Berdasarkan hasil uraian penulis dalam karya ilmiah tentang tinjuan teologis tentang mimpi berdasarkan kitabKejadian 37:1-11 maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama, mimpi adalah alat penyataan Allah, di mana dalam penglihatan itu Allah menyampaikan informasi, memberikan petunjuk dan memimpin umat-Nya kepada jalan yang Allah kehendaki. Kedua, Allah berkomunikasi kepada manusia bukan hanya kepada orang-orang dalam Perjanjian Lama tetapi zaman sekarang pun Allah masih menggunakan mimpi sebagai sarana untuk berkomunikasi kepada manusia untuk memperingati dan menyampaikan maksud Allah kepada manusia. Ketiga, Allah berbicara kepada manusia dalam mimpi, sehingga manusia lebih mengenal bahwa Allah berdaulat memberikan informasi tentang masa depan seseorang. Keempat, melalui penglihatan, Allah memberikan peringatan-peringatan kepada manusia. Memperingati orang-orang tertentu yang hidupnya tidak berkenan kepada Allah, sehingga orang tersebut bertobat. Kelima, Allah bisa menyampaikan maksudnya kepada manusia bisa bersifat pribadi dan bersifat universal. Keenam, Mimpi dapat digunakan oleh Allah untuk menyatakan visi bagi orang-orang tertentu dengan memberikan suatu penglihatan akan masa depannya.
Kitab ini terdiri dari 50 pasal dan merupakan kitab pertama dari keseluruhan isi Alkitab. KitabKejadian juga dikenal sebagai salah satu dari lima kitab Tora Musa seperti, Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan. Kelima kitab tersebut disebukan kitab Tora, ini juga dengan istilah Taurat atau Pentateukh. Meski ada dalam kitab-kitab lain diinformasikan mengenai penciptaan misalnya di dalam kitab Yeremia, itu kutipan dari kitab Tora: Akulah yang menjadikan bumi, manusia dan hewan yang ada di atas muka bumi dengan kekuatan-Ku yang besar dan dengan lengan-Ku yang terentang, dan Aku memberikannya kepada orang yang benar di mata-Ku (Yer.27:5). Musa adalah nabi yang dipercayakan menuliskan apa yang telah diciptakan mengenai adanya jagat raya ini, dan kitab tersebut merupakan sumber informasi sebagai rujukan awal darimana informasi pertama diketahui adanya jagat raya ini.
Begitu banyak konsekuensi yang terjadi ketika Allah mengungkapkan pernyataan-Nya dalam Kejadian 6:6-7 “Maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN: “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung- burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.” Muncul berbagai spekulasi dan pertanyaan-pertanyaan, baik di kalangan teologi maupun jemaat Tuhan. Seperti, mengapa Allah menyesal menjadikan manusia sebagai ciptaan yang dibuat berdasarkaan gambar-Nya? Apakah Allah terbatas, apakah Allah tidak memiliki bingkai masa depan yang jelas akan akhir dunia dan kehidupan di mana Ia yang memulai di dalam-Nya? Jika Allah menyesal berarti Allah terbatas, Allah sama seperti manusia juga, Allah menyangkali sifat dasar- Nya sebagai Tuhan, sampai akhirnya bagaimana manusia yang diciptakan-Nya akan memandang diri-Nya sebagai Tuhan. Jika Allah tidak tahu akan kesudahan dari ciptaan-Nya, berarti Allah sama dengan omong kosong. Dengan berbagai macam argumentasi yang muncul atas sikap dan pernyataan Allah melalui Kejadian 6:6-7, maka sangat penting dijelaskan dan dimengerti apa maksud dan tujuan Allah atas penciptaan manusia dan semua makhluk hidup yang lainnya.
2. Merujuk pada Kejadian 1:1 , disimpulkan juga bahwa Allah menciptakan ciptaanNya, Allah ada karena ciptaanNya dan Allah berbeda dengan ciptaanNya sehingga menolak pandangan Pantheisme yang percaya bahwa segala ciptaan terdapat unsur Allah di dalamnya. Allah menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada (ex nihilo) dengan menggunakan Firman Allah (Dabar Elohim) sebagai alat penciptaanNya
CARA MENGIMANI -- KITAB SEBELUM AL QUR’AN SECARA IJMALI -- KITAB ALQUR’AN SECARA TAFSILI KITAB TAURAT YANG DISEBUT OLD TESTAMEN ATAU PERJANJIAN LAMA BERISI KITAB KEJADIAN, KITAB KELUAR[r]
Paham antroposentrisme dan tafsiran yang keliru terhadap narasi dalam pasal pertama kitabKejadian menunjukkan bahwa manusia belum memahami dan menerima keterhubungan dan ketergantungan dalam segala bentuk kehidupan yang ada di muka bumi ini. Eksploitasi besar- besaran terhadap alam menunjukkan bahwa manusia belum menghargai keberadaan dan nilai dari ciptaan non-manusia (Migliore, 2014: 112). Alam hanya berharga selama memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Padahal, di sisi lain, keanekaragaman hayati menunjukkan bahwa makhluk hidup sangat bergantung satu sama lain, seperti ikan tidak bisa hidup tanpa terumbu karang, demikian pula manusia tidak dapat hidup tanpa lingkungan sekitarnya. Mengkritik tafsiran ini, Robert Borrong berpendapat bahwa Kejadian 1:26-28 tidak dapat ditafsir sebagai mandat untuk menguasai bumi semata-mata. Mandat dalam Kejadian 1:26-28 justru mengandung makna agar manusia memelihara bumi (Borrong, 2005: 142).
Dengan jatuhnya nilai saham-saham di Wall Street beberapa waktu yang lalu, terjadilah krisis ekonomi global yang berakibat buruk, tidak saja di Amerika Serikat, tetapi hampir di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Adakah rahasia Tuhan untuk menyelamatkan umat-Nya dari krisis ekonomi global ini? Bagaimana kita dapat terhindar dan terlindung daripadanya? Adakah resep siap pakai yang efektif untuk menghadapinya? Untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan tersebut di atas dari sudut pandang Alkitab sebagai Firman Tuhan, marilah kita merenungkan kisah Ishak dalam KitabKejadian 26 ayat 1, “Maka timbullah kelaparan di negeri itu (there was a famine in the land).” Dalam masa kelaparan, segala sesuatu mulai mati secara perlahan-lahan, tak ada tanda-tanda pertumbuhan apa pun juga, tak ada hujan, banyak hewan yang mati, manusia pun demikian juga, tanah menjadi gersang, tak ada pangan dan kesusahan lain mulai bermunculan.
Percaya kepada kitab-kitab Allah SWT hukumnya adalah wajib ‘ain atau wajib bagi seluruh warga muslim di seluruh dunia. Dilihat dari pengertian atau arti defenisi, kitab Allah SWT adalah kitab suci yang merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT melalui rasul-rasulnya untuk dijadikan pedoman hidup umat manusia sepanjang masa. Orang yang mengingkari serta tidak percaya kepada Al-quran disebut orang- orang murtad.
Adapun pernikahan kedua dilaksanakan setelah kembali dari Haramain, dia menikah dengan S}afiah binti Kiai Murtad}a Semarang. Dari istri kedua tersebut, dia mempunyai dua keturunan, yaitu Cholil dan Yahya. Dia mendapatkan julukan sebagai Abu Yahya seperti yang tercantum dalam kitab Qabu>l al-‘Ata>ya ‘an Jawa>b ma> S}adara li al-Syaikh Abi> Yahya> yang merupakan kitab karangan dari salah seorang santrinya yang bernama Kiai Sya’ban ibn Hasan. 9
Serat Pararaton, atau Pararaton saja (bahasa Kawi : "Kitab Raja-Raja") (lihat Gambar 12), adalah sebuah kitab naskah Sastra Jawa Pertengahan yang digubah dalam bahasa Jawa Kawi (Jawa Kuno). Naskah ini cukup singkat, berupa 32 halaman seukuran folio yang terdiri atas 1126 baris (Wikipedia, 2007h). Isinya adalah awal sejarah raja-raja Singhasari sampai masa akhir Majapahit. Kitab ini juga dikenal dengan nama "Pustaka Raja", yang dalam bahasa Sanskerta juga berarti "kitab raja-raja". Tidak terdapat catatan yang menunjukkan siapa penulis Pararaton. Mengingat tarikh yang tertua yang terdapat pada lembaran-lembaran naskah adalah 1522 Saka (1600 M), diperkirakan bahwa bagian terakhir dari teks naskah telah dituliskan antara tahun 1481 dan 1600 Saka, tahun pertama lebih mendekati kebenaran daripada tahun kedua. Sementara itu, menurut Slamet Muljana, Pararaton ditulis pada tahun 1535 Saka atau1613 M (Muljana, 1968).
ini berbeda dengan kitab Injil asli yang diturunkan Allah swt. kepada Nabi Isa a.s. Dalam bentuknya yang sekarang ada sejumlah pengikut Nabi Isa a.s. yang memasukkan karangannya ke dalam kitab Injil. Mereka adalah Matius, Lukas, Markus, dan Yahya. Oleh karena itu, Injil tersebut dinamakan menurut pengarangnya, yaitu Injil Matius, Injil Lukas, Injil Markus, dan Injil Yahya. 4. Al Quran
Dibawah ini yang bukan merupakan cara beriman kepada kitab-kitab Allah adalah….. Mempercayai kitab-kitab yang diturunkan Allah SWT sebelum Al-Qur’an dengan mengikuti ajarannya b.[r]
KITAB SUCI AGAMA KRISTIAN • Bible atau lebih dikenali sebagai Kitab Injil • Diturunkan kepada Nabi Isa dalam bahasa yahudi kuno • Terdapat dua kitab Bible iaitu Kitab Perjanjian Lama [r]
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut : Iman kepada kitab-kitab Allah SWT. Adalah mengakui, mempercayai dan meyakini bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab kepada para nabi dan Rasul-Nya yang berisi ajaran Allah SWT. Untuk di sampaikan kepada umatnya masing-masing. Mengimani kitab Allah SWT, wajib hukumnya. Mengingkari salah satu kitab Allah SWT sama saja mengingkari seluruh kitab-kitab Allah SWT dan mengingkari para Rasul-Nya, malaikat dan mengingkari Allah SWT sendiri.
Sebelum memasuki sejarah secara detail tentang keempat kitab suci dalam buku ini, Purnomo seperti ingin mengajak pembaca untuk bersepakat di awal bahwa sejarah keempat kitab suci dari agama Samawi tersebut merupakan sejarah yang kontinyu, dan saling timpa-bertimpa. Untuk itu, pembacaan historis memang harus dimulai sejak kitab suci paling awal, yaitu Taurat yang kemudian disusul oleh sejarah kitab-kitab suci setelahnya seperti Zabur, Injil dan Al-Qur’an. Meski dari bebepara sumber menyebutkan bahwa Al-Qur’an dan nabinya, Muhammad, disebutkan paling awal. Tapi secara fakta sejarah, yang hadir sebagai peristiwa yang disaksikan, berbicara lain. Dalam narasi seperti ini, Al-Qur’an disebut sebagai penyempurna sekaligus purna sebagai firman Allah melalui para rasul.
Iman kepada kitab-kitab Allah SWT. Adalah mengakui, mempercayai dan meyakini bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab kepada para nabi dan Rasul-Nya yang berisi ajaran Allah SWT. Untuk di sampaikan kepada umatnya masing-masing. Mengimani kitab Allah SWT, wajib hukumnya. Mengingkari salah satu kitab Allah SWT sama saja mengingkari seluruh kitab-kitab Allah SWT dan mengingkari para Rasul-Nya, malaikat dan mengingkari Allah SWT sendiri. Iman kepada kitab-kitab suci dalam islam, merupakan kesatuan yang tak terpisahkan dengan iman kepada Allah Yang Maha Esa, Malaikat dan Rasul. 1
Kitab tafsir ath-thabari sangat luas dan ensiklopedis, isinya sangat bervariasi dengan subyek pembahasan yang sangat kaya. Seringkali hadits-hadits yang ia sebutkan saling kontradiktif dan terkadang mengalami perulangan dan hanya berbeda dalam mata rantai periwayatannya. Semua informasi yang diberikan ath-thabari diperoleh secara berantai dari para periwayat, mata rantai ini dipelajari oleh Dr. Horst yang menghitung ada 13.026 mata rantai yang berbeda dalam tiga jilid tafsir ath-thabari, dua puluh satu dari 13. 026 ini termsuk didalamnya 15. 700 dari 35.400 macam bentuk informasi hadits-hadits yang menjadi jaminan bagi kebenaran atas berbagai mata rantai peristiwa. 12
Maka dengan diturunkannya Al-Qur'an, Allah mencabut keberlakuan hukum kitab-kitab yang sebelumnya dan menjamin untuk memeliharanya dari tindakan jahat orang- orang yang mau merusaknya serta orang-orang yang ingin mengubahnya, karena Al-Qur'an akan tetap lestari menjadi bukti yang nyata bagi seluruh makhluk sampai datang hari kiamat nanti. Firman Allah ‘Azza wa Jalla: