Jika dikaitkan dengan penyelesaian masalah matematika, maka analisis kemampuanberpikirkritis siswa kelas XI IPA MA Al-Muslihun adalah sebagai berikut: (1) Tahap klarifikasi, pada tahap ini subjek yang menempati tingkat kemampuanberpikirkritis 1 sampai dengan 2 menunjukkan karakteristik yang hampir sama yaitu mendapatkan informasi dari data yang ada. Subjek mengidentifikasi masalah (pertanyaannya) berdasarkan apa yang tersurat dan tidak menyeluruh. Sedangkan subjek pada tingkat kemampuanberpikirkritis 3 mampu mengidentifikasi masalah berdasarkan pernyataan yang ada (tersurat) pada masalah secara utuh (kalimat pertanyaan dibaca) dan mengetahui makna yang tersirat pada pertanyaan. (2) Tahap asesmen, pada tahap ini subjek yang menempati tingkat kemampuanberpikirkritis 1 hanya menggali sebagian kecil informasi yang relevan sedangkan subjek yang menempati tingkat kemampuanberpikirkritis 2 sampai tingkat kemampuanberpikirkritis 3 menggali sebagian besar informasi yang relevan dengan masalah. (3) Tahap penyimpulan, pada tahap ini subjek yang menempati tingkat kemampuanberpikirkritis 1 sampai tingkat kemampuanberpikirkritis 2 hanya menggunakan berpikir induksi sedangkan pada tingkat kemampuanberpikirkritis 3 menggunakan berpikir induksi dan berpikir deduksi. (4) Tahap strategi/taktik, subjek yang menempati tingkat kemampuanberpikirkritis 1 menggunakan analogi atau tidak dapat memunculkan strategi yang digunakan. Subjek yang menempati tingkat kemampuanberpikirkritis 2 dan tingkat kemampuanberpikirkritis 3 menggunakan analogi, alur berpikirnya (penalaran) ada yang tidak dapat diikuti dan tidak logis, serta menggunakan pengetahuan yang sudah ada. Subjek pada tingkat kemampuanberpikirkritis 3 menggunakan idenya sendiri dengan mencari hubungan-hubungan dalam menyelesaikan masalah, dan alur berpikirnya (penalaran) jelas serta logis.
Fokus penelitian pada penelitian ini adalah 1) Bagaimana kemampuanberpikirkritis siswa laki-laki dalam problem solving matematika?. 2) Bagaimana kemampuanberpikirkritis siswa perempuan dalam problem solving matematika?. Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk megetahui kemampuanBerpikirKritis Siswa laki-laki yang mempunyai kemampuan matematika tinggi, kemampuanBerpikirKritis siswa perempuan yang mempunyai kemampuan matematika tinggi, serta persamaan dan perbedaannya dalam Problem Solving matematika.
Sementara itu, interaksi antara kelas pembelajaran dan KAM memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuanberpikirkritis matematis. Hal ini ditunjukkan pada nilai F = 3,328 dengan nilai probabilitas (sig.) = 0,041. Oleh karena itu nilai probabilitas (sig.) lebih kecil dari 0,05 berarti paling sedikit ada dua kelompok pembelajaran yang berinteraksi dengan kemampuan awal matematika dalam kemampuanberpikirkritis matematis. Dengan demikian secara signifikan peningkatan kemampuanberpikirkritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konflik kognitif lebih baik dari siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional dilihat dari kemampuan awal matematika (tinggi, sedang, dan rendah).
23 setelah pembelajaran dilangsungkan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe uraian yang terdiri atas 5 item soal. Materi yang diujikan adalah pokok bahasan lingkaran. Tes yang diberikan pada setiap kelas baik soal-soal untuk pretes dan posttes sama. Sebelum penyusunan tes kemampuanberpikirkritis, terlebih dahulu dibuat kisi- kisi soal tes kemampuanberpikirkritis. Tes berpikirkritis ini menuntut siswa memberikan jawaban berupa Interpretasi (melakukan katagorisasi, menjelaskan arti), Analisis (meneliti ide-ide, mengidentifikasi dan menganalisis argumen), Evaluasi (menilai pendapat), dan pengambilan kesimpulan (mencari bukti dan alternatif, membuat kesimpulan) Pemberian skor jawaban siswa disusun berdasarkan empat kemampuan di atas.
dipakai atau tidak, prosedur mana yang harus dilakukan terlebih dahulu atau berikutnya ini menaikkan kemampuanberpikir kritisnya pada indikator mempertimbangkan penggunaan prosedur yang tepat. Semua siswa mengisi bagian pada lembar kerja yang disediakan untuk memberikan penjelasan ada yang menjelaskan singkat sesuai yang dipertanyakan, ada juga yang memberikan penjelasan panjang. Mempertanggungjawabkan hasil observasi dan melaporkan hasil observasi dapat terlihat dari lembar kerja siswa yang sudah berisi hasil observsinya. Ketika guru menanyakan beberapa bagian pada lembar kerja yang mereka buat, siswa mampu menjelaskan secara singkat. Kemampuanberpikirkritis siswa pada indikator yang kesembilan yaitu strategi membuat definisi dengan bertindak memberikan penjelasan lanjut belum mampu mencapai kategori kritis. Ini disebabkan karena guru kurang memotivasi siswa untuk mencoba membuat definisi dalam penjelasan lanjut. Naiknya tingkat berpikirkritis siswa pada keseluruhan pertemuan ketiga disebabkan karena siswa sudah pernah belajar menggunakan metode ini pada pertemuan sebelumnya, sehingga tidak terlalu banyak tanya, siswa langsung melakukan observasi seperti yang diminta. Pengalaman penggunaan metode inkuiri pada pertemuan sebelumnya juga menjadi pengetahuan tambahan pada tahap orientasi pada pembelajaran inkuiri di pertemuan ini. Ini membuat siswa mampu menyusun cara kerja sekaligus mengatur waktu pada setiap tahap, sampai mampu menyelesaikan laporan observasinya. Dengan begitu siswa langsung menaikkan semua indikator kemampuanberpikirkritis sekaligus. Kemampuanberpikirkritis siswa kelas kontrol menurun karena metode pembelajaran yang dilakukan tidak diarahkan untuk memotivasi siswa berpikirkritis. Siswa tidak diminta membuat cara kerja, maka merekapun tidak membuatnya. Dari pertanyaan yang diberikan, siswa kelas kontrol juga tidak mampu menjawab dengan baik.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantu Media Audio Visual Untuk Meningkatkan KemampuanBerpikirKritis Siswa Kelas 4 SDN Ledok 07 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2017/2018 ” ini dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendiskripsikan hasil belajar peserta didik kelas VIII SMPN 2 Randuagung setelah diterapkan model pembelajaran CIRC pada materi gerak tumbuhan, (2) mendiskripsikan kemampuanberpikirkritis peserta didik kelas VIII SMPN 2 Randuagung setelah diterapkan model pembelajaran CIRC pada materi materi gerak pada tumbuhan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Objek penelitian adalah proses pembelajaran biologi di SMPN 2 Randuagung Lumajang kelas VIII dan subjek dari penelitian adalah semua peserta didik yang ada di kelas tersebut. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yakni siklus I terdiri dari dua kali pertemuan dan siklus II terdiri dari dua kali pertemuan. Setiap akhir siklus diadakan tes berupa ulangan harian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa lembar observasi, tes dan wawancara terhadap guru dan peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran CIRC memberikan dampak positif terhadap hasil belajar dan kemampuanberpikirkritis peserta didik. (1) Hasil belajar peserta didik meningkat 31% dari data awal yang diperoleh dari guru ke siklus I dan meningkat lagi 41,4% pada siklus II. (2) Skor kemampuanberpikirkritis peserta didik mengalami peningkatan pada semua kelompok pada setiap siklusnya terutama peningkatan pada mengevaluasi dan menyimpulkan. Kriteria kemampuanberpikirkritis peserta didik, yaitu (a) kemampuan mengidentifikasi masalah, (b) kemampuan menganalisis, (c) kemampuan mengevaluasi, dan (d) kemampuan menyimpulkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuanberpikirkritis pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas V SD N 2 Blahbatuh, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD N 2 Blahbatuh tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 40 orang siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes. Data kemampuanberpikirkritis diperoleh dengan metode tes. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan rumus teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuanberpikirkritis pada mata pelajaran PKn siswa kelas V SD N 2 Blahbatuh tahun ajaran 2013/2014. Hal ini terlihat rata – rata kemampuanberpikirkritis pada siklus I sebesar 71,02 dan pada siklus II rata-rata kemampuanberpikirkritis meningkat menjadi 81,30. Sedangkan persentase ketuntasan belajar pada siklus II yaitu 62,50% yang berada pada kategori rendah, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,50% berada pada kategori tinggi. Jadi simpulan dari penelitian ini adalah penerapan pendekatan kooperatif tipe student teams achievement division dapat meningkatkan kemampuanberpikirkritis pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan siswa kelas V SD N 2 Blahbatuh tahun ajaran 2013/2014.
Kepedulian terhadap lingkungan perlu dimiliki oleh setiap orang untuk menjaga keberlangsungan lingkungan pada masa sekarang dan masa mendatang. Upaya peningkatan kepedulian terhadap lingkungan dapat dilakukan melalui pembangunan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga dan melestarika lingkungan. Kesadaran masyarakat ini dibangun dengan landasan menggunakan pemikiran yang mendalam dengan melibatkan kemampuanberpikirkritis di dalamnya.
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan mengembangkan kemampuanberpikir mahasiswa pada matakuliah Fisika Lingkungan agar dapat berpartisipasi dalam pemecahan masalah pencemaran lingkungan yang selama ini menjadi topik yang menarik untuk dapat dicari pemecahannya. Model pembelajaran yang digunakan Problem Based Intruction ( PBI) Mahasiswa diberi kesempatan melakukan penyelidikan di dalam dan di luar kelas, data diperoleh dari Lembar Kerja Mahasiswa (LKM),lembar pengamatan afektif dan psikomotorik dan tes Mahasiswa aktif mempresentasikan dan melakukan diskusi untuk memecahakan masalah, serta menarik kesimpulan melalui proses berpikirkritis. Hasil penelitian menunjukkan kemampuanberpikirkritis mahasiswa yang dapat dikembangkan pada model pembelajaran ini adalah: mengklasifikasi, mengasumsi, memprediksi, menghipotesis, mengevaluasi, menganalisis, dan membuat kesimpulan. Dengan nilai rata-rata tiap siklus I, siklus II dan siklus III, berturut-turut: 63,10; 76,32; dan 79,80. Peningkatan nilai rata-rata kemampuanberpikirkritis seiring dengan meningkatnya jumlah siswa yang termasuk kategori sangat kritis dan kritis dalam hierarki kategori kemampuanberpikirkritis.
b. Kemampuanberpikirkritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam menjawab soal-soal esai yang dibuat berdasarkan indikator kemampuanberpikirkritis peserta didik menurut Ennis (1985), yang terdiri dari lima indikator antara lain memfokuskan pertanyaan, menganalisis peretanyaan, bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan, mempertimbangkna apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, serta mengobsaervasi dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi. Kemampuanberpikir peserta didik diperoleh dari hasil pretest yang dilakukan sebelum proses pembelajaran dan hasil posttest yang dilakukan setelah proses pembelajaran berlangsung. Peningkatan keamampuan berpikirkritis dapat dilihat berdasarkan rata-rata dari nilai N-gain pada setiap indikator kemampuanberpikirkritis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuanberpikirkritis siswa melalui implementasi model Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran IPA Terpadu. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain non-equivalent pretest-posttest control group design. Sampel penelitian ini terdiri dari 50 siswa kelas VII di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Lampung Utara pada tahun ajaran 2014/2015 yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berpikirkritis materi pencemaran lingkungan yang digunakan untuk mengukur penguasaan kemampuanberpikirkritis siswa. Teknik analisis data menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t (independent sample t-test) terhadap nilai gain yang dinormalisasi (N- gain) dari nilai pretest dan post-test siswa dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 22 dan Microsoft Excel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuanberpikirkritis siswa antara kelas yang menerapkan model PBL dengan kelas kontrol. Kemampuanberpikirkritis siswa kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 47% sedangkan peningkatan kemampuanberpikirkritis siswa kelas kontrol sebesar 32%. Hasil penelitian ini dibuktikan dari nilai signifikansi uji t sebesar 0,026 yang berarti bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima. Hasil penelitian ini
Model Pembelajaran MURDER memiliki kelebihan dalam meningkatkan kemampuanberpikirkritis dan kreatif siswa. Masing-masing langkah dalam model pembelajaran ini memiliki peranan untuk meningkatkan kemampuanberpikir siswa, misalnya dengan kegiatan Understand dan Recall siswa akan terangsang untuk berpikirkritis dalam menghadapi suatu permasalahan, sedangkan dengan kegiatan Digest dan Expand siswa akan terangsang untuk membiasakan diri berpikir secara kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah penerapan teknik probing prompting dapat meningkatkan kemampuanberpikirkritis dan pemahaman konsep belajar matematika siswa kelas VII D SMP N 2 Wedi pada pokok bahasan segitiga?
Adapun isi jurnal vol. 5 nomor 1 Juni 2012 ini antara lain membicarakan tentang pembelajaran geometri dalam meningkatkan kemampuanberpikirkritis dan kecerdasan emosional, pembelajaran yang diawali dengan pemberian soal cerita untuk meningkatkan hasil belajar matematika dan sikap terhadap matematika siswa kelas V-A, pemetaan dan peningkatan model pengembangan pembelajaran matematika, meningkatkan pemahaman konsep geometri siswa melalui pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw, peningkatan pemahaman konsep dan komunikasi matematik siswa dengan pendekatan penemuan terbimbing berbantuan software autograph, dan perbedaan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika melalui pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional, Upaya Meningkatkan Komunikasi Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Mapping And Improvement Development Model Of Mathematics Learning.
Tes tertulis dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 22 Mei 2015 pukul 09.40-10.40 WIB bertempat di kela VIII-J SMPN 1 Ngunut Tulungagung. Tes tertulis hanya diikuti oleh 8 siswa. Materi yang dijadikan tes tertulis ini adalah tentang materi sistem persamaan linier dua variabel sejumlah 4 soal yang diurutkan berdasarkan indicator berfikir kritis dengan rincian nomer 1 adalah soal tahap kemampuan menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan, nomer 2 adalah soal tahap kemampuan mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep, nomer 3 adalah kemampuan untuk mengambil keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbangkan dan yang terakhir soal nomer 4 adalah tahap ketertarikan untuk mencari solusi baru. Adapun soal tes dapat dilihat pada lampiran soal tes. Pelaksanaan tes tertulis ini diamati langsung oleh peneliti dan guru matematika kelas VIII-J.
validitas dan reliabilitas angket dihitung seperti pada tes. Hasil lengkap reliabilitas pada lampiran 32 halaman 194. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan reliabilitas tes kemampuanberpikirkritis adalah 0,85 menurut kriteria dari koefisien reliabilitas termasuk kategori tinggi. Sedangkan hasil validitas terdapat pernyataan yang tidak valid dan termasuk kedalam kriteria rendah. Dari dua puluh tujuh pernyataan terdapat dua pernyataan yang tidak valid yaitu pernyataan nomor 2 dan 21. Kedua pernyataan tersebut diperbaiki terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai instrumen untuk mengukur kemandirian belajar siswa. Selain itu, untuk pernyataan yang termasuk kedalam kategori validitas yang rendah juga diperbaiki yaitu pernyataan nomor 6, 9, 13, dan 26. Hasil perhitungan dan interpretasi validitas butir pernyataan kemandirian belajar dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 31 halaman 192.
Kemampuanberpikirkritis sangat diperlukan, mengingat bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, dan memungkinkan siapa saja bisa memperolah informasi secara cepat dan mudah dengan melimpah dari berbagai sumber dan tempat manapun di dunia. Menurut Molan (2012: 12) membangun sikap kritis sebenarnya dimaksudkan untuk mengajak kita berpikir jernih. Paparan tersebut mengarahkan kita pengajar agar membangun siswa yang mampu berpikirkritis dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sulitnya melatih siswa berpikir jernih menjadi kendala bagi seorang guru, sebab akan menggangu hasil belajar. Sehubungan dengan hal tersebut, guru harus pintar membiasakan siswa untuk berpikirkritis. Melatih siswa dan membiasakan berpikirkritis akan mengasah kemampuan siswa dalam bidang komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Berlatih merupakan suatu proses yang digunakan untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan. Agar siswa lebih terampil dalam berpikir dan berkomunikasi, pendidik harus memilih pembelajaran yang bisa mengasah serta melatih pemikiran siswa guna meningkatkan daya berpikirkritis siswa.
Menyadari pentingnya berpikirkritis untuk membekali siswa peneliti melakukan pembelajaran matematika guna mengidentifikasi kebiasaan siswa berpikirkritis di kelas VII D SMPN2 Kualasimpang. Hasil observasi dan analisis lembar jawaban, beberapa fakta bahwa siswa kelas VII D SMPN 2 Kualasimpang masih mengalami kendala dalam berpikirkritis. Pembiasaan berpikirkritis dalam pembelajaran matematika akan mengarahkan matematika sebagai wadah diskusi dan kolaborasi yang penting dalam membangun iklim berkompetisi secara intelektual (Jacob dan Sam, 2008). Berpikirkritis dalam pemecahan masalah matematika bertujuan mendukung model pembelajaran guna mengukur keterlibatan kemampuanberpikirkritis dan mengukur keterlibatan siswa. Selain itu sebagai alat evaluasi terhadap reaksi siswa dalam menyelesaikan masalah. Strategi yang digunakan dalam meningkatkan kemampuanberpikirkritis antara lain meminta siswa bertanya, penyelidikan mandiri terhadap suatu gejala, latihan menggunakan penemuan tipe eksperimen pada masalah open-ended dan membuat kesimpulan (Miri, David dan Uri, 2007). Strategi – strategi tersebut mendukung perkembangan keterampilan guru secara konteks pada program yang melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Darhim (2004) mengatakan bahwa ada kemungkinan siswa yang kemampuannya kurang, apabila pendekatan pembelajaran yang digunakan menarik, kontekstual, dan sesuai dengan tingkat kematangan siswanya, maka pemahaman mereka akan lebih cepat. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuanberpikirkritis siswa dalam matematika. Mungkin akan terjadi sebaliknya untuk siswa pandai, pengaruh pembelajaran terhadap pemahaman matematika yang dipelajarinya agak kurang. Akibatnya, pengaruh pembelajaran tersebut terhadap kemampuanberpikirkritis siswa tidak terlalu besar. Ini bisa terjadi karena para siswa pandai dimungkinkan lebih cepat memahami topik matematika yang dipelajari (karena kepandaiannya), walaupun tanpa menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran yang menarik dan kontekstual.