3. Modelpembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini TSTS dan GW, adalah pembelajaran koperatif tipe TSTS, adapun tahap-tahap dari struktur TSTS adalah sebagai berikut yaitu siswa bekerja sama di dalam kelompok berempat, setelah selesai dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua kelompok yang lain, kemudian dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka masing- masing,setelah itu tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan dan melaporkan tamuan mereka ke kelompok lain, kemudian kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka (Lie, 2000 :16). Sedangkan modelpembelajaran GW merupakan suatu modelpembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat menemukan pengetahuan yang baru serta mampu meningkatkan
Ide modelpembelajaran geroup investigation bermula dari perpsektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atau teman. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah buku Democracy and Education (Arends, 1998). Dalam buku itu, Dewey menggagas konsep pendidikan, bahwa kelas seharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan (Jacob, et al., 1996), adalah: (1) siswa hendaknya aktif, learning by doing; (2) belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik; (3) pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap; (4) kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa; (5) pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur demokratis sangat penting; (6) kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata.
Pertemuan ketiga tanggal 5 April 2018 sub materi trapesium dan layang-layang. Pendidik menerapkan hal yang sama dengan pertemuan sebelumnya yang membuat peserta didik sudah memahami kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Kelompok sudah mulai bersaing dalam mempresentasikan jawaban mereka kedepan, meski masih ada peserta didik yang belum mampu mengikuti tetapi mereka mulai menunjukkan rasa ingin mencoba. Kesimpulan dari hasil ketiga pertemuan di kelas eksperimen peserta didik menunjukkan minat yang tinggi dalam pembelajaran matematika dengan model Double Loop Problem Solving (DLPS) dan hasil yang meningkat disetiap pertemuannya dikarenakan peserta didik aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir mereka mengenai soal-soal pemecahan masalah tetapi tidak semua peserta didik dikarena masih ada peserta didik yang pasif, dan hanya mengikuti teman kelompok, peserta didik tersebut belum terbiasa dengan modelpembelajaran yang baru.
Jurnal Penerapan Model Penerapan Model Penerapan Model Penerapan ModelPembelajaran Kooperatif Tipe TGT Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 2 mereka akan banyak mengalami kesulitan, sehingga dapat menyita waktu proses pembelajaran penjas. Dengan pembelajaran menggunakan model Kooperatif Tipe TGT diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan modelpembelajaran Kooperatif Tipe TGT terhadap motivasi belajar siswa kelas X SMAN 1 Panggul dalam pembelajaran bolavoli. Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimental Design. Metoda pengumpulan data menggunakan metode angket dan observasi. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 Panggul tahun ajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil belajar menggunakan uji-t satu pihak dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol. Respon sebagian besar siswa terhadap modelpembelajaran Kooperatif Tipe TGT menunjukkan kategori setuju.
Dengan modelpembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa modelpembelajaran ekspositori yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengkombinasikan metode caramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Pemberian tugas diberikan guru berupa soal-soal (pekerjaan rumah) yang dikerjakan secara individual atau kelompok. Adapun hasil belajar yang dievaluasi adalah luas dan jumlah pengetahuan, keterampilan dan nilai yang dikuasai peserta didik. Pada umumnya alat evaluasi hasil belajar yang digunakan adalah tes yang telah dibakukan atau tes buatan guru.
ModelPembelajaran Integratif | Model Integratif adalah suatu modelpembelajaran yang bersifat induktif secara konseptual berdasar pada aliran konstruktivis dalam hal belajar. Menurut pandangan konstruktivisme belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksikan makna dengan cara mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, pengertiannya menjadi berkembang (Sardiman, 2003 : 32). Prinsip dalam belajar menurut pandangan konstrutivisme ada lima, yaitu :
Pembelajaran inovatif mampu membawa perubahan belajar bagi peserta didik, dan telah menjadi kebutuhan wajib bagi guru. Pembelajaran lama telah usang karena dipandang tidak nyaman bagi peserta didik. Sebaliknya, peserta didik akan nyaman dengan pembelajaran yang sesuai dengan pribadi peserta didik saat ini. Untuk membelajarkan peserta didik sesuai dengan cara-gaya be-lajar mereka, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Ada berbagai modelpembelajaran. Dalam prakteknya, harus diingat bahwa tidak ada modelpembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Pemilihan modelpembelajaran yang tepat harus memperhatikan kondisi peserta didik, sifat materi bahan ajar, fasilitas media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Berikut ini dikemukakan disain modelpembelajaran inovatif sebagai pe-ngantar berupa pengertian, rasional dan sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip. Modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan penyesuaian (Lutfi Zulfi, 2008).
5. Manfaat modelpembelajaran Discovery Learning atau belajar penemuan adalah dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna; pengetahuan yang diperoleh peserta didik akan tertinggal lama dan mudah diingat; belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan dalam belajar adar peserta didik dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima; transfer dapat ditingkatkan dimana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh peserta didik dari pada disajikan dalam bentuk jadi; penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan motivas peserta didik; meningkatkan penalaran peserta didik dan kemampuan untuk berpikir secara bebas.
2. Joyce dan Weil berpendapat bahwa modelpembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain 8 . Sedangkan Modelpembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. 9
Pakar-pakar yang memberikan sumbangan pemikiran bagi pengem- bangan modelpembelajaran kooperatif adalah John Dewey dan Herbert Thelan. Menurut Dewey kelas seharusnya merupakan cerminan masyarakat yang lebih besar. Thelan telah mengembangkan prosedur yang tepat untuk membantu para peserta didik bekerja secara berkelompok. Tokoh lain adalah ahli sosiologi Gordon Alport yang mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam kelompok akan memberikan hasil lebih baik. Shlomo Sharan mengilhami pemi- nat modelpembelajaran kooperatif untuk membuat setting kelas dan proses pengajaran yang memenuhi tiga kondisi yaitu (a) adanya kontak langsung, (b) sama-sama berperan serta dalam kerja kelompok dan (c) adanya persetujuan antar anggota dalam kelompok tentang setting kooperatif tersebut.
Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL) adalah model untuk kegiatan kelas yang berbeda jauh dari praktek kelas biasa dari yang pendek, terisolasi, pembelajaran berpusat pada guru menjadi kegiatan jangka panjang, interdisipliner, yang berpusat pada siswa, dan terintegrasi dengan isu-isu dan praktek dunia nyata. Hal ini merupakan metode yang menumbuhkan daya berfikir abstrak dan kemampuan intelektual untuk mengeksplorasi isu-isu kompleks. Dalam PBL, siswa mengeksplorasi, membuat penilaian, menafsirkan, dan mensintesis informasi dengan cara-cara yang bermakna. (Educational Technology Division-Ministry of Education Malaysia, 2006)
Salah satu ide kunci yang berasal dari Vygotsky pada aspek sosial pembelajaran adalah konsepnya tentang zone of proximal development. Menurut Vygotsky, peserta didik memiliki dua tingkat perkembangan yang berbeda yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual adalah menentukan fungsi intelektual individu saat ini dan kemampuannya untuk mempelajari sendiri hal-hal tertentu. Individu juga memiliki tingkat perkembangan potensial yang oleh Vygotsky didefinisikan sebagai tingkat yang dapat difungsikan atau dicapai oleh indifidu dengan bantuan orang lain, misalnya guru, orang tua, atau teman sebayanya yang lebih maju. Zona yang terletak diantara tingkat perkembangan potensial peserta didik disebutnya sebagai zone of proximal development
Dalam kehidupan sehari-hari siswa sering menjumpai alat musik, mendengar bunyi alat musik. Siswa menikmati bunyi alat musik dari berbagai jenis alat musik dengan cara ditup, dipetik atau dipukul yang menjadikan siswa bergairah dan bersemangat dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari . Berarti bahwa dalam kehidupan sehari- hari siswa berhubungan langsung dengan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik. Berhubungan langsung tersebut adalah merupakan pengalaman langsung siswa dari situasi nyata. Soeparno ( 1987 : 6 ) menjelaskan bahwa “ Informasi yang dikomunikasikan melalui pengalaman langsung merupakan informasi kemungkinan terserapnya paling besar.” Pengalaman langsung dari situasi nyata tersebut dimanfaatkan sebagi modelpembelajaran dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat music
Simulasi adalah suatu studi perbandingan antara mekanisme kontrol manusia (biologis) dengan sistem elektromekanik, seperti komputer. Pengertian lain simulasi merupakan struktur mengalami konsekuensi lingkungan secara sensorik dan melibatkan prilaku koreksi diri, oleh karena itu, pembelajaranmodel simulasi di desain demikian rupa sehingga tercipta suatu lingkungan yang dapat menghasilkan umpan balik yang optimal bagi siswa (Sugiono, 2001:73).
Model ASSURE dicetuskan oleh Heinich, dkk. Sejak tahun 1980-an, dan terus dikembangkan oleh Smaldino, dkk. Hingga sekarang (Dewi Salma Prawiradilaga, 2007). Satu hal yang perlu dicermati dari model ASSURE ini, walaupun berorientasi pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), model ini tidak menyebutkan strategi pembelajaran secara eksplisit. Strategi pembelajaran dikembangkan melalui pemilihan dan pemanfaatan metode, media, bahan ajar, serta peran serta peserta didik di kelas.
Salah satu modelpembelajaran di antaranya adalah modelpembelajaran kooperatif yaitu suatu modelpembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok, dengan kekhasan dari model tersebut adalah setiap siswa dalam kelompok-kelompok yang mempunyai tingkat kemampuan, budaya, etnis, sosial yang berbeda-beda, mengutamakan kerja sama untuk menyelesaikan permasalahan serta menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun modelpembelajaran kooperatif beserta contoh yang dikemukakan pada paket pembinaan penataran ini adalah tipe Jigsaw, NHT (Number Heads Together), TAI (Team Assisted Individualization), dan STAD (Student Teams Achievement Divisions).
Istilah ModelPembelajaran diambil dari dua suku kata, yaitu Model dan Pembelajaran. Di mana masing-masing kata tersebut memiliki makna yang berbeda-beda. Model adalah suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif. Sedangkan pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lain-lain.