Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa hasil sikap responden tentang AntenatalCare dengan kunjunganAntenatalCare selama kehamilan sebanyak lima belas pernyataan yaitu nomor 1 sampai 15 menunjukkan bahwa jawaban yang paling banyak menyatakan sangat setuju yaitu ibu hamil dapat melaksanakan pemeriksaan kehamilan disarana kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu, Bidan Praktek Swasta dan Dokter Praktek, semakin tua kehamilan harus sering melakukan pemeriksaan ke petugas kesehatan, setiap ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali agar perkembangan janinnya dapat dipantau, sedangkan pernyataan yang paling banyak dijawab sangat tidak setuju yaitu pernyataan suntikan tetanus toxoid sangat diperlukan ibu hamil selama kehamilan untuk mencegah tetanus pada bayi, setiap ibu hamil perlu mengkonsumsi tablet penambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
Distribusi responden menurut umur menunjukkan sebagian besar responden berusia di atas 20 tahun. Pertambahan umur seseorang diikuti oleh peningkatan kematangan seseorang. Nurjanah (2001) mengemukakan bahwa seseorang dalam usia produktif akan mencapai tingkat produktifnya baik dalam bentuk rasional maupun motorik. Berdasarkan distribusi umur responden tersebut, maka nampak bahwa sebagian besar responden berada pada umur produktif, sehingga kemampuan rasional responden dalam memahami adanya resiko kehamilan pada dirinya lebih baik. Kondisi ini membantu responden untuk memahami pentingnya fungsi antenatalcare bagi pemeliharaan kandungannya yang diwujudkan dalam bentuk kepatuhan dalam kunjunganantenatalcare. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan nampak bahwa bahwa masih terdapat 13 responden (29%) memiliki tingkat pendidikan SD atau rendah. Tingkat pendidikan seseorang berhubungan dengan
Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan kunjunganantenatalcare di Puskesmas Padang Matinggi Kecamatan Padang Sidimpuan Selatan di Kota Padang Sidimpuan tahun 2015. Jenis penelitian adalah analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Padang Matinggi sebanyak 81 orang, dan seluruhnya menjadi sampel. Data dianalisis dengan uji chi square dengan α = 0,05.
Tujuan penelitian adalah diketahuinya hubungan persepsi ibu hamil terhadap pelayanan AntenatalCare dengan frekuensi kunjunganAntenatalCare pada ibu hamil di BPS Pipin Heriyanti tahun 2012. Metode penelitian survey analitik dan pendekatan waktu cross sectional, cara pengambilan data dengan kuesioner dan buku KIA. Subyek penelitian adalah primigravida trimester III (>36 minggu) sebanyak 30 responden yang didapatkan dalam kurun waktu penelitian. Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji Product Moment. Hasil penelitian menunjukan persepsi ibu hamil terhadap pelayanan AntenatalCare di BPS Pipin Heriyanti tahun 2012 paling banyak kategori baik, yaitu 22 responden (73%), dan frekuensi kunjunganAntenatalCare di BPS Pipin Heriyanti tahun 2012 paling banyak teratur, yaitu 20 responden (67%). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan persepsi ibu hamil terhadap pelayanan AntenatalCare dengan frekuensi kunjunganAntenatalCare pada ibu hamil di BPS Pipin Heriyanti tahun 2012, berdasarkan hasil pengujian SPSS for Windows release 15 diperoleh p sebesar 0,620 (p 0,05) dan termasuk kategori keeratan hubungan kuat. Hasil analisis adalah bahwa semakin baik persepsi ibu hamil terhadap pelayanan AntenatalCare, maka ibu hamil memiliki frekuensi kunjungan yang teratur dalam melakukan AntenatalCare. Bidan dapat meningkatkan keteraturan frekuensi kunjungan ibu hamil dalam melakukan AntenatalCare dengan melaksanakan 7 standar minimal pelayanan AntenatalCare agar dapat mendeteksi faktor resiko ibu hamil.
Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor sosiodemografi dengan kunjunganantenatalcare. Jenis penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel dengan sampling kuota diperoleh 100 ibu hamil trimester 3. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Analisa multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang tidak berberhubungan dengan ANC adalah Usia (p-value=0,46), pekerjaan (p-value=0,55), pengetahuan (p-value=0,88), dan pendapatan (p- value=0,22 ). Sedangkan faktor pendidikan dan jarak kehamilan ada hubungan dengan kunjunganantenatalcare (p-value<0,02). Simpulan- nya: usia, pekerjaan, pengetahuan dan pendapatan tidak berhubungan dengan kunjunganantenatalcare sedangkan pendidikan dan jarak kehamilan ada hubungan dengan kunjunganantenatalcare.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 38 orang ibu (52,1%) yang melakukan kunjunganAntenatalCare (ANC) dengan kategori baik. Ada hubungan faktor pengetahuan (p=0,000) dan dukungan suami (p=0,009) dengan kunjunganAntenatalCare. Tidak ada hubungan faktor umur, pendidikan, paritas, pendapatan, sikap, jarak rumah ke fasilitas kesehatan dan dukungan petugas kesehatan dengan kunjunganAntenatalCare.
Setelah mendapat penjelasan dari penelitian “Hubungan Dukungan Suami pada Ibu Hamil dengan KunjunganAntenatalCare di Rumah Bersalin Hadijah Tahun 2015 ”. Maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.
berhubungan dengan keteraturan kunjunganantenatal yaitu pengetahuan (p=0,025), sikap (p=0,013) dan ketersediaan transportasi (p=0,048). Sedangkan 5 variabel lainnya tidak berhubungan dengan keteraturan kunjunganantenatal yaitu umur (p=0,472), tingkat pendidikan (p=0,234), jenis pekerjaan (p=0,177), paritas (p=0,220) dan dukungan suami (p=0,366) hal ini berbeda dengan penelitian yang di lakukan oleh Taruli Rohana Sinaga (2009) bahwa Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pengetahuan dengan kunjunganantenatalcare (p=0,001), ada pengaruh pendidikan dengan kunjunganantenatalcare (p=0,00) ada pengaruh sikap dengan kunjunganantenatalcare (p=0,001), ada pengaruh pendapatan keluarga dengan kunjunganantenatal (p=0,00), ada pengaruh dukungan suami dengan kunjunganantenatal dan (p=0,00). Sedangkan menurut Soewignyo (2004) bahwa faktor – faktor yang berhubungan dengan keputusan ibu hamil memilih pelayanan ANC adalah pekerjaan (p=0,000), pendapatan (p=0,003), Usia kehamilan (p=0,000), Jumlah anggota keluarga (p=0,000), persepsi (p=0,000), peran orang tua / mertua (p=0,000), peran suami (p=0,041), peran saudara (p=0,016) dan peran tetangga (p=0,007), sementara yang tidak berhubungan adalah umur (p= 0,395) dan pendidikan (p=,166).
Mansyur, Ahmed.M.S.A., Rezaul, Karim M., Mahmudul, M Hoque., Chowdhury. (2013). Quality Of AntenatalCare In Primary Health Care Centers Of Bangladesh. Vol. 8, No. 4, Desember 2014. Journal of Family And Reproductive Health.
Dalam hal pendidikan sebagian besar responden berpendidikan tinggi (SLTA atau PT) sebanyak 77%. Hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan. Satu studi di Amerika menunjukkan bahwa satu grup dengan tingkat pendidikan rendah memiliki kemungkinan lebih kecil untuk melakukan pemeriksaan rutin ke tenaga kesehatan (10). Satu studi di Canada menunjukkan grup dengan pendapatan kecil dan tingkat pendidikan rendah, memiliki kemungkinan lebih kecil untuk kontak dengan dokter keluarga. Hasil penelitian ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh bahwa ibu yang pernah mengenyam pendidikan dasar memiliki kecenderungan untuk melakukan kunjunganantenatalcare dibandingkan ibu hanya dapat membaca dan menulis (OR=0,24; 95% CI: 0,14-0,39) (11). Ada hubungan yang bermakna antara pendidikan (p<0.001) dengan kunjungan ANC. Peningkatan level pendidikan terakhir dari seorang wanita memiliki kecenderungan 7,11 kali lebih besar (OR=7.11; 95% CI: 3.28-15.44) melakukan kunjungan ANC empat kali atau lebih dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Studi yang dilakukan di Uganda menunjukkan bahwa pentingnya seorang wanita memperoleh edukasi sehingga bisa memahami apa saja kompenen yang perlu didapatkan dalam pemeriksaan ANC (12).
Penelitian di Sudan menyebutkan kejadian stillbirth sangat tinggi pada ibu dengan status kesehatan jelek dan tidak melakukan kunjungan ANC. Antenatal yang adekuat dan teratur berhubungan dengan hasil luaran dalam persalinan diantaranya bayi baru lahir. Hal ini berbeda dengan ibu yang berisiko, tetap meningkatkan kejadian stillbirth meskipun ibu itu melakukan kunjungan ANC, berpendidikan dan memiliki pendapatan tetap. 15 Hal ini berarti bahwa kunjungan ANC yang
terhadap suatu objek (stimulus) tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindera manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Ariani, 2014). Pengetahuan ibu hamil tentang ANC merupakan pengetahuan ibu hamil tentang kunjungan kehamilan yang meliputi pengertian, tujuan, manfaat, waktu pelaksanaan, akibat atau dampak bila tidak melakukan kunjungan secara teratur
nasional tahun 2010 sekitar 92,7%, sedang di Kabupaten Sragen angka kunjunganantenatalcare sebesar 4.295 ibu hamil, sedang di Kecamatan Kalijambe sebesar 200 ibu hamil (Dinkes Kabupaten Sragen, 2010). Kepatuhan kunjungan ANC bagi ibu hamil perlu ditingkatkan diantaranya dukungan suami. Dukungan dan peran suami selama kehamilan meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan persalinan bahkan dapat memicu produksi ASI. Tugas suami yaitu memberikan perhatian dan membina hubungan baik dengan istri, sehingga istri mengkonsultasikan setiap masalah yang dihadapinya selama kehamilan. Penelitian yang dimuat dalam artikel “ What Your Partner Might Need From You During Pregnancy ” yang diterbitkan Allina Hospitals dan Clinics (2001), Amerika Serikat mengatakan keberhasilan seorang istri dalam mencukupi kebutuhan ASI untuk bayinya kelak sangat ditentukan oleh seberapa besar besar peran dan keterlibatan suami dalam masa kehamilan (Lusa, 2015).
Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang antenatalcare juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang. Pendidikan menghasilkan banyak perubahan seperti tercermin pada survei pegetahuan, sikap dan perbuatan. Fungsi sekolah yang utama adalah pendidikan intelektual yakni mengisi otak dengan berbagai macam pengetahuan (Soekanto, 2006).Hal ini sesuai dengan data hasil penelitian yang menunjukan bahwa dari 40 responden sebanyak 2 (5%) responden dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi, sebanyak 26 (65%) responden dengan pendidikan terakhir SMA, sebanyak 7 (17,5%) responden dengan pendidikan terakhir SMP, dan sebanyak 5 (12,5%) responden dengan pendidikan terakhir SD, sehingga sebagian besar pengetahuan ibu hamil tentang antenatalcare dalam kategori tinggi Hasil penelitian tentang sikap Ibu Hamil tentang AntenatalCare di Puskesmas Umbulharjo 1 Yogyakarta. Sikap tentang ANC pada ibu hamil sangat penting untuk mencapai pelayanan ANC yang unggul dan optimal. Pencapaian sikap dari tidak baik menjadi baik atau bahkan sangat baik membutuhkan beberapa tahapan pada ibu hamil. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab (Notoatmodjo, 2010). Begitu pula sikap ibu hamil tentang antenatalcare dapat dibentuk dari interaksi antara tenaga kesehatan, keluarga dan lingkungan masyarakat dapat membentuk berbagai tingkatan sikap yaitu sangat baik, baik, tidak baik dan sangat tidak baik(Hidayat, 2010).Hal ini sesuai dengan data hasil penelitian yang menunjukkan dari 40 responden sebanyak 28 (70%) responden dengan sikap ibu hamil tentang antenatalcare sangat baik, sebanyak 12 (30%) responden dengan sikap ibu hamil tentang antenatalcare baik dan tidak ada responden yang memiliki kategori sikap ibu hamil tentang antenatalcare tidak baik maupun sangat tidak baik.
The Japan Obstetrics and Gynecolog y (JSOG) merekomendasikan kira-kira 14 kali melakukan kunjunganantenatalcare, kunjungan pertama pada usia kehamilan 11 minggu atau pada trimester I. Kunjunganantenatalcare kurang dari 14 kali dikatakan cukup apabila berkualitas dan pada kehamilan dengan risiko rendah. Pada tahun 2009 World Health Organization (WHO) merekomendasikan bahwa pemantauan terhadap kuantitas dan periode kunjunganantenatalcare minimal 4 kali selama kehamilan dengan kunjungan pertama sebelum usia kehamilan 16 minggu. 7, 9
Hasil uji statistik di dapat nilai p=0,009, artinya terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan sumi dengan kunjunganantenatalcare di wilayah Puskesmas Sitinjak. Dalam penelitian ini dukungan suami kategori baik lebih banyak yang melakukan antenatalcare lengkap. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan suami memiliki peluang yang lebih tinggi untuk meningkatkan ibu melakukan kunjunganantenatalcare. Dukungan yang diberikan suami akan mempengaruhi emosi seorng istri, istri akan menyetujui keputusan yang diberikan suami terutama dalam hal pemeriksaan kehamilan apalagi jika suami ikut mendampingi istrinya untuk melakukan pemeriksaan kehamilan bukan hanya sekedar memberikan materil.
Ibu multigravida merasa sudah berpengalaman dalam kehamilan yang tidak beresiko tanpa ada jadwal pemeriksaan antenatalcare dan kurang mengetahui bahwa dalam setiap proses kehamilan tidak ada yang sama dengan proses kehamilan sebelumnya, sehingga hal ini membuat ibu multigravida merasa tidak perlu melaksanakan antenatalcare. Hal yang sama disebutkan penelitian Suprapto (1993) paritas tinggi akan meyebabkan kurangnya perhatian ibu terhadap kehamilannya karena kesibukan mengurus keluarga dan anak yang jarak kelahiran anak yang satu dengan yang lain sangat dekat sehingga tidak melaksanakan kunjunganantenatal sesuai standar. Hal ini sejalan dengan penelitian Budiarti (2012) tentang tingkat kepatuhan dalam melakukan kujungan antenatal yang menyatakan bahwa ibu multigravida cenderung tidak patuh dalam melakukan kunjunganantenatalcare. Swenson (2004) dalam Siregar (2011) juga menyatakan paritas tinggi cenderung kurang memanfaatkan perawatan kehamilan, lebih percaya diri tentang kehamilannya dan merasa kurang perlu untuk melakukan perawatan kehamilan.
Ibu hamil yang tepat dalam melakukan kunjungan ANC berdasarkan studi dokumen sebesar 41,5% (17 orang) dan yang tidak tepat sebesar 58,5% (24 orang). Hal ini kurang baik dikarenakan dengan tidak tepatnya ibu melakukan kunjunganantenatalcare maka ibu tidak memperoleh keuntungan-keuntungan antenatalcare seperti tidak dapat dilakukan deteksi dini terhadap komplikasi ibu dan janin. Manuaba menyatakan keuntungan pengawasan antenatal adalah diketahuinya secara dini keadaan resiko tinggi ibu dan janin, sehingga dapat melakukan pengawasan yang lebih intensif, melakukan rujukan untuk mendapat tindakan yang adekuat segera dilakukan terminasi kehamilan. Pernyataan Manuaba (2010, 240) juga menjelaskan untuk menegakkan kehamilan risiko tinggi pada ibu dan janin adalah dengan cara melakukan anamnesa yang intensif (baik), melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti (pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan roentgen, pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan lain yang dianggap perlu). Berdasarkan waktu, keadaan risiko tinggi ditetapkan pada menjelang kehamilan, saat hamil muda, saat hamil pertengahan, saat inpartu, dan setelah persalinan.
diharapkan mempunyai kesadaran yang tinggi untuk melakukan kunjunganantenatalcare secara teratur. Keteraturan kunjunganantenatalcare dapat ditunjukkan melalui frekuensi kunjungan (data diperoleh melalui cakupan K1, K4). Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka kesadaran untuk melakukan asuhan antenatalcare secara teratur akan semakin tinggi (Notoatmodjo, 2003). Untuk daerah Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, cakupan kunjungan ibu hamil ditargetkan sampai dengan K7 (Dinkes Kab. Bantul, 2008).
Dari hasil penelitian yang penelitian lakukan maka peneliti dapat menarik kesimpulan yaitu terdapat hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil dengan kunjungan K4 antenatalcare di Puskesmas Lubuk Kilangan Padang. Diharapakan kepada pimpinan Puskesmas Lubuk Kilangan Padang agar dapat membuat kebijakan agar pencapaian K4 AntenatalCare dapat tercapai 100% yaitu dengan melakukan kunjungan rumah ibu hamil serta memberikan edukasi kesehatan seputar kehamilan, persalinan dan bayi, anak baik pada ibu maupun keluarga. DAFTAR PUSTAKA