Pendahuluan Hipertensi merupakan kejadian peningkatan tekanan darah dan sementara tekanan darah terus menerus meningkat yang dapat membuat kerusakan lebih besar pada tubuh. Lansia akan lebih mudah terkena hipertensi karena terjadi banyak perubahan fungsi dan struktur dalam tubuhnya. Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama kini dapat mempengaruhi gangguan penurunan fungsi kognitif pada lansia salah satunya yaitu fungsi memori yang bila dibiarkan secara kronis akan menyebabkan demensia. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan lama menderitahipertensi dengan kejadian demensia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang. Metode Penelitian Desain penelitian ini yang digunakan adalah analitik korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Pengumpulan data menggunakan kusioner dan test mini mental examination dengan menggunakan uji statistik rank spearman. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan 54 responden diketahui bahwa responden mengalami lama menderitahipertensi durasi sedang (6-10 tahun) sejumlah 28 (51.9%), responden mengalami lama menderitahipertensi durasi ringan (1-5 tahun) sejumlah 24 (44.4%), responden mengalami lama menderitahipertensi panjang (>10 tahun) sejumlah 2 (3.7%) dan kejadian demensia sedang sejumlah 26 (48.1%), kejadian demensia ringan sejumlah 18 (33.3%), kejadian demensia normal sejumlah 10 (18.5%) dengan hasil uji rank spearman dengan nilai p=0,000. Kesimpulan Kesimpulannya adalah ada hubungan antara lama menderitahipertensi dengan kejadian demensia pada lansia di Dusun Pajaran, Desa Peterongan, Kabupaten Jombang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama menderitahipertensi dengan tingkat kecemasan pada lansia di Desa Praon Nusukan Surakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik. Subjek penelitian ini adalah lansia yang datang dan memiliki riwayat hipertensi dan tercatat sebagai warga Desa Praon Nusukan Surakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripsi analitik dengan desain pendekatan cross sectional. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Sampel penelitian ini adalah 38 lansia yang mengalami hipertensi dan tercatat sebagai warga desa Praon Nusukan Surakarta dengan pengambilan sampel menggunakan teknik accidental purposive sample. Analisis data menggunakan analisis rank spearman. Hasil dari penelitianini jumlah responden dengan lama hipertensi kurang dari 7 tahun yang tidak cemas sebanyak 20 orang. Jumlah responden dengan lama hipertensi kurang dari 7 tahun yang cemas sebanyak 2 orang. Jumlah responden dengan lama hipertensi lebih dari 7 tahun yang tidak cemas sebanyak 2 orang. Jumlah responden dengan lama hipertensi lebih dari 7 tahun yang cemas sebanyak 14 orang. Teknik analisis data dilakukan dengan korelatif. Nilai Spearman's rho antara lama hipertensi dan skor kecemasan diketahui sebesar 0.749 dengan nilai signifikansi 0.01 yang berarti kurang dari 0,05. Dari hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara lama hipertensi dengan tingkat kecemasan responden. Semakin lama responden mengalami hipertensi maka semakin tinggi tingkat kecemasan yang dirasakan responden.
9.01%. sedangkan jumlah lansia berusia lebih dari 60 tahun berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Surakarta tahun 2012 adalah 40.515 lansia yang terdiri dari jenis kelamin laki laki sebanyak 16.729 lansia dan jenis kelamin perempuan sejumlah 23.786 lansia. Data yang ada pada kasus penyakit tidak menular di puskesmas dan rumah sakit kota Surakarta tahun 2012 berdasarkan angka hipertensi yang merupakan angka yang besar salah satunya adalah terdapat di Puskesmas Nusukan yang memiliki angka hipertensi 5.129 penderita (Dinkes Kota Surakarta, 2012).
Insiden penyakit hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi, berupa penyakit jantung, stroke dan ginjal. Hipertensi dapat dikontrol dengan cara pemberian obat anti hipertensi dan perubahan gaya hidup. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui gambaran gaya hidup lansia yang menderita penyakit hipertensi di Puskesmas Pasar Rebo. Data dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan kuisioner terhadap 61 orang responden.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama menderitahipertensi dengan tingkat kecemasan pada lansia di Desa Praon Nusukan Surakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik. Subjek penelitian ini adalah lansia yang datang dan memiliki riwayat hipertensi dan tercatat sebagai warga Desa Praon Nusukan Surakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripsi analitik dengan desain pendekatan cross sectional. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Sampel penelitian ini adalah 38 lansia yang mengalami hipertensi dan tercatat sebagai warga desa Praon Nusukan Surakarta dengan pengambilan sampel menggunakan teknik accidental purposive sampling. Analisis data menggunakan analisis rank spearman. Hasil dari penelitian ini jumlah responden dengan lama hipertensi kurang dari 7 tahun yang tidak cemas sebanyak 20 orang. Jumlah responden dengan lama hipertensi kurang dari 7 tahun yang cemas sebanyak 2 orang. Jumlah responden dengan lama hipertensi lebih dari 7 tahun yang tidak cemas sebanyak 2 orang. Jumlah responden dengan lama hipertensi lebih dari 7 tahun yang cemas sebanyak 14 orang. Teknik analisis data dilakukan dengan korelatif. Nilai Spearman's rho antara lama hipertensi dan skor kecemasan diketahui sebesar 0.749 dengan nilai signifikansi 0.01 yang berarti kurang dari 0,05. Dari hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara lama hipertensi dengan tingkat kecemasan responden. Semakin lama responden mengalami hipertensi maka semakin tinggi tingkat kecemasan yang dirasakan responden.
dapat mempengaruhi prevalensi hipertensi. Nilai OR (Odds Ratio) yang didapat sebesar 1,36 dengan CI 95% 1,03-1,80 yang artinya responden laki-laki 1,36 kali lebih berisiko terkena hipertensi dibandingkan dengan responden perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi. Hasil temuan peneliti berbeda dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa kejadian hipertensi meningkat seiring bertambahnya umur dan laki-laki memiliki risiko hipertensi lebih tinggi u ntuk menderitahipertensi lebih awal yaitu pada umur ≥40 tahun (Wahyuni, 2013). Setelah memasuki masa masa menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan akan meningkat. Bahkan setelah umur 65 tahun, kejadian hipertensi pada perempuan akan lebih tinggi dibandingkan laki-laki yang diakibatkan oleh faktor hormonal (Depkes RI, 2006). Hasil analisis data pada Tabel XI menyatakan bahwa laki-laki dengan usia 60-75 memiliki proporsi yang lebih banyak daripada perempuan, hasil ini mendukung dari hasil data pada Tabel XII yaitu laki-laki yang memiliki tekanan darah ≥140/90 mmHg lebih banyak daripada wanita. Banyaknya
Hipertensi telah membunuh 9,4 juta jiwa warga dunia setiap tahunnya. WHO memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi. Persentase penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang. Terdapat 40% negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi sedangkan negara maju hanya 35%. Kawasan Afrika memegang puncak penderita hipertensi sebanyak 46%, kawasan Amerika 35%, kawasan Asia Tenggara 36% orang dewasa menderitahipertensi.( WHO, Data Global Status Report on Communicable Diseases, 2010).
Tabel 7 menunjukkan bahwa, dari 5 orang lansia yang asupan natriumnya tinggi, 60,0% menderitahipertensi dan 40,0% tidak menderitahipertensi sedangkan dari 43 orang lansia yang asupan natriumnya cukup, 74,4% menderitahipertensi dan 25,6% tidak menderitahipertensi.
Gangguan fungsi ginjal (penurunan eLFG) merupakan ukuran residual confounding faktor-faktor risiko kardiovaskuler yang tradisional dan non-tradisional. Sebagai contoh, pasien dengan penurunan eLFG bisa jadi telah menderitahipertensi atau dislipidemia yang lebih berat sehingga menyebabkan kerusakan vaskuler yang lebih berat sebagai akibat sekunder hipertensi dan dislipidemianya. Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal sering didapai adanya penyakit-penyakit komorbid pada pasien yang juga merupakan faktor risiko yang meningkatkan kemaian seperi diabetes melitus, hipertensi, peningkatan trigliserida, penurunan HDL, serta peningkatan lipoprotein. Penurunan eGFR merupakan petanda kelainan vaskuler, terutama pada populasi dengan risiko inggi. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal mempunyai kondisi vaskulopai yang mengakselerasi aterosklerosis dan memengaruhi luaran pasca SKA. Secara non-tradisional, terjadi kelainan vaskuler biologi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal termasuk perubahan koagulasi, homosistein, disfungsi endotel dan faktor-faktor lain yang menyebabkan terjadinya kelainan kardiovaskuler. Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal juga terjadi peningkatan tanda inlamasi (CRP, IL-6, ICAM-1) dan pro-koagulan (D-dimer, ibrinogen) yang merupakan prediktor risiko kemaian pada SKA. Peningkatan inlamasi pada pasien penyakit ginjal kronik juga telah dibukikan berhubungan dengan risiko kemaian dan risiko kardiovaskuler. 5
Hasil : Dari penelitian ini didapatkan responden yang menderitahipertensi derajat 1 adalah sebanyak 28 orang (70%) dan yang memiliki hipertensi derajat 2 berjumlah 12 orang (30%). dari hasil penelitian responden yang memiliki kualitas tidur baik adalah sebanyak 27 orang (67,5%) degan rincian 21 orang menderitahipertensi derajat 1 (77,8%) dan 6 orang menderitahipertensi derajat 2 (22,2%). dan yang memiliki kualitas tidur buruk berjumlah 13 orang (32,5%)dengan rincian 7 orang dengan hipertensi derajat 1 (53,8%) dan 6 orang penderita hipertensi derajat 2 (46,2%). Berdasarkan uji hipotesis antara kualitas tidur dengan kejadian hipertensi didapatkan nilai p = 0.278 menunjukkan bahwa korelasi tekanan darah dengan kualitas tidur pada pasien hipertensi secara statistik tidak bermakna.
Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderitahipertensi juga semakin besar. Penyakit tidak menular tertentu seperti penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, dan lain lain erat kaitannya dengan umur. Semakin tua seseorang maka semakin besar risiko terserang penyakit tersebut. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi dan penyakit DM. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi. Hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada usia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya biasa saja bila tekanan darah kita sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Ini sering disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Hanya saja bila perubahan ini disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi.
Faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderitahipertensi atau tekanan darah juga karena hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderitahipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Jadi seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan besar di seluruh dunia sebab tingginya prevalensi dan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak dapat terkontrol (seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui gambaran penderita hipertensi usia produktif di Puskesmas Kartosuro. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Populasi penelitian adalah penderita hipertensi usia produktif di Puskesmas Kartasura pada bulan Januari 2014 yang berjumlah 544 penderita. Sample penelitian sebanyak 110 penderita hipertensi usia produktif dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan uji univariat. Penelitian menyimpulkan bahwa (1) gambaran faktor riwayat keluarga hipertensi usia produktif sebagian besar memiliki riwayat keluarga menderitahipertensi, (2) gambaran berat badan penderita hipertensi usia produktif sebagian besar adalah normal dan obesitas, (3) gambaran pola makan penderita hipertensi usia produktif sebagian besar adalah sedang, dan (4) gambaran tingkat stress penderita hipertensi usia produktif di Puskesmas Kartosuro Sukoharjo sebagian besar adalah stress ringan.
Obesitas telah diidentifikasi sebagai faktor penting dalam memprediksi terjadinya hipertensi pada orang dewasa. Resistensi insulin, hiperinsulinemia, hiperglikemia dan dislipidemia juga mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Anak-anak dan orang dewasa yang obes, cenderung mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi secara signifikan (He et al., 2000). Menurut Midha et al., (2009), Indeks Massa Tubuh rata-rata penderita hipertensi secara signifikan lebih tinggi daripada yang tidak menderitahipertensi, yaitu 25,1 ± 4,7 kg/m 2 dibandingkan dengan 21,0 ± 3,8 kg/m 2 . Narkiewicz (2005) juga menyatakan bahwa obesitas adalah salah satu faktor risiko pada perkembangan penyakit hipertensi, kardiovaskular dan penyakit ginjal kronik.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Yesus Kristus Sang Juruselamat karena berkat dan kasih karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre Hipertensi Pada Usia 18-40 Tahun di Desa Jati Kesuma Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 ” . Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
Dari 263 orang yang menderitahipertensi tersebut sebagian besar tidak menyadari bahwa mereka menderitahipertensi, hal itu dapat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang rata-rata tidak lulus sekolah dasar (SD), atau hanya lulusan sekolah dasar (SD) selain itu juga dipengaruhi oleh latar belakang pekerjaan mereka sendiri yaitu sebagai petani, buruh tani, pemecah batu, serta penyulam kain kasur. Berdasarkan latar belakang pasien diatas maka perlu penanganan yang lebih serius terutama dalam menangani perilaku marahnya karena hal itu sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan mereka.
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab- sebab yang diketahui. Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (Yogiantoro, 2006).
Berdasarkan tabel karakteristik hipertensi pada pasien ND dapat diketahui bahwa sebanyak 32 (66,7%) pasien ND memiliki hipertensi dan 16 (33,3%) pasien tidak memiliki hipertensi. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya terdapat hubungan antara hipertensi dengan penurunan LFG, seseorang dengan hipertensi mempunyai kemungkinan untuk menderita kerusakan ginjal 16 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak hipertensi (Amira et al, 2014). Hipertensi merupakan penyebab maupun efek dari ND. Efek dari hipertensi terhadap glomerulus adalah dilatasi arteriol afferen yang berkontribusi pada hipertensi intraglomerulus, hiperfiltrasi dan kerusakan hemodinamis. Efek ini dapat diatasi oleh ginjal dengan sistem renin angiotensin. Namun, sistem ini tidak bekerja secara optimal pada pasien DM (Simatupang & Wijaya, 2010).
Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka- angka ekstrim rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Nyata di sini, dua angka yang dilaporkan oleh kelompok yang sama pada 2 daerah pedesaan di Sumatera Barat menunjukkan angka yang tinggi. Oleh sebab itu perlu diteliti lebih lanjut, demikian juga angka yang relatif sangat rendah. Survai penyakit jantung pada usia lanjut yang dilaksanakan Boedhi Darmojo, menemukan prevalensi hipertensi’ tanpa atau dengan tanda penyakit jantung hipertensi sebesar 33,3% (81 orang dari 243 orang tua 50 tahun ke atas).
Pada penelitian ini, hipertensi meningkatkan insiden gangguan fungsi kognitif pada remaja sebesar satu setengah kali, pada domain verbal (RP=1.176 {IK=1.169 – 2.519}), pada domain performance (RP=1.609 {IK= 1.091 – 2.373}), dan fungsi kognitif secara keseluruhan (RP=1.378 {IK=1.196 – 2.524}). Kami menggunakan tes WICS-IV (Wechsler Intelligence Scale for Children-IV) untuk menilai fungsi kognitif pada sampel penelitian.