Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan menyelesaikan soal cerita matematika bagi siswa kelas V SD Muhammadiyah 16 Surakarta dengan menggunakan mediakartukerja. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Subyek penerima tindakan adalah siswa kelas VA SD Muhammadiyah 16 Surakarta yang berjumlah 31 orang. Teknik pengumpulan data observasi, tes, catatan lapangan dan dokumentasi. Data dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Keabsahan data dengan triangulasi teknik atau metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan menyelesaikan soal cerita matematika, yaitu (a) kemampuan memahami soal cerita dari pra-siklus 25,81% siklus I 54,84% dan siklus II 83,87%, (b) kemampuan menentukan cara penyelesaian dari pra-siklus 25,81% siklus I 41,94% dan siklus II 74,19%, (c) kemampuan melakukan perhitungan dari pra-siklus 22,58% siklus I 51,61% dan siklus II 80,65%, dan (d) kemampuan menyelesaikan soal dengan benar dan menyimpulkan jawaban dari pra-siklus 12,90% siklus I 45,16% dan siklus II 77,42%.
Ikatan kimia merupakan materi pokok yang dipelajari di kelas X SMA. Materi ikatan kimia adalah materi yang cukup penting dalam mempelajari pelajaran kimia. Dalam materi ikatan kimia banyak mengandung konsep yang kompleks dan teori yang bersifat abstrak sehingga sukar dipahami oleh siswa. Untuk itu diperlukan media dan metode pembelajaran yang menciptkan suasana yang menyenangkan agar siswa dapat lebih memahami pelajaran ikatan kimia. Dengan menggabungkan mediakartukerja kedalam pembelajaran pada materi pokok ikatan kimia diharapkan memberikan variasi terhadap penggunaan metode pembelajaran yang dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan tidak membosankan sehingga pelajaran kimia tersebut mudah dipahami oleh siswa.
Di samping itu, siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Siswa memerlukan alat bantu berupa media dan alat peraga yang dapat memeperjelas apa yang disampaikan guru, sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Sebab dalam pembelajaran matematika setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya, dan siswa pun lebih berminat dan termotivasi untuk belajar. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hamalik dalam Tejo Nurseto (2011: 22) bahwa pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis kepada siswa. Maka perlu adanya pembelajaran melalui perbuatan yaitu penggunaan media dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena akan mudah dilupakan siswa.
Menurut hasil penelitian Pasaribu (2009) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan Kartukerja sebesar 60,28 %. Hasil penelitian Simanjuntak (2009) pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menggunakan Kartukerja juga menunjukkan peningkatan hasil belajar yang signifikan yaitu sebesar 84,54%. Sementara hasil action research Purwanto (2008) juga menunjukkan peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 yang cukup baik yaitu dari rata-rata 74% menjadi 83%.
Penyelesaian masalah yang dihadapi guru dan dialami siswa tentu tidak lepas dari peran strategi atau model pembelajaran yang digunakan selama proses pembelajaran. Strategi atau model pembelajaran merupakan siasat atau taktik yang harus direncanakan guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Oleh Karena itu guru dituntut kreatif dalam memilih model pembelajaran dan mampu mengembangkan model pembelajaran yang merupakan hasil integrasi antara stategi pengajaran dengan media pengajaran. Model pembelajaran memuat komponen sistem pembelajaran dan unsur kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa, yang menekankan pada keaktifan belajar siswa melalui guru yang aktif pula (Hakim, 2008)
Kartu Berpasangan atau Index card match yaitu sejumlah kartu berukuran 10x4 cm yang digunakan secara berpasangan. Kartu ini terdiri dari dua warna, semisal biru untuk kartu dengan isi kosakata Bahasa Indonesia, dan warna putih untuk kartu dengan isi kosakata dalam Bahasa Inggris. Lalu siswa diajak untuk bermain dengan memasangkan antara kartu biru dan kartu putih sesuai isi yang ada diatasnya. Kartu berpasangan atau Index card match digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan (Nugraha, 2013).
mengatur aktifitas jaringan, ataupun sebagai perangkat lunak yang dapat digunakan oleh komputer-komputer yang terhubung ke dalam jaringan komputer. Komputer-komputer yang terhubung ke dalam jaringan komputer itu biasanya disebut dengan workstation. Biasanya kemampuan workstation lebih di bawah dari file server dan mempunyai aplikasi lain di dalam harddisknya selain aplikasi untuk jaringan. Kebanyakan LAN menggunakan media kabel untuk menghubungkan antara satu komputer dengan komputer lainnya.
Aksara jawa merupakan salah satu problem yang menakutkan terutama bagi generasi muda yang mempelajari pelajaran Bahasa Jawa. Bayangan sulitnya menghafal bentuk-bentuk huruf yang rumit juga banyaknya huruf yang harus dihafal ditambah lagi jika sudah berbenturan dengan aturan menulis aksara jawa yang baku semakin membuat pelajar enggan untuk mempelajari apalagi memperdalam penguasaan baca tulis aksara jawa. Permasalahan tersebut juga menimpa sebagian besar siswa siswi kelas II SDN Torongrejo 02 Kota Batu. Dengan menggunakan MediaKartu Huruf diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut. Pemilihan mediakartu huruf dalam pembelajaran Aksara Jawa ini tidak lepas dari fungsi media yang dapat menjadi salah satu fariasi dalam kegiatan pembelajaran. Dengan menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan, penggunaan mediakartu huruf ini dapat membantu siswa agar lebih termotivasi dalam mempelajari Aksara Jawa.
Penelitian yang dibuat ini terfokus pada pembelajaran kelas I SDI Belang khususnya pada peningkatkan kemampuan mengenal huruf, merangkai huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat. Selain itu membelajarkan siswa untuk kreatnakan metif dan aktif dalam belajar. Pembelajaran menggunakan metode eja dan SAS dalam permainan kartu huruf menciptakan susasana kelas yang lebih hidup dan menyenangkan karena anak-anak belajar sambil bermain. Anak-anak akan dengan mudah mengenal, mengingat huruf-huruf yang diperkenalkan. Dengan demikian dengan mudah mereka akan merangkaikan huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat. Pada akhirnya diakhir tahun pelajaran anak-anak akan lancar membaca dan menulis. Hal ini berdampak positif pada peningkatan prestasi belajar siswa kelas I di semester II.
Pembelajaran pada kelas dengan menerapkan media flip chart pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Proses pembelajaran ini juga dilakukan dengan pemberian pemahaman konsep atau materi oleh guru dalam bentuk LKS. Yang membedakan dengan kelas eksperimen pertama yaitu pada kelas eksperimen ini guru masih terkesan aktif dalam memberikan materi pelajaran, sedangkan pada kelas eksperimen sebelumnya siswa yang aktif dengan praktek menggunakan kartu variabel. Dalam proses pembelajaran, guru menjelaskan inti dari materi yang sudah disiapkan sebelumnya dalam bentuk bagan jepit (flip chart) berupa kertas karton yang disusun secara sistematis. Jadi, penggunaan papan tulis oleh guru sangat minim, dan hanya digunakan untuk memberikan contoh tambahan yang tidak termuat dalam flip chart serta untuk siswa dalam mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru di depan kelas. Dalam proses pembelajaran di kelas ini, siswa juga dibagi menjadi beberapa kelompok dengan tiap kelompok beranggotakan 5 – 6 orang siswa. Kemudian pada tiap kelompok diberikan LKS untuk dikerjakan secara berkelompok. Setelah semua kelompok telah mengerjakan LKS yang diberikan sesuai dengan waktu yang ditetapkan, beberapa kelompok tampil di depan kelas untuk mempresentasekan hasil kerja kelompoknya untuk ditanggapi oleh kelompok lain.
3. Dari hasil analisa kartu melalui metode PECS dibutuhkan solusi alternatif media yang mencakup: media yang efektif, media yang lebih efesien, media yang mampu menarik anak dalam berkomunikasi. Dari kerangka berpikir tersebut dibuatlah aplikasi multimedia metode PECS yang dapat menjawab hambatan yang didapat dalam mediakartu gambar PECS. Rancang yang dilakukan dalam pembuatan aplikasi memperhatikan aspek-aspek tertentu yaitu: fungsi yang tepat guna, aman, penguasaan teknik, efektif dan efesien serta bentuk media yang sesuai dengan kebutuhan anak. Adapun langkah-langkah rancangan: merancang konsep, mengumpulkan data, persiapan software, pembuatan aplikasi, testing, revisi aplikasi serta melakukan uji coba aplikasi kepada subjek peneliti.
Cara penghitungan upah karyawan dalam perusahaan salah satunya adalah dengan mengalikan tarif upah dengan jam kerja karyawan. Dengan demikian untuk menentukan upah seorang karyawan perlu dikumpulkan data jumlah jam kerjanya selama periode tertentu. Dalam perusahaan yang menggunakan harga pokok pesanan, dokumen pokok untuk mengumpulkan waktu kerja karyawan adalah kartu hadir ( clock card) dan kartu jam kerja (job time ticket).
Rendahnya kemampuan anak menjadi petunjuk adanya kelemahan dalam hal berhitung. Mengenai hal ini, guru Taman Kanak- kanak Kelompok B 03 Tugu (sebagai peneliti) bersama teman sejawat mengidentifikasi bahwa penyebab anak mengalami kesulitan dalam berhitung dengan pendekatan pembelajaran yang kurang menarik serta media yang kurang tepat. Adapun kegiatan pembelajaran selama ini memakai lembar bergambar yang berisi gambar kumpulan benda kemudian setelah diberi penjelasan anak diminta untuk mengerjakan. Namun hasil pembelajarannya masih rendah dan kurang memuaskan.
Fahruddin, (2009:10) bahwa “ membila ng di gunakan oleh anak-anak untuk menunjukan pengetahun tentang nama angka dan sistem namor, menyebutkan angka melalui kartu angka anak dapat di latih dalam mengembangkan pengetahuan anak dalam mengenal lambang bilangan. Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 137 tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak usia Dini, pada aspaek perkembangankognitif (berpikir simbolik), dengan tingkat pencapaian perkembangan 4-5 tahun yaitu membilang banyak benda 1-10.
Keberhasilan proses ditinjau dari hasil observasi tindakan yang dilakukan selama pembelajaran pada siklus pertama, yakni melalui tiga kali pertemuan pembelajaran keterampilan menulis bahasa Prancis. Pada pertemuan pertama, peserta didik masih malu untuk banyak melakukan interaksi dengan peneliti dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan peserta didik masih harus menyesuaikan dengan materi pembelajaran dan permainan kartu kuartet yang diberikan oleh peneliti. Setelah beberapa saat peserta didik mulai tertarik dengan permainan kartu kuartet, sehingga peserta didik banyak yang memperhatikan dan antusias saat peneliti mengajar. Peserta didik juga mulai berani mengajukan pertanyaan tanpa diminta terlebih dahulu oleh peneliti. Peserta didik antusias mengikuti pembelajaran dan tidak ada yang keluar kelas saat pelajaran berlangsung, seperti ke kantin atau duduk-duduk di depan kelas.
Pembelajaran matematika di SD khususnya kelas II SD Negeri Gedongkiwo pada materi mengurutkan bilangan umumnya masih didominasi oleh guru dengan metode yang masih konvensional yaitu metode ceramah tanpa menggunakan media sehingga pembelajaran berpusat pada guru. Hal ini diperparah lagi dengan tanpa adanya perhatian yang cukup terhadap pemahaman siswa. Proses pembel- ajaran tersebut menyebabkan pema- haman konsep siswa dalam pembel- ajaran tidak berkembang secara optimal, akibatnya siswa menjadi pasif dalam belajar dan kurang termotivasi.
terpisah dengan komputer, kecualiseperti komputer Macintosh yang sudah mengikutkan kartu jaringan Ethernet didalamnya. kartu Jaringan ethernet umumnya telah menyediakan port koneksi untuk kabel Koaksial ataupun kabel twisted pair, jika didesain untuk kabel koaksial konenektorya adalah BNC, dan apabila didesain untuk kabel twisted pair maka akan punya konektor RJ-45. Beberapa kartu jaringan ethernet kadang juga punya konektor AUI. Semua itu di koneksikan dengan koaksial, twisted pair, ataupun dengan kabel fiber optik.
Pada uji coba lapangan operasional dilakukan oleh 10 siswa yang dibagi dalam 3 kelompok. Hasil penilaian dari aspek isi mendapat jumlah persentase 83%, pada aspek pembelajaran mendapat jumlah persentase 74,5% dan pada aspek media mendapat jumlah persentase 75%. Secara keseluruhan, jumlah persentase adalah 76,4% yang masuk dalam kategori “baik”. Da ri hasil angket uji coba lapangan operasional dapat disimpulkan bahwa media permainan kartu Kuantum layak digunakan tanpa revisi. Seluruh siswa yang terlibat pada ketiga uji coba sangat antusias saat memainkan media permainan kartu Kuantum. Siswa sangat menikmati belajar persamaan satuan waktu menggunakan kartu Kuantum. Siswa menjadi lebih aktif dalam berinteraksi dengan teman sekelompoknya untuk mencocokkan kartu. Hal ini sesuai dengan karakteristik anak usia sekolah dasar yang masih suka bermain, memiliki rasa ingin tahu yang besar, mudah terpengaruh oleh lingkungan dan gemar membentuk kelompok sebaya (Ahmad Susanto, 2013: 86).
Pembangunan tenaga kerja sebagai salah satu unsur pembangunan sumber daya manusia (human resources) diarahkan untuk dapat meningkatkan kualitas dan partisipasinya dalam pembangunan serta melindungi hak dan kepentingannya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan “. Hal ini berarti bahwa semua warga negara Indonesia mempunyai pekerjaan sesuai dengan kemampuanya sehingga diharapkan dapat memperoleh penghasilan yang cukup untuk hidup layak.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dimana tujuannya adalah meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Delegan II materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menggunakan mediakartu bilangan positif negatif. Seperti yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah bahwa permasalahan yang terjadi di kelas IV SD Negeri Delegan II adalah rendahnya prestasi belajar matematika pada kelas tersebut. Hal ini ditandai dengan masih rendahnya rata-rata tes hasil prestasi belajar matematika yakni 59,2 dimana KKM di kelas tersebut adalah 70. Selain itu, permasalahan yang lain adalah mengenai kualitas pembelajaran yang kurang menarik siswa sehingga siswa sering terlihat bosan.