Mekanismetransmisikebijakanmoneter menurut Taylor (1995) adalah sebuah saluran yang dapat menghubungkan kinerja kebijakanmoneter terhadap perekonomian. Dengan kata lain proses dan rumusan sasaran oleh kebijakanmoneter dapat mempengaruhi sektor riil seperti GDP dan inflasi karena adanya mekanismetransmisikebijakanmoneter. Selain itu menurut Warjiyo (2004), aktivitas ekonomi dan keuangan juga akan dipengaruhi agar tujuan akhir yang ditetapkan oleh bank sentral dapat tercapai melalui mekanismetransmisikebijakanmoneter. Secara teoritis (Budiono, 1998), kebijakanmoneter tersebut dapat mempengaruhi perekonomian riil dengan cara mentrasmisikan kebijakanmoneter melalui beberapa alternatif jalur mekanismetransmisikebijakanmoneter yaitu seperti jalur suku bunga (interest rate channel), nilai tukar (exchange rate channel), harga asset (aset price channel) dan kredit (credit channel).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana mekanismetransmisikebijakanmoneter yang terjadi di Indonesia melalui pemodelan Mundell-Fleming selam kurun waktu 2000:1-2012:4. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Stok Uang Nominal, Tingkat Bunga, Nilai Tukar Rupiah, Ekspor Netto dan Produk Domestik Bruto. Sistem persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan VAR. Sebelumnya dilakukan uji stasioner, kausalitas granger dan kointegrasi terhadap data yang digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan Impulse Response Function dan Variance Decomposition. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode penelitian mekanismetransmisikebijakanmoneter di Indonesia dengan pemodelan Mundell-Fleming saling memberikan kontribusi terhadap variabel lainnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Mekanismetransmisikebijakanmoneter menurut Taylor (1995) adalah sebuah saluran yang dapat menghubungkan kinerja kebijakanmoneter terhadap perekonomian. Dengan kata lain proses dan rumusan sasaran oleh kebijakanmoneter dapat mempengaruhi sektor riil seperti GDP dan inflasi karena adanya mekanismetransmisikebijakanmoneter. Selain itu menurut Warjiyo (2004), aktivitas ekonomi dan keuangan juga akan dipengaruhi agar tujuan akhir yang ditetapkan oleh bank sentral dapat tercapai melalui mekanismetransmisikebijakanmoneter. Secara teoritis (Budiono, 1998), kebijakanmoneter tersebut dapat mempengaruhi perekonomian riil dengan cara mentrasmisikan kebijakanmoneter melalui beberapa alternatif jalur mekanismetransmisikebijakanmoneter yaitu seperti jalur suku bunga (interest rate channel), nilai tukar (exchange rate channel), harga asset (aset price channel) dan kredit (credit channel).
Namun, gejolak ekonomi global menghadapkan proses transmisikebijakanmoneter pada beberapa tantangan. Efek rambatan pengaruh krisis ekonomi global cukup kuat mempengaruhi melambatnya pertumbuhan ekonomi yang kemudian memicu pelaku usaha, terutama perbankan, untuk lebih berhati-hati dan cenderung menahan atau menghindari risiko (risk averse). Hal tersebut merupakan hal yang lazim karena sistem keuangan memang cenderung berperilaku procyclical. Namun demikian, di masa krisis perilaku tersebut semakin diperkuat dengan keberadaan financial accelerator. Di tengah persistensi ekses likuiditas perbankan dan kurang responsifnya sisi penawaran sehingga mengurangi efektivitas transmisi stimulus kebijakan makroekonomi ke sektor riil, maka keberadaan berbagai hal di atas menjadikan terkendalanya mekanismetransmisikebijakanmoneter melalui jalur suku bunga dan kredit.
Untuk itu berbagai upaya dilakukan oleh Dewan Gubernur BI salah satunya melalui instrumen suku bunga (r) Surat berharga Bank Indonesia (SBI), dimana penetapan rSBI dilakukan untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar. Ketika jumlah uang yang beredar di masyarakat terlalu banyak, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya inflasi. Bank Indonesia mengusahakan pertumbuhan ekonomi semakin membaik dan relatif meningkat dan didukung oleh penguatan rupiah dan terjaganya harga-harga barang kebutuhan pokok. Informasi mengenai perubahan kebijakanmoneter penting dan selalu mendapat perhatian pelaku ekonomi. Karena setiap perubahan (shock) kebijakanmoneter melalui perubahan instrumen moneter akan direspon oleh perubahan perilaku perbankan dan pelaku dunia usaha lainnya yang selanjutnya mempengaruhi tujuan akhir kebijakanmoneter. Proses seperti ini yang menggambarkan suatu mekanisme yang dalam teori ekonomi dan kebijakanmoneter dinamakan sebagai mekanismetransmisikebijakanmoneter.
Peranan masing-masing jalur mekanismetransmisikebijakanmoneter di Brazil, Chile dan Korea telah diteliti oleh Tahir (2012). Hasil Estimasi variance decomposition dari model SVAR menunjukkan bahwa peranan jalur nilai tukar dan harga aset lebih dominan di ketiga negara tersebut. Raghavan dan Silvapulle (2007) meneliti kekuatan relatif dari jalur mekanismetransmisikebijakanmoneter di Malaysia. Penelitian ini menggunakan metode SVAR untuk meneliti keefektifan kebijakanmoneter Malaysia dan peranan masing-masing jalur transmisi dalam memengaruhi tingkat harga dan aktivitas ekonomi di Malaysia sebelum dan setelah terjadinya krisis tahun 1997. Periode dalam penelitian ini dibagi menjadi dua periode yaitu sebelum krisis 1997 dan sesudah krisis. Hasil menunjukkan bahwa sebelum terjadinya krisis tahun 1997, guncangan kebijakanmoneter dan nilai tukar secara signifikan memengaruhi outputdan tingkat harga, jumlah uang beredar, suku bunga dan nilai tukar itu sendiri. Namun setelah krisis tahun 1997 hanya jumlah uang beredar yang memiliki pengaruh kuat terhadap output.
Dengan semakin meningkatnya ketidakpastian dalam perekonomian, jalur ekspektasi semakin penting dalam mekanismetransmisikebijakanmoneter ke sektor riil. Para pelaku ekonomi dalam mengambil langkah bisnisnya, akan mendasarkan pada prospek ekonomi ke depan. Mereka membentuk persepsi tertentu terhadap kecenderungan perkembangan ekonomi ke depan yang tercermin pada berbagai indikator ekonomi dan keuangan. Ekspektasi para pelaku ekonomi dimaksud pada umumnya dipengaruhi oleh berbagai informasi mengenai perkembangan berbagai indikator ekonomi dan keuangan serta antisipasinya terhadap langkah-langkah kebijakan ekonomi dan moneter yang ditempuh pemerintah dan bank sentral. Dalam konteks kebijakanmoneter yang paling diperhatikan adalah ekspektasi inflasi oleh masyarakat. Teori ekspektasi berpendapat bahwa apabila masyarakat cukup rasional mereka akan mengambil tindakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya inflasi. Tindakan tersebut adalah berupa pengurangan jumlah uang yang mereka pegang dengan membelanjakannya ke dalam bentuk barang-barang riil sehingga risiko kerugian memegang uang karena inflasi dapat dihindari.
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya. Skripsi dengan judul “Analisis MekanismeTransmisiKebijakanMoneter Saluran Harga Aset Melalui Efek Kekayaan pada Sistem Moneter Ganda di Indonesia” ini ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam Program Studi Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana mekanismetransmisikebijakanmoneter yang terjadi di Indonesia melalui pemodelan Mundell-Fleming selam kurun waktu 2000:1-2012:4. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Stok Uang Nominal, Tingkat Bunga, Nilai Tukar Rupiah, Ekspor Netto dan Produk Domestik Bruto. Sistem persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan VAR. Sebelumnya dilakukan uji stasioner, kausalitas granger dan kointegrasi terhadap data yang digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan Impulse Response Function dan Variance Decomposition. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode penelitian mekanismetransmisikebijakanmoneter di Indonesia dengan pemodelan Mundell-Fleming saling memberikan kontribusi terhadap variabel lainnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Pendekatan mekanismetransmisikebijakanmoneter melalui saluran nilai tukar, sama seperti saluran suku bunga, menekankan pentingnya aspek perubahan harga aset finansial terhadap berbagai aktivitas perekonomian, dalam hal ini valuta asing. Mengenai interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan para pelaku ekonomi dalam proses perputaran uang, pada tahap awal dimulai dari operasi moneter oleh bank sentral. Operasi moneter ini akan mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan nilai tukar. Pengaruh langsung terjadi melalui intervensi, jual atau beli, valuta asing dalam rangka stabilitas nilai tukar. Sementara pengaruh tidak langsung terjadi karena operasi moneter oleh bank sentral mempengaruhi perkembangan suku bunga di pasar uang dalam negeri sehingga mempengaruhi perbedaan suku bunga di dalam negeri dan suku bunga di luar negeri (interest rate differential), yang selanjutnya akan mempengaruhi besarnya aliran dana dari dan ke luar negeri (Pohan, 2008).
Stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi merupakan sasaran dari kebijakanmoneter, dan untuk mencapai sasaran tersebut pemerintah harus menetapkan langkah strategis dalam mencapai sasaran tersebut dalam mekanisme transmisinya. Sasaran dari kebijakanmoneter adalah inflasi yang rendah dan stabil dan hal tersebut diatur dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (BI) yang sebagaimana diubah menjadi undang-undang No. 3 Tahun 2004 tentang perumusan dan pelaksanaan kebijakanmoneter di Indonesia yaitu mencapai sasaran inflasi. Kemudian pada tahun 2005 Indonesia juga menetapkan kerangka kebijakanmoneter yang disebut dengan Inflation targetting framework (ITF) dimana sebuah kerangka kebijakanmoneter yang berfokus pada kestabilan harga. Inflation targetting framework (ITF) ini bersifat transparan dan konsisten dan merupakan sebuah kebijakan yang dapat diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi untuk beberapa tahun kedepannya dimana secara eksplisit ditetapkan dan juga diumumkan ke publik. Berbagai perubahan dalam sektor keuangan termasuk Perkembangan produk keuangan yang sangat pesat dimana uang tak lagi terbatas dengan sebagai alat pembayaran dan satuan hitung, melainkan juga untuk diperdagangkan dimana terdapat decoupling antara sektor keuangan dengan sektor rill. Sebagai implikasinya adalah permintaan uang dan velocity of money menjadi cenderung stabil. Perkembangan produk keuangan tersebut dapat mengurangi efektivitas dari kebijakanmoneter, sehingga banyak negara berdalih dengan menggunakan suku bunga sebagai operasional kebijakan moneternya. Dalam kebijakanmoneter, suku bunga sebagai sasaran operasional diyakini oleh bank sentral mampu mempengaruhi perekonomian dan mampu mengendalikan stabilitas harga
Hasil analisis menyimpulkan bahwa MekanismeTransmisiKebijakanmoneter Indonesia Melalui Suku Bunga SBI dapat dilihat dari persamaan struktural PDB dan IHK. Dimana SBI memiliki pengaruh negatif terhadap Indeks Harga Konsumen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kebijakanmoneter dengan variabel SBI, Kurs dan Jumlah Uang Beredar berinteraksi dengan variabel makroekonomi yaitu Produk Domestik Bruto, Indeks Harga Impor dan Indeks Harga Konsumen. Dengan didukung dengan hasil estimasi persamaan Produk domestik Bruto sebesar 88,9 persen, sedangkan hasil estimasi persamaan Indeks Harga Konsumen sebesar 52,3 persen.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti secara empiris tentang keberadaan mekanismetransmisikebijakanmoneter di Indonesia melalui saluran kredit, pengaruhnya terhadap pertumbuhan output, serta bagaimana respon dari seluruh variabel penelitian saat terjadi guncangan akibat shock dari variabel kebijakanmoneter yaitu suku bunga SBI. Metode analisis yang digunakan untuk dapat mencapai tujuan tersebut adalah menggunakan metode Vector Error Correction Model (VECM). Dengan periode waktu penelitian yang dimulai dari Januari 2002 samapai dengan Oktober 2013 serta data adalah data sekunder yang berbentuk time series. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja kebijakanmoneter melalui salah satu bagian jalur kredit yaitu saluran pinjaman bank (bank lending channel) telah ada dan berjalan di Indonesia dalam jangka panjang yang dibuktikan melalui hasil estimasi VECM dimana variabel suku bunga kebijakanmoneter telah mampu berpengaruh negatif dan suku bunga pinjaman berpengaruh positif terhadap penawaran kredit perbankan. Kemudian jalur tersebut telah mampu mempengaruhi pertumbuhan output di Indonesia tapi kemampuan tersebut belum secara efektif bekerja hingga mencapai sasaran akhir kebijakanmoneter. Dan selanjutnya, respon masing – masing variabel akibat adanya shock telah berpengaruh secara signifikan dan sesuai dengan teori.
Perubahan harga aset, baik dalam hal aset keuangan (obligasi dan saham) maupun aset fisik (properti dan emas), banyak dipengaruhi secara langsung oleh kebijakanmoneter. Bahkan, portofolio investasi menyebabkan transmisi ini terjadi tidak hanya berupa simpanan di bank dan instrumen lain di pasar uang, tetapi juga dalam bentuk obligasi dan saham serta asetfisik. Perubahan suku bunga serta nilai tukar akan berpengaruh terhadap volume transaksi dan harga obligasi, saham dan aset fisik. Selanjutnya, perubahan harga aset tersebut pada gilirannya akan berpengaruh terhadap kegiatan di sektor riil seperti permintaan terhadap konsumsi baik karena efek kekayaan yang dimiliki ( wealth effect ) maupun akibat perubahan hasil penanaman aset finansial dan aset fisik( substitution and income effect ) (Pohan, 2008).
Dimana M ↑ menunjukkan kebijakanmoneter yang ekspansif, sebagai contoh bank sentral menggunakan atau menerapkan instrumen moneter berupa pembelian SBI. Dengan adanya pembelian SBI, maka JUB akan bertambah. kebijakanmoneter yang ekspansif ini menyebabkan penurunan suku bunga riil (i↑) , karena uang di Bank-bank maupun masyarakat bertambah. Bagi pengusaha hal ini akan menurunkan biaya modal, sehingga menyebabkan peningkatan pengeluaran untuk investasi (I ↓) , yang pada akhirnya akan mengarah pada peningkatan permintaan agregat dan peningkatan output (Y ↓) .
Kebijakanmoneter (monetary policy) memiliki peran yang sangat krusial dalam upaya pencapaian sasaran ekonomi makro. Pengambilan kebijakanmoneter yang tepat akan mampu mempengaruhi stabilitas harga, tingkat pertumbuhan ekonomi, penciptaan dan perluasan kesempatan kerja melalui jalur mekanismemoneter yang diambil. Mekanismetransmisikebijakanmoneter merupakan suatu proses dimana suatu kebijakan yang dibuat dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan inflasi dalam suatu negara, saluran transmisikebijakanmoneter dilakukan melalui enam saluran yaitu suku bunga, kredit,harga aset, neraca perusahaan, nilai tukar dan ekspektasi, kebijakan ini seluruhnya dijalankan oleh bank sentral yang merupakan mitra utama pemerintah dalam menggerakkan dan menjalankan berbagai kegiatan ekonomi melalui kebijakan-kebijakan yang ditetapkannya .
Kebijakanmoneter (monetary policy) memiliki peran yang sangat krusial dalam upaya pencapaian sasaran ekonomi makro. Pengambilan kebijakanmoneter yang tepat akan mampu mempengaruhi stabilitas harga, tingkat pertumbuhan ekonomi, penciptaan dan perluasan kesempatan kerja melalui jalur mekanismemoneter yang diambil. Mekanismetransmisikebijakanmoneter merupakan suatu proses dimana suatu kebijakan yang dibuat dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan inflasi dalam suatu negara, saluran transmisikebijakanmoneter dilakukan melalui enam saluran yaitu suku bunga, kredit,harga aset, neraca perusahaan, nilai tukar dan ekspektasi, kebijakan ini seluruhnya dijalankan oleh bank sentral yang merupakan mitra utama pemerintah dalam menggerakkan dan menjalankan berbagai kegiatan ekonomi melalui kebijakan-kebijakan yang ditetapkannya .
Kebijakanmoneter (monetary policy) memiliki peran yang sangat krusial dalam upaya pencapaian sasaran ekonomi makro. Pengambilan kebijakanmoneter yang tepat akan mampu mempengaruhi stabilitas harga, tingkat pertumbuhan ekonomi, penciptaan dan perluasan kesempatan kerja melalui jalur mekanismemoneter yang diambil. Mekanismetransmisikebijakanmoneter merupakan suatu proses dimana suatu kebijakan yang dibuat dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan inflasi dalam suatu negara, saluran transmisikebijakanmoneter dilakukan melalui enam saluran yaitu suku bunga, kredit,harga aset, neraca perusahaan, nilai tukar dan ekspektasi, kebijakan ini seluruhnya dijalankan oleh bank sentral yang merupakan mitra utama pemerintah dalam menggerakkan dan menjalankan berbagai kegiatan ekonomi melalui kebijakan-kebijakan yang ditetapkannya .
Kerangka strategis kebijakanmoneter yang ditempuh bank sentral banyak dipengaruhi oleh keyakinan bank sentral yang bersangkutan terhadap suatu proses tertentu mengenai bagaimana kebijakanmoneter berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Proses yang dimaksud dikenal dengan sebutan mekanismetransmisikebijakanmoneter. Secara spesifik, Taylor (1995) menyatakan bahwa mekanismetransmisikebijakanmoneter adalah “the process through which monetary policy decisions are transmitted into changes in real GDP and inflation”. Mekanisme transimisi moneter dimulai sejak otoritas moneter atau
transmisi. Namun impuls yang diberikan oleh suku bunga SBI hanya efektif direspon oleh semua variabel dalam jangka pendek, yaitu selama tiga bulan saja. Hasil analisis variance decomposition menunjukkan bahwa mekanismetransmisikebijakanmoneter melalui saluran suku bunga sangat berpengaruh terhadap perubahan inflasi. Efek substitusi dan pendapatan lebih efektif mempengaruhi inflasi dibandingkan dengan efek biaya modal. Hasil analisis secara keseluruhan menunjukkan bahwa di Indonesia, mekanismetransmisikebijakanmoneter melalui saluran suku bunga sangat efektif mempengaruhi inflasi.