Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peningkatan KPSterintegrasi siswa SMA melalui penerapan pembelajaran inquiry lab pada materi daur ulang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih kurangnya keterampilan- keterampilan siswa dalam melaksanakan penyelidikan atau percobaan dalam pembelajaran. Salah satu penyebabnya adalah pendidikan sekarang hanya memperoleh konsep yang sudah jadi dari sebuah penelitian, tanpa menerapkan keterampilan siswa dalam ber-inquiry yang merupakan salah satu tujuan utama pembelajaran sains. Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group, Pretest-Posttest Design dengan teknik pengumpulkan sampling Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan KPSterintegrasi antara kelas eksperimen dengan N-gain 0,77 (tinggi) dan kelas kontrol dengan N-gain 0,26 (rendah). Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap kemampuan KPSterintegrasi, pembelajaran yang dilakukan telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif. Hasil belajar siswa diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari.
Banyak penelitian pada pembelajaran berbasis lab tidak berhasil, karena gagal menilai hasil belajar siswa dalam pembelajaran tersebut (Hofstein & Lunetta, 2003). Penilaian autentik terhadap keterampilan siswa dan pemahaman terkait dengan pembelajaran yang dilakukan harus menjadi bagian integral dari pembelajaran berbasis lab. Alat penilaian harus mengukur keterampilan penyelidikan siswa, persepsi siswa, penyelidikan ilmiah, dan konsep-konsep ilmiah yang dimiliki siswa. Selain itu, pada penelitian sebelumnya tentang pembelajaran inquiry lab tidak memunculkan KPS siswa (Kurniasih, 2013). KPS siswa yang banyak dimunculkan dalam proses pembelajaran SMA hanya KPS dasar saja (Alhajjah, 2013). Padahal KPSterintegrasi siswa penting dimunculkan dalam proses pembelajaran SMA (Supadmiyati, 2013).
PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS KPS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN INQUIRY LAB Oleh Aghnia Rahmawati Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuh[r]
Normila , 2015 PENINGKATAN “KPS TERINTEGRASI” SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRY LAB PADA MATERI DAUR ULANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | per[r]
65 Aghnia Rahmawati, 2015 Pengembangan Asesmen Autentik Untuk Menilai Keterampilan Proses Sains Kps Terintegrasi Pada Pembelajaran Inquiry Lab Universitas Pendidikan Indonesia | re[r]
4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang melibatkan KPS terintegrsi dengan menyertakan rubrik terintegrasi dan soal tes yang lebih sesuai dengan standar soal KPSterintegrasi, sehingga KPS terintegrsi siswa benar-benar dapat diniliai dengan baik.
Kriteria KPSterintegrasi yang dimiliki siswa pada tahap penerapan asesmen kinerja mencakup kriteria sangat tinggi, tinggi, dan sedang. Sebesar 37 % siswa memiliki KPSterintegrasi dengan tingkat sangat tinggi, 52 % siswa memiliki KPSterintegrasi dengan tingkat tinggi, dan 11 % siswa memiliki KPSterintegrasi dengan tingkat sedang.
106 Normila , 2015 PENINGKATAN “KPS TERINTEGRASI” SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRY LAB PADA MATERI DAUR ULANG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu [r]
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan asesmen autentik untuk menilai Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi pada pembelajaran berbasis inquiry lab. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengungkap kelebihan dan kekurangan asesmen autentik untuk menilai KPSterintegrasi pada pembelajaran inquiry lab. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan culster random sampling. Hasil uji coba menujukkan bahwa task (tugas kinerja) masih perlu diperbaiki. Hasil penerapan asesmen autentik menunjukkan bahwa task dan rubrik yang dikembangkan sudah dapat digunakan dengan baik. Task dan rubrik yang dikembangkan juga sudah memenuhi kriteria task dan rubrik baik sesuai dengan literatur. Kelebihan asesmen yang dikembangkan pada penelitian ini adalah asesmen kinerja dapat mengungkap KPSterintegrasi yang dimiliki oleh siswa. Kelemahan asesmen yang dikembangkan yakni asesmen kinerja untuk menilai KPSterintegrasi membutuhkan penilai yang tidak sedikit. Berdasarkan tanggapan siswa, task yang digunakan dapat dipahami dan menjadikan siswa aktif berpikir dalam melakukan praktikum. Berdasarkan tanggapan guru, rubrik penilaian yang dikembangkan sudah cukup jelas. Kriteria KPSterintegrasi siswa mencakup kriteria sangat tinggi, tinggi, dan sedang.
1. Pengembangan asesmen autentik berbentuk esai pada materi sistem ekskresi sebaiknya didahului dengan pembiasaan kepada siswa untuk melakukan kegiatan yang menuntut keterampilan proses sains teutama keterampilan proses sains terintegrasinya. Pembiasaan dapat dilakukan dengan memberikan pembelajaran sistem ekskresi yang menyertakan proses keterampilan proses sains terintegrasi siswa. Jadi, guru tidak hanya memberikan konsep sistem ekskresi, namun juga mengajarkan siswa untuk melakukan proses yang menuntut keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada materi sistem ekskresi. Selain itu, pembiasaan juga dapat berupa pemberian latihan soal dengan esai yang melatih KPSterintegrasi. Sehingga saat mengerjakan soal tes mengenai KPSterintegrasi, siswa tidak kaget karena sebelumnya telah mengenal bentuk soal yang diteskan. Hal ini penting untuk mengungkap lebih dalam bagaimana kemampuan keterampilan proses sains terintegrasi siswa saat menyelesaikan soal sistem ekskresi. Selain itu pembiasan siswa melakukan penalaran saat pembelajaran sistem eksresi dapat meningkatkan penguasaan konsep.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peningkatan KPSterintegrasi siswa SMA melalui penerapan pembelajaran inquiry lab pada materi daur ulang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih kurangnya keterampilan- keterampilan siswa dalam melaksanakan penyelidikan atau percobaan dalam pembelajaran. Salah satu penyebabnya adalah pendidikan sekarang hanya memperoleh konsep yang sudah jadi dari sebuah penelitian, tanpa menerapkan keterampilan siswa dalam ber-inquiry yang merupakan salah satu tujuan utama pembelajaran sains. Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group, Pretest-Posttest Design dengan teknik pengumpulkan sampling Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan KPSterintegrasi antara kelas eksperimen dengan N-gain 0,77 (tinggi) dan kelas kontrol dengan N-gain 0,26 (rendah). Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap kemampuan KPSterintegrasi, pembelajaran yang dilakukan telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif. Hasil belajar siswa diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari.
29 Perusahaan yang menggunakan Strategi Yang Terintegrasi dapat: Perusahaan yang menggunakan Strategi Yang Terintegrasi dapat: Strategi Diferensiasi/Biaya Rendah Yang Terintegrasi [r]
Deskripsi Pemahaman anggota KPS tentang Sertifikasi PHBML Keikutsertaan masyarakat dalam sosialisasi PHBML Pendataan anggota KPS Pemahaman tentang konsep premium price Keikutsertaan [r]
Tabel 2 Hasil Nilai Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Peserta Didik No Tahap Aspek Penilaian Nilai Rata-Rata 1 1 KPS 70.00 2 2 KPS 77.87 Nb.: KPS : Keterampilan Prose[r]
Fokus penelitian ini adalah membandingkan peningkatan kemampuan penalaran statistis (KPS) dan self-efficacy (SE) siswa yang mendapat pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional. Populasinya adalah seluruh siswa Madrasah Aliyah di Kabupaten Banyumas yang berasal dari sekolah level sedang dan rendah. Dari setiap level sekolah diambil satu sekolah dan dari setiap sekolah yang terambil diambil satu kelas eksperimen yang mendapat pembelajaran kontekstual dan satu kelas kontrol yang mendapat pembelajaran konvensional. Seluruh siswa yang mengikuti penelitian dikategorikan dalam kelompok bawah, tengah, dan atas berdasarkan skor kemampuan awal statistis (KAS). Instrumen penelitian berupa satu set tes KAS, satu set tes KPS, dan satu set skala SE yang semuanya valid serta reliabel. Analisis data menggunakan uji-t untuk data normal, uji U Mann-Whitney untuk data tidak normal, dan Anava satu jalur dan Anava dua jalur. Hasil utama penelitian ini adalah: (1) peningkatan KPS siswa yang mendapat pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada peningkatan KPS siswa yang mendapat pembelajaran konvensional pada keseluruhan siswa, semua level sekolah, dan semua kelompok siswa; (2) peningkatan KPS siswa yang mendapat pembelajaran kontekstual tidak berbeda untuk kedua level sekolah (3) tidak ada interaksi antara pembelajaran dengan level sekolah terhadap peningkatan KPS, demikian juga tidak ada interaksi antara pembelajaran dengan kelompok siswa terhadap peningkatan kemampuan tersebut; (4) peningkatan SE siswa yang mendapat pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada peningkatan SE siswa yang mendapat pembelajaran konvensional pada keseluruhan siswa, kedua level sekolah, dan kelompok KAS tinggi dan sedang; (5) tidak terdapat perbedaan peningkatan SE pada siswa yang mendapat pembelajaran kontekstual pada kedua level sekolah, tetapi ada perbedaan peningkatan SE siswa yang mendapat pembelajaran kontekstual pada ketiga kelompok siswa; dan (6) tidak ada interaksi antara pembelajaran dengan level sekolah dan antara pembelajaran dengan kelompok KAS siswa dalam peningkatan SE.
b) Seseorang yang memiliki beberapa tanggung jawab klinis, dimana dia tidak diberi kewenangan untuk berpraktik mandiri, sama seperti seorang praktisi mandiri yang sedang belajar tugas baru atau keteram- pilan baru (kewenangan dalam KPS.10 sbg alternatif )
Sudiatmika3 123 Program Studi Pendidikan Sains, Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja,Indonesia e-mail: sri.darmayanti@pasca.undiksha.ac.id, iw_sadia@yahoo.co[r]
ZAZOLNIZAM BIN ZAKARIA – GURU CEMERLANG SAINS MUKA SURAT 4 in the table below: Dalam satu penyiasatan, seorang murid telah menggunakan beberapa klip kertas dan magnet.. Hasil pemerha[r]