Hipotesis kedua yang menyatakan konflik pe- kerjaan berpengaruh positif dengan konflikpekerjaan- keluarga tidak dapat ditolak. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya. Sedangkan, hipotesis ketiga yang menyatakan konflikkeluarga berpengaruh positif dengan konflikpekerjaan-keluarga ditolak. Analisis penulis terhadap penemuan yang kontradiksi dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa memi- liki pasangan yang juga bekerja memiliki keuntungan tersendiri, baik dalam hal peningkatan pendapatan rumah tangga dan taraf hidup, meningkatnya kemandirian pasangan, serta meningkatnya kepuasan dalam pernikahan. Teori dari Nieva (dalam Higgins and Duxbury, 1992) menyatakan bahwa ketika peran keluarga menuntut baik dalam hal waktu dan tenaga, hal itu juga menjadi sumber kepuasan. Teori lainnya dari Piotrkowski dan Repetti (dalam Higgins and Duxbury, 1992) mengemukakan bahwa dual career woman memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mengatasi konflikkeluarga dalam ”protective functions of multiple roles”. Menurut teori ini, wanita tidak bekerja yang terkurung di rumah dengan sumber kepuasan yang terbatas memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam mengatasi konflikkeluarga dibandingkan dengan wanita bekerja yang memiliki banyak sumber kepuasan. Subyek dalam penelitian ini lebih banyak perempuan yang jika kedua teori tersebut diaplikasikan juga mengindikasikan bahwa jika dual career lebih terlibat dengan keluarganya, mereka akan mendapat imbalan pula dari perannya di keluarga yang mengganti kerugian dari konflik yang dikaitkan dengan menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah konflikpekerjaan dan konflikkeluarga berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada dual career couple di Perum Damri Medan.Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh konflikpekerjaan dan konflikkeluarga terhadap kinerja karyawan pada dual career couple di Perum Damri Medan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah konflikpekerjaan dan konflikkeluarga berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada dual career couple di Perum Damri Medan.Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh konflikpekerjaan dan konflikkeluarga terhadap kinerja karyawan pada dual career couple di Perum Damri Medan.
Konflikpekerjaan dan konflikkeluarga menjelaskan terjadinya benturan antara tanggung jawab pekerjaan di dalam perusahaan atau kehidupan rumah tangga karyawan yang tidak dapat membagi atau menyeimbangkan waktu untuk urusan keluarga dan bekerja dapat menimbulkan konflik yaitu konflikkeluarga dan konflikpekerjaan. Disatu sisi pasangan suami istri dituntut untuk bertanggung jawab dalam mengurus dan membina keluarga secara baik. Namun disisi lain, sebagai seorang karyawan yang baik, dituntut pula untuk bekerja sesuai dengan standar perusahaan dengan menunjukkan performa kerja yang baik. Kondisi seperti dijelaskan sebelumnya
Beberapa kiat menangani konflikpekerjaan dan konflikkeluarga, yaitu:
1. Kiat untuk individu
Menurut Rini(2002), ada beberapa kiat untuk menangani konflikkeluarga dan konflik pekerjaan.Hal ini ditunjukkan pada individu atau diri karyawan sendiri, yaitu dengan manajemen waktu. Manajemen waktu adalah strategi penting yang perlu diterapkan oleh para ibu pekerja untuk dapat mengoptimalkan perannya sebagai ibu rumah tangga, istri, dan sekaligus karyawati.
LAMPIRAN
KUISONER PENELITIAN
Bapak/Ibu yang saya hormati. Saya Mahasiswa Fakultas Ekonomi Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara, memohon kepada Bapak/Ibu untuk berkenan mengisi kuesioner di bawah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kuesioner ini disebarkan dalam rangka untuk menyelesaikan skripsi yang yang berjudul “ Pengaruh konflikpekerjaan dan konflikkeluarga terhadap kinerja karyawan pada pasangan karir ganda di Perum Damri Medan ”.
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Nury Ariani Wulansari, S.E. M.Sc.
Kata Kunci: KonflikPekerjaan-Keluarga, KonflikKeluarga-Pekerjaan, Sentralitas Pekerjaan-Keluarga, Kepuasan Kerja
Pekerjaan dan keluarga merupakan dua bidang penting dalam kehidupan sosial orang dewasa. Apabila keduanya tidak dapat berjalan dengan seimbang maka, dapat mengakibatkan konfik, diantaranya konflikpekerjaan-keluarga dan konflikkeluarga-pekerjaan. Konflik tersebut ternyata dapat menurunkan kepuasan kerja karyawan. Pandangan seseorang tentang nilai kepentingan antara pekerjaan atau keluarga dalam hidup ternyata mampu mempengaruhi konflik yang dialami individu dan cara penyelesaiannya (sentralitas pekerjaan-keluarga). Tujuan penelitian ini untuk menguji konflikpekerjaan-keluarga dan konflikkeluarga- pekerjaan pada kepuasan kerja, serta menguji variabel sentralitas pekerjaan- keluarga sebagai variabel moderator dalam model tersebut.
Data yang diperlukan dalam studi ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui survei dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Data primer yang dikumpulkan merupakan tanggapan pegawai Universitas Slamet Riyadi Surakarta yang terpilih menjadi responden tentang konflikpekerjaan – keluarga dan konflikkeluarga – pekerjaan, serta penilaian kinerja dari atasan langsung mereka. Data sekunder meliputi data penunjang
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pekerjaan dan keluarga adalah dua area dimana manusia menghabiskan sebagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga interdependent satu sama lain sebagaimana keduanya berkaitan dengan pemenuhan hidup seseorang. Melalui pekerjaan, seseorang mengubah tidak hanya lingkungan namun juga dirinya, memperkaya dan menumbuhkan hidup dan semangatnya. Sedangkan keluarga dipandang sebagai hal yang pertama dan paling penting dalam masyarakat. Keluarga juga dikaitkan dengan kasih sayang dimana seseorang dapat mengembangkan diri dan memperoleh pemenuhan dirinya, serta merupakan tempat yang penting bagi sebuah kebahagiaan dan harapan. Sedangkan pekerjaan adalah kondisi dan kebutuhan dasar bagi kehidupan keluarga. Untuk itulah pekerjaan ditujukan bagi seseorang dan keluarga. Seberapa baik human society dengan implikasinya pada bisnis dan perekonomian, tergantung pada keluarga (Guitian, 2009: 515).
Fauji,2013. “Pengeruh Stress Kerja dan Konflik Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan Di PT Karya Mandiri Environment”, Jurnal Fakultas Ekonomi Univ. Pasundan Bandung, Volume 9. No1 Hal 1-5
Herlina, 2011. “ Waktu Adalah Masalahnya : Menyeimbangkan KonflikPekerjaanKeluarga Untuk Mengurangi Stress Kerja ”, Jurnal Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, Volume 5. No 2 Hal 73-81
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan bekerja di Kota denpasar.
Sampel dalam studiiniadalah 188 pasangan bekerja atau 376 orang yang bekerja di sektor formal di Kota Denpasar, Provinsi Bali. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada responden pasangan bekerja yang terpilih di empat kecamatan di kota Denpasar, yaitu Kecamatan Denpasar Utara, Selatan, Timur, dan Barat. Teknik Analisis yang diterapkan adalah Regresi Linier Berganda. Hasil studi menunjukkan bahwa anteseden KPK dan KKP bersifat antar domain yaitu determinan KPK berasal dari karakteristik peran keluarga, sedangkan faktor- faktor yang berkontribusi pada variasi KKP bersumber dari karakteristik peran pekerjaan. Dari tiga determinan peran pekerjaan, keterlibatan dalam pekerjaan muncul sebagai determinan KKP yang paling penting. Di lain pihak, komitmen waktu untuk keluarga tampak sebagai kontibutor yang dominan terhadap prevalensi KPK. Implikasi studi menunjukkan bahwa untuk menyeimbangkan peran pekerjaan dan keluarga, individu harus mempertimbangkan baik faktor- faktor yang berasal dari peran pekerjaan maupun keluarga. Arah untuk riset selanjutnya, juga didiskusikan.
Ketidaksesuaian tuntutan peran pekerjaan dan keluarga yang dialami wirausaha wanita akan menimbulkan konflik antara peran pekerjaan dan keluarga. Konflikpekerjaan -keluarga dan konflikkeluarga-pekerjaan merupakan dua hal yang berbeda. Sumber konflikpekerjaan -keluarga (pekerjaan menggangu kehidupan keluarga) berasal dari tuntutan peran pekerjaa n, sementara sumber konflikkeluarga-pekerjaan (kehidupan keluarga mengganggu pekerjaan) berasal dari tuntutan peran keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sumber-sumber konflikpekerjaan-keluarga dan konflikkeluarga-pekerjaan. Penelitian dilakukan pada wirausaha wanita di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya yang bergerak di bidang usaha kerajinan, pengolahan makanan, jasa dan perdagangan, konveksi, dan agrobisnis. Penelitian dilakukan melalui dua tahap, yaitu wawancara dan survey. Has il wawancara terhadap wirausaha wanita digunakan untuk mengidentifikasi indikator-indikator sumber-sumber konflik pada tahap survey. Sampel survey ditentukan melalui metode purposive sampling dengan kriteria memiliki usaha ekonomi produktif. Metode pengumpulan data dengan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber-sumber konflikpekerjaan-keluarga yang terdiri delapan indikator (jam kerja, jadwal kerja yang tidak fleksibel, tekanan pekerjaan, beban kerja, tipe pekerjaan, tuntutan pekerjaan, nilai-nilai individu, nilai-nilai budaya) mengelompok membentuk satu faktor, sementara sumber-sumber konflik pada keluarga-pekerjaan yang terdiri dari sebelas indikator (jumlah anak, umur anak yang masih kecil, tuntutan perkawinan, tuntutan sebagai orang tua, pekerjaan rumah tangga, pengasuhan anak, kurangnya dukungan suami, kurangnya dukungan anggota keluarga lainnya, nilai-nilai individu, tradisi keluarga, nilai-nilai budaya) mengelompok membentuk tiga faktor.
Kata kunci yang digunakan adalah work‐family conflict, job satisfaction, dan well‐ being (salah satu demensi well‐being adalah job satisfaction). Artikel yang diperoleh berjumlah 20, artikel itu kemudian diseleksi berdasarkan dua pertimbangan. Pertama, studi primer mengandung variabel bebas: konflikpekerjaan‐keluarga dan konflikkeluarga‐pekerjaan (WFC) dengan kepuas‐ an kerja sebagai variabel tergantung, konflikpekerjaan‐keluarga (WIF‐variabel bebas) dengan kepuasan kerja (variabel tergantung), atau konflikkeluarga‐peker‐ jaan (FIW‐variabel bebas) dengan kepuasan kerja (variabel tergantung). Kedua, studi primer memuat ukuran efek r, F, maupun nilai t. Terdapat 7 studi tentang konflikpekerjaan‐keluarga dan konflikkeluarga‐ pekerjaan dengan kepuasan kerja.
Karyawan yang tidak dapat membagi atau menyeimbangkan waktu untuk urusan keluarga dan urusan pekerjaan dapat menimbulkan konflik yaitu konflikkeluarga dan konflikpekerjaan, atau sering disebut sebagai konflikpekerjaan-keluarga. Pada saat ini semakin banyak wanita yang terlibat dalam dunia kerja dimana dahulunya didominasi oleh kaum pria. Tingkat partisipasi tenaga kerja wanita di Indonesia mengalami peningkatan yang lebih besar apabila dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki. Data BPS menyebutkan pada tahun 1980 tingkat partisipasi angkatan kerja wanita sebesar 36,8% dan pada tahun 1990 meningkat menjadi 44,2%. Pada tahun 1995 ang- ka partisipasi tenaga kerja wanita tercatat sebesar 46,9% dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 51,6%. Pada bulan Februari 2007 pekerja wanita bertambah 2,12 juta orang. Sedangkan jumlah pekerja laki-laki hanya bertambah 287.000 orang. Wanita yang bekerja, selain dituntut untuk melakukan kerja produktif yang berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia (seperti sandang, pangan dan papan) juga dituntut untuk mampu melakukan pekerjaan reproduktif. Kerja reproduktif adalah kerja “memproduksi manusia”, tidak hanya sebatas masalah reproduksi biologis wanita seperti hamil, melahirkan, menyusui, namun mencakup pula pengasuhan dan perawatan anak sehari-hari. Kerja reproduktif ini juga mencakup pekerjaan memasak, mencuci dan membersihkan rumah yang seringkali dianggap kodrat wanita. Padahal peran-peran gender sema- cam ini adalah hasil konstruksi sosial dalam masyarakat yang sebenarnya dapat juga dilakukan oleh laki-laki.
pada saat yang bersamaan : sebagai ayah/ibu, suami/istri, sekaligus pekerja (Voydanoff, 2002). Konflikpekerjaan dan keluarga merupakan konflik antar peran, konflik timbul apabila peran didalam pekerjaan dan peran didalam keluarga saling menuntut untuk dipenuhi, pemenuhi peran yang satu akan mempersulit pemenuhan peran yang lain ( Aycan dan Eskin, 2005; Noor, 2002). Menurut Aycan dan Eskin (2005), faktor dalam pekerjaan akan mempengaruhi kehidupan keluarga (konflik antara pekerjaan-keluarga) dan sebaliknya faktor dalam keluarga akan mempengaruhi pekerjaan (konflikkeluarga-pekerjaan). menurut Huang, dkk. (2004) dan Noor (2004) konflikpekerjaan dan keluarga mempunyai dua demensi: pertama, konflikpekerjaan-keluarga : pemenuhan peran dalam pekerjaan dapat menimbulkan kesulitan pemenuhan peran dalam keluarga. Kedua, konflikkeluarga- pekerjaan: pemenuhan peran dalam keluarga dapat menimbulkan kesulitan pemenuhan peran dalam pekerjaan. Konflikpekerjaan dan keluarga disebabkan karena ada faktor dalam pekerjaan yang menyebabkan masalah dalam keluarga sedangkan konflikkeluarga dan pekerjaan disebabkan karena ada faktor dalam keluarga yang menyebabkan masalah dalam pekerjaan (Hammer,dkk,2005).
Niat untuk keluar dari pekerjaan dapat disebabkan oleh dua faktor. Pertama, faktor- faktor pendorong dari dalam perusahaan, seperti suasana kerja yang tidak nyaman, tingkat kompensasi yang tidak adil, atau adanya konflikpekerjaan-keluarga. Kedua, faktor-faktor penarik dari luar perusahaan, se pe rti te rs edia ny a pe luang ke rja di pe rusa ha an lain ya ng lebih m enarik , mengejar tujuan hidup yang baru. Secara riil, niat untuk keluar dari perusahaan itu akan ditunjukkan oleh turnover rate (tingkat keluar- masuk karyawan). Namun, untuk memahami sika p ka ry aw an y ang ma sih ada di perusahaan, maka niat untuk keluar sudah sangat memadai untuk dijadikan tolok ukur. Niat untuk keluar akan terkait dengan tingkat komitmen organisasional yang dimiliki oleh karyawan. Komitmen organisasional memiliki tiga jenis, yaitu (1) affective commitment, (2) normative commitment, (3) continuance
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan suami terhadap kepuasan kerja dengan dimediasi oleh konflikpekerjaan-keluarga pada ibu yang bekerja. Karakteristik partisipan penelitian dalam penelitian ini: (1) partisipan tinggal dengan pasangan dan mempunyai anak yang berusia dibawah 12 tahun dan tinggal dengan partisipan, (2) bekerja penuh waktu. Penelitian ini melibatkan empat variabel: kepuasan kerja, dukungan suami, konflikpekerjaan-keluarga, konflikkeluarga-pekerjaan. Tehnik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis model persamaan struktural. Berdasarkan hasil analisis model persamaan struktural untuk model dukungan suami, konflikpekerjaan-keluarga, konflikkeluarga-pekerjaan dan kepuasan kerja diperoleh nilai chi-square sebesar 0,070, p=0,791, Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan yaitu nilai kai-kuadrat dengan p>0,05; nilai GFI≥0,90; nilai AGFI≥0,90, hasil analisis dari model menunjukkan hasil uji fit telah memenuhi kriteria. Berdasarkan hasil maka dapat disimpulkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Hasil menunjukkan ada pengaruh dukungan suami terhadap kepuasan kerja yang dimediasi konflikpekerjaan-keluarga pada ibu yang bekerja.
(Marcinkus et al., 2007). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Howard et al., (2004) mengindikasikan bahwa work-family conflict berhubungan dengan beberapa hal negatif, salah satunya adalah rendahnya tingkat kepuasan kerja seseorang. WFC dan FWC juga berpengaruh terhadap kepuasan keluarga (Chiu et al., 1998). Ketidaksesuaian antara peran aktual dari seseorang dengan peran yang diharapkan akan menyebabkan ketidakpuasan pada pekerjaan ataupun dalam keluarga (Chiu et al., 1998). Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara kepuasan keluarga dan kepuasan kerja terhadap kepuasan hidup (Chiu et al., 1998). Meskipun banyak penelitian yang lebih fokus pada pekerja wanita sebagai objek penelitian dengan alasan wanita lebih berpotensi untuk mengalami work-family conflict daripada pria (Lilly et al., 2006), penelitian ini juga menggunakan sampel atau objek pekerja laki-laki. Alasan mengapa mengikutsertakan pekerja laki-laki sebagai sampel atau objek penelitian adalah adanya pertimbangan bahwa pekerja laki-laki juga memiliki potensi yang sama dalam mengahadapi work-family conflict.
jadi dua hal sentral dalam kehidupan orang dewasa, terutama pria dan wanita yang bekerja, dan masalah tersebut telah lama menjadi subjek penelitian. Menurut Gutek et al. (dalam Aycan & Eskin, 2005), faktor dalam pekerjaan akan mempengaruhi kehi‐ dupan keluarga (work‐family conflict) dan sebaliknya faktor dalam keluarga akan mempengaruhi pekerjaan (family‐work conflict) Konflikpekerjaan dan keluarga merupakan interrole conflict (konflik antar peran), konflik timbul apabila peran di dalam pekerjaan dan peran di dalam keluarga saling menuntut untuk dipenuhi, pemenuhan peran yang satu akan mempersulit pemenuhan peran yang lain (Greenhaus & Butell dalam Aycan & Eskin, 2005; Noor, 2002).
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya ajukan dengan judul: Pengaruh KonflikPekerjaan-Keluarga Terhadap Turnover Intentions dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada Auditor Kantor Akuntan Publik Di Indonesia) ini adalah hasil karya saya sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi atau karya yang pernah ditulis/ diterbitkan orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebbutkan dalam daftar pustaka. Tesis ini adalah milik saya, segala bentuk kesalahan dan kekeliruan dalam tesis ini adalah tanggung jawab saya.