mikroba nata de yammy dari limbah cair pati bengkuang ............ 54 Kadar Nitrogen (%) ............................................................................. 54
Di pasar internasional, nilam diperdagangkan dalam bentuk minyak yang dikenal dengan nama “Patchaoli oil”. Dari berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri di Indonesia maka minyak nilam masih menjadi primadona, yang mana setiap tahunnya lebih dari 45% devisa negara dari ekspor minyak atsiri dihasilkan oleh minyak ini. Indonesia merupakaan pemasok 80-90 % minyak nilam dunia. Sejak dekade tujuh puluhan provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) memberikan kontribusi sekitar 70% dari kapasitas ekspor minyak nilam. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tanaman nilam mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan. Oleh karena itu tanaman ini perlu mendapatkan perhatian yang serius untuk diteliti khususnya dari proses pengolahannya sehingga mempunyai rendemen yang tinggi dan kadar “Patchaoli alkohol” yang tinggi agar dapat memenuhi standar ekspor (Yanyan, dkk., 2004; Sufriadi dan Mustanir, 2004)
Air merupakan komponen penting dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi kenampakan, kesegaran, tekstur, serta cita rasa pangan. Kadar air dalam bahan pangan memiliki jumlah yang berbeda-beda, tetapi banyak bahan pangan yang memiliki kandungan air dengan jumlah yang relatif besar. Beberapa bahan pangan yang mengandung kadar air yang relatif besar antara lain adalah buah-buahan dan sayuran yang mencapai sekitar 90%, susu segar sekitar 87%, dan daging sapi sekitar 66%. Produk bahan pangan yang mengandung kadar air dengan jumlah relatif sedikit adalah bahan pangan yang kering seperti tepung-tepungan, susu kental manis, kerupuk, dll. Kenaikan sedikit kandungan air pada bahan pangan kering dapat mengakibatkan kerusakan pada bahan pangan tersebut sehingga tidak bisa digunakan lagi.
Asam urat merupakan senyawa kimia hasil akhir dari metabolisme nucleic acid atau metabolisme purin dalam tubuh. Berdasarkan penyelidikan bahwa 90% dari asam urat merupakan hasil katabolisme purin yang dibantu oleh enzim guanase dan ksantin oksidase (Shamley, 2005). Asam urat ini dibawa ke ginjal melalui aliran darah untuk dikeluarkan bersama air seni. Ginjal yang sehat akan mengatur kadar asam urat dalam darah agar selalu dalam keadaan normal. Namun, asam urat yang berlebihan tidak akan tertampung dan termetabolisme seluruhnya oleh tubuh, maka akan terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah yang disebut sebagai hiperurisemia. Hiperurisemia yang lanjut dapat berkembang menjadi gout (Klippel, 2000). Hiperurisemia dan gout terus menjadi masalah penting di dalam perawatan medis. Masing-masing dapat diobati secara efektif pada tingkat dini, sehingga mencegah atau memperkecil kerusakan jaringan dan kehilangan fungsi. Resiko komplikasi klinis hiperurisemia meningkat dengan peningkatan kadar urat serum (Kozin, 1993). Hiperurisemia berisiko tinggi terhadap beberapa gangguan seperti penyakit artritis gout, batu ginjal, kerusakan ginjal, serta tekanan darah tinggi. Gangguan arthritis gout merupakan salah satu jenis penyakit rematik. Kelainan metabolik ini kebanyakan menyerang sendi-sendi perifer.
Gambar 4.5 Kurva Kalibrasi Vitamin C pada Panjang Gelombang 710 nm Dari Gambar 4.5 menunjukkan dari kurva kalibrasi di atas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi dengan absorbansi.Persamaan garis yang diperoleh adalah Y = 0,0423x - 0,0017, dengan koefisien kolerasi (r) sebesar 0,9994. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan terdapat korelasi yang positif antara kadar dengan serapan, artinya dengan meningkatnya konsentrasi maka absorbansi juga akan meningkat. Besar hubungannya ditentukan oleh koefisien kolerasi (r) yakni 0,9994 (99,94%). Hal ini berarti terdapat 99,94% data yang memiliki hubungan linear (Sudjana, 2005). Data pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 12.
Gambar 4.5 Kurva Kalibrasi Vitamin C pada Panjang Gelombang 710 nm Dari Gambar 4.5 menunjukkan dari kurva kalibrasi di atas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi dengan absorbansi.Persamaan garis yang diperoleh adalah Y = 0,0423x - 0,0017, dengan koefisien kolerasi (r) sebesar 0,9994. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan terdapat korelasi yang positif antara kadar dengan serapan, artinya dengan meningkatnya konsentrasi maka absorbansi juga akan meningkat. Besar hubungannya ditentukan oleh koefisien kolerasi (r) yakni 0,9994 (99,94%). Hal ini berarti terdapat 99,94% data yang memiliki hubungan linear (Sudjana, 2005). Data pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 12.
total padatan terlarut serbuk minuman instan Kuinibit ........................ 57 Pengaruh jumlah dekstrin terhadap total padatan terlarut serbuk minuman instan Kuinibit ...................................................................... 58 Pengaruh interaksi antara perbandingan sari bit dengan sari kuini dan jumlah dekstrin terhadap total padatan terlarut serbuk minuman instan Kuinibit ...................................................................................... 60 Nilai Hedonik Warna .................................................................................... 60
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penambahan sari markisa dan perbandingan gula dengan sorbitol pada mutu selai lembaran jambu biji merah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dua faktor, yaitu penambahan sari markisa (5%, 10%, 15%, dan 20%) dan perbandingan gula dengan sorbitol (90%:10%, 80%:20%, 70%:30%, dan 60%:40%). Parameter yang dianalisa adalah kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut, pH, kadar air, kadarabu, kekuatan selai lembaran, uji hedonik terhadap warna, tekstur, rasa, aroma, dan kenampakan keseluruhan.