Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS dan ArcGis. Hasil pengolahan data dapat diwujudkan dengan menggunakan bentuk tabel, grafik atau diagram, maupun data spasial yang berupa peta-peta. Penelitian ini menggunakan analisis data secara komparatif. Analisis data secara komparatif yang membandingkan persamaan dan perbedaan obyek yang akan diteliti. Analisis komparatif disini dengan untuk menjawab tujuan 1 dengan membandingkan bagaimana kualitaslingkunganpermukiman di daerah karst yang dekat, agak jauh, serta jauh dari sumber air. Kualitaslingkunganpermukiman dipengaruhi oleh fisik bangunan, lingkunganpermukiman dan penghuni. Variabel yang berpengaruh terhadap kualitaslingkunganpermukiman dilakukan
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan varibel terikat. Sugiyono (2011:60) mengatakan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Adapun variabel penentu kualitaslingkunganpermukiman adalah 1) Banjir; 2) air minum/air bersih; 3) sanitasi; 4) tempat pembuangan sampah; 5) saliran air limbah; 6) lokasi permukiman; 7) jalan masuk; 8) keadaan umum bangunan; 9) Lay-out umum bangunan; 10) kepadatan umum bangunan; 11) umur kampung; 12) kepadatan penduduk; 13) sekolah; 14) partisipasi masyarakat;. Variabel bentuk partisipasi masyarakat adalah 1) Buah pikiran/ide; 2) Tenaga; 3) Harta dan uang; 4) keterampilan dan keahlian; 5) sosial. Variabel Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah 1) pendapatan; 2) ketersediaan sarana dan prasarana; 3) persepsi tentang kualitaslingkunganpermukiman; 4) peran tokoh masyarakat; 5) Motivasi; 6) jumlah keluarga.
Penelitian ini berjudul “Analisi KualitasLingkunganPermukiman dengan Menggunakan Aplikasi Citra Penginderaan Jauh Tahun 2006 dan 2010 di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul”, dalam pengerjaannya , penulis banyak mendapat masukan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada :
Laju pertumbuhan penduduk yang meningkat dengan cepat menyebabkan kebutuhan atas lahan sebagai tempat hunian dan pembangunan fasilitas pendukungnya semakin meningkat. Hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya penurunan kualitaslingkunganpermukiman. Salah satu cara untuk menilai kualitaslingkunganpermukiman adalah dengan parameter kualitaslingkungan. Penentuan parameter kualitaslingkungan diantaranya dapat diperoleh melalui interpretasi citra. Keberadaan citra penginderaan jauh yaitu citra Quickbird sangat membantu dalam mengatasi permasalahan ini karena dapat memberikan informasi yang digunakan untuk identifikasi parameter penentu kualitaslingkunganpermukiman. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui sebaran kondisi kualitaslingkunganpermukiman berdasarkan parameter-parameter penentu yang diinterpretasi dari citra Quickbird dan mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi sebaran kondisi kualitaslingkunganpermukiman di daerah penelitian.
Kebutuhan akan rumah dan lingkungan pada masyarakat di permukiman kampung kota bukan saja untuk memenuhi kebutuhan fisiknya saja tetapi juga untuk kebutuhan emosional dan kultural. Berkaitan dengan kebutuhan emosional ini dalam disiplin ilmu arsitektur dan perilaku dikenal konsep teritori yang berkaitan dengan isu- isu mengenai ruang privat (personal space) dan ruang publik (public space) serta konsep mengenai privacy. Konsep teritori menekankan pentingnya dimensi kultur, maka wujud dan cakupan teritori untuk berbagai kelompok individu dengan kultur yang berbeda akan berbeda pula (Haryadi dan B. Setiawan, 1995). Misalnya konsep teritori primer yang terdapat pada kultur masyarakat Barat yaitu suatu area yang dimiliki, digunakan secara eksklusif, disadari oleh orang lain, dikendalikan secara permanen serta menjadi bagian utama dalam kehidupan sehari-hari penghuninya, contohnya rumah. Memasuki area rumah tanpa permisi merupakan suatu masalah yang sangat serius pada kultur Barat namun karena perbedaan dan kekhasan kultur masyarakat Timur yang unsur-unsur komunalnya lebih kental khususnya pada permukiman kampung kota maka memasuki rumah tetangga bukanlah suatu kesalahan yang tak termaafkan. Seringkali pintu-pintu rumah pada permukiman kampung kota terbuka sehingga tetangga dapat masuk tanpa diundang.
Pada saat ini, masyarakat Kampung Bratan, terutama pelaku industri belum melakukan pengolahan terhadap limbah industrinya, baik limbah padat maupun cair. Limbah padat industri bergabung dengan sampah permukiman tanpa diimbangi oleh kapasitas tempat penampungan sampah dan sistem pengelolaan persampahan yang memadai. Bahkan terdapat penumpukan sampah di sungai yang mengindikasikan adanya perilaku pembuangan sampah tidak pada tempat seharusnya. Begitupula dengan dengan limbah cair yang hanya dibuang ke selokan ataupun sungai, menyatu dengan sistem drainase lingkungan, sehingga air sungai berubah warna dan berbau. Isu-isu tersebut menggambarkan adanya penurunan kualitaslingkungan di Kampung Bratan sebagai akibat perilaku masyarakat.
Kecamatan Sewon dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat pesat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk baik pertumbuhan penduduk alami maupun urbanisasi. Dalam melakukan penilaian kualitas dari suatu lingkunganpermukiman menggunakan survei terrestrial akan menggunakan waktu dan tenaga yang banyak apalagi untuk daerah perkotaan yang heterogen dan luas liputan pengamatan yang luas. Alternatif pemecahan masalah tersebut dengan jalan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh dalam menilai kualitaspermukiman. Salah satu teknologi yang digunakan adalah dengan menggunakan citra dengan resolusi spasial tinggi (Quickbird). Di samping itu, data juga dapat diolah dan dianalisis dengan menggunakan sistem informasi geografi. Sistem informasi geografi adalah salah satu pengolahan data dan analisis data
Abstrak: Masih tingginya angka kejadian penyakit menular di Kota Semarang dan dinamika perkembangannya secara keruangan menunjukkan satu indikasi bahwa pembangunan perkotaan di Kota Semarang tidak diimbangi upaya untuk peningkatan kesehatan lingkungan. Meskipun kejadian penyakit menular yang tinggi masih belum diimbangi dengan penelitian yang memadai. Sebagian besar penelitian terkait dengan sebaran penyakit menular masih menyoroti jumlah dan sebarannya secara keruangan. Berdasarkan pada hasil penelitian terlihat jelas bahwa kejadian penyakit menular, khususnya demam berdarah mengarah pada pola penyakit endemik, dimana perulangan kejadian yang tinggi berlokasi pada kelurahan yang sama dalam rentang waktu 2006-2012. Gejala ini juga mulai mempengaruhi penyebaran penyakit secara keruangan, dimana kelurahan dengan kejadian tinggi cenderung memberikan pengaruh positif terhadap penyebaran penyakit DBD pada kelurahan di sekitarnya. Kejadian penularan ini tidak terlepas dari kualitas fisik lingkunganpermukiman yang kurang baik sehingga menyebabkan vektor mudah berkembang biak
Sebagai sasaran dalam kegiatan ini adalah diharapkan dapat memprioritaskan upaya peningkatan dan atau peningkatan kembali kualitaslingkungan perumahan dan permukiman yang memiliki kondisi buruk/rawan. Karena diperhadapkan pada permasalahan yang beragam antara kelurahan yang satu dengan kelurahan yang lain sehingga memerlukan langkah penyelesaian yang tidak selalu sama.
Program investasi jangka menengah bidang cipta karya ini dilakukan dengan tujuan untuk perencanaan, pembangunan infrastruktur di Kabupaten Purbalingga dan diharapkan dapat memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut. Beberapa dampak pembangunan infrastruktur bidang cipta karya terhadap ekonomi masyarakat lokal adalah : a. Pengembangan Kawasan Permukiman
Aplikasi sistem informasi geografi yang diterapkan dari penyadapan data penginderaan jauh yang diterapkan untuk pemecahan masalah kota, dapat memberikan keuntungan lebih, yaitu pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografi dapat menekan biaya dan memperkecil dana untuk penelitian perkotaan, karena tidak semua objek harus dilakukan survey lapangan atau terestrial. Oleh karena itu dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh berpengaruh dalam kecepatan pemrosesan data sehingga waktu yang diperlukan lebih cepat dan efisien untuk penelitian kualitas fisik permukiman.
Hasil penelitian menunjukkan pola persebaran kualitas perukiman cenderung menyebar. Hasil analisis kenyamanan termal menunjukkan nilai THI berada diangka 27 hingga 29. Hal itu menunjukkan bahwa seluruh wilayahnya termasuk dalam kategori tidak nyaman. Arahan penataan permukiman berbasis eco-settlements di wilayah kajian terbagi menjadi aspek ekologis, sosial ekonomi dan kelembagaan. Aspek ekologis menekankan pada arahan penataan ruang terbuka hijau, pengelolaan sanitasi lingkungan dan pengelolaan sampah yang menerapkan konsep 3R atau reuse, reduce dan recycle. Penataan permukiman berkonsep eco-settlements harus didukung oleh program dan sistem kelembagaan yang kompatibel.
Banyak pakar mengemukakan pendapat bahwa kemiskinan adalah salah satu penyebab utama kerusakan lingkungan di negeri ini. Kemiskinan bisa kita temui dengan mudah di kota-kota besar. Pedesaan juga rawan kemiskinan karena pertumbuhan ekonomi di desa tidaklah secepat kota. Selain itu, tidak ada minat untuk mengembangkan ekonomi perdesaan karena dinilai tidak bisa menghasilkan keuntungan besar. Lalu apa kaitannya dengan lingkungan hidup? Kemiskinan di kota besar mungkin tidak terlalu berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan, tetapi penduduk miskin yang tinggal di desa cenderung merusak lingkungan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Jika mereka terdesak oleh kebutuhan ekonomi, mereka bisa merusak hutan atau lingkungan sekitar, atau mengambil kekayaan alam tanpa perhitungan. Penduduk miskin akan menebangi pohon untuk mencukupi kebutuhan hidup. Mereka memanfaatkan lahan marginal secara tidak proporsional. Jika tidak ada sumber penghasilan yang bisa diandalkan untuk mencukupi kebutuhan hidup, mereka terpaksa merampas kekayaan alam untuk memenuhinya. Hutan menjadi satu-satunya tempat yang bisa mereka manfaatkan untuk bertahan hidup.
Gerakan yang mengarah kepada pelestarian lingkungan menjadi sangat populer ketika mantan Perdana Menteri Norwegia GH Bruntland memformulasikan pengertian Pembangunan Berkelanjutan (sustainable development) tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia masa kini tanpa mengorbankan potensi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi, ekonomi, sosial, budaya dan kelembagaan. Meskipun dalam pembahasan berikut ini aspek lingkungan dan energi akan lebih diberi penekanan.
3.17 Klasifikasi Kelas KualitasLingkunganPermukiman Untuk Parameter (Kepadatan Bangunan,Ukuran Bangunan,Pola Bangunan,Lokasi Permukiman, Sanitasi,Persampahan, Fasilitas Umum, dan Ketersediaan Air Bersih .................................................................................................. 51
Selain itu perkembangan jumlah hunian di Kecamatan Tambora ini kurang diimbangi oleh ketersediaan lahan, sehingga untuk menambah jumlah hunian mereka cenderung mengabaikan aturan-aturan dasar tentang pengadaan bangunan rumah seperti kualitas bahan, jenis ruang, garis sempadan jalan maupun jarak antar rumah. Bahkan mereka menggunakan sebagian badan jalan untuk didirikan bangunan untuk pengembangan tempat tinggal yang menyebakan permukiman tersebut menjadi kumuh dan suasana yang tidak tertib yang berakibat pada berubahnya kualitaslingkungan fisik kawasan. Perubahan kualitaslingkungan fisik kawasan akibat aktivitas permukiman ini ditandai dengan terjadinya perusakan estetika lingkungan seperti ketidaksesuaian tampilan bangunan hunian yang semi permanen maupun tidak permanen dengan bangunan formal yang ada di sekitarnya, berkurangnya kenyamanan dan luasan sarana jalan karena sebagian badan jalan didirikan bangunan, tidak adanya penghijauan maupun ruang terbuka hijau pada halaman rumah, serta tidak ada lagi lahan yang dapat digunakan untuk membangun sarana lainnya seperti sarana pendidikan ataupun keagamaan serta sarana bermain anak.
Dari Gambar 4 ini pula dapat dicermati bahwa perencanaan lanskap di ruang terbatas di sekitar rumah tidak dilakukan secara optimal. Pendapat yang berkembang bahwa ruang sedikit sulit dirancang atau tidak bisa dirancang. Hal ini merupakan persoalan pada penelitian ini untuk mencari model yang tepat sehingga konsep pekaranga produktif dapat dilaksanakan. Permasalahan lahan terbatas dipandang memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas lingkunga permukiman perkotaan. Kualitaslingkungan perkotaan yang rentan terhadap degradasi lingkungan dapat didukung dari pemanfaatan ruang terbatas sekitar rumah di permukiman perkotaan dengan pengembangan lanskap produktif secara berkelanjutan.
Penilaian kualitaslingkungan fisik permukiman ini dilakukan di Kecamatan Pakualaman, Kota Yogyakarta.Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan tekonolgi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis. Teknologi penginderaan jauh yang digunakan dalam penelitian ini berupa penggunaan Citra Quickbird yang memiliki resolusi spasial tinggi untuk menyadap data-data yang dibutuhkan untuk memperoleh data parameter dari citra berupa data jalan, penggunaan lahan, atap rumah, pohon pelindung dan blok permukiman.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : kualitaslingkungan dengan sub variabel air bersih, drainase, sanitasi, persampahan, aksesbilitas; rumah sehat dengan sub variabel kepadatan bangunan, bahan bangunan, pencahayaan, kualitas udara, sanitasi atau MCK, RTH privat; guna lahan sekitar dengan sub variabel penggunaan lahan sekitar dan ruang terbuka hijau; tingkat kesempatan kerja dengan sub variabel jenis pekerjaan; tingkat pendapatan dengan sub variabel jumlah pendapatan warga; tingkat pemberdayaan masyarakat dengan sub variabel swadaya masyarakat; tingkat kepadatan penduduk dengan sub variabel jumlah penduduk, dan jumlah penduduk pendatang (urbanisasi); Tingkat pendidikan; tingkat kesehatan; tingkat partisipasi dengan sub variabel partisipasi langsung dan tidak langsung; Budaya masyarakat, Kapasitas institusi dengan sub variabel dukungan kerjasama, dukungan kebijakan, dan dukungan pemerintah
Dari penjelasan diatas maka dapat ditegaskan bahwa permasalahan perumahan dan permukiman diperkotaan merupakan permasalahan yang komplek dan perlu mendapatkan perhatian, hal ini disebabkan karena rumah merupakan kebutuhan dasar manusia selain pangan dan sandang yang masih belum dapat dipenuhi oleh seluruh masyarakat.Bagi masyarakat berpenghasilan rendah, rumah merupakan asset dalam rangka pengembangan kehidupan social dan ekonomi bagi pemiliknya. Sedangkan pengadaan perumahan yang dilakukan oleh semua pelaku pembangunan pada hakekatnya dapat mendorong berkembangnya kegiatan ekonomi nasional.Oleh karena itu bidang perumahan dan permukiman merupakan program yang penting dan strategis dalam rangka pembangunan nasional.