Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Berastagi yang beralamat di Jalan Kolam Renang No.6 Berastagi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII.1 dengan jumlah 36 siswa. Adapun Objek penelitian ini adalah Penerapan modelpembelajaranROPES dengan Scramble. Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Tehnik pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar dan lembar observasi aktivitas belajar. Teknik analisis data terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif.
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas PenyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana di Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Program Studi Pendidikan Tata Rias Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan. Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Model P embelajaran ROPES (Review Overview Presentation Excercise Summary) Terhadap Hasil Belajar Perawatan Kulit Kepala Dan Rambut (Creambath) Siswa Kelas X SMK Negeri 8 Medan”.
Model pemebelajaran ROPES adalah suatu modelpembelajaran yang terdiri dari beberapa tahap yaitu Review (peninjauan kembali materi sebelumnya), Overview (menjelaskan tujuan pembelajaran), Presentation (penyajian materi), Exercise (latihan), Summary (kesimpulan). Dengan modelpembelajaranROPES materi pelajaran dapat diselesaikan dan tujuan pembelajaran tercapai berdasarkan penggunaan alokasi waktu yang tepat. Strategi pembelajaran Quiz Team adalah strategi pembelajaran siswa aktif dengan membuat pertandingan akademis antar kelompok sehingga membuat siswa senantiasa berusaha belajar agar memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan.
Puji dan Syukur penulis ucapkan pada Yesus Kristus atas kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini semaksimal mungkin dan sesuai waktu yang telah direncanakan. Skripsi ini berjudul “ Pengaruh ModelPembelajaranROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) Berbantu Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kalor Di Kelas X Semester II SMA N 11 Medan T.P.2013/2014” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mendeskripsikan aktivitas belajar siswa selama proses belajar mengajar fisika menggunakan modelpembelajaranROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) disertai media audiovisual di MAN 1 Jember, dan (2) Mengkaji perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa menggunakan modelpembelajaranROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) disertai media audiovisual dengan pembelajaran yang biasa digunakan guru di MAN 1 Jember. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen, tempat penelitian ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling area. Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Jember yaitu kelas MIA 1 dan MIA 2. Sampel penelitian ditentukan setelah dilakukan uji homogenitas terhadap populasi. Penentuan sampel penelitian menggunakan metode cluster random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Metode analisis data untuk menjawab rumusan masalah kedua menggunakan Independent Sample T-Test dengan bantuan program SPSS 19. Berdasarkan hasil analisis dengan Independent-Sample T-test, diperoleh nilai p-value adalah 0.014 artinya rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas eksperimen dan rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas kontrol berbeda secara signifikan. Dapat disimpulkan bahwa penerapan modelROPES disertai media audiovisual berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa dalam pembelajaran fisika di MAN 1 Jember. Rata-rata dari hasil belajar dari penelitian ini adalah 77,43 untuk kelas eksperimen dan 73,03 untuk kelas kontrol. Aktivitas belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran menggunakan modelROPES disertai media audiovisual berada dalam kategori sangat aktif karena memiliki persentase rata-rata sebesar 92.85 %. Berdasar analisis yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa modelpembelajaranROPES disertai media audiovisual berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa dalam pembelajaran fisika di MAN 1 Jember.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Peneliti terlebih dahulu melakukan observasi di salah satu sekolah SMP. Observasi ini dilaksanakan untuk mengetahui informasi tentang jadwal pelajaran dan kemampuan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi Bangun datar yaitu bangun datar segitiga. Untuk pertemuan pertama peneliti melakukan tes awal. Pertemuan kedua melakukan penerapan pembelajaran dengan menggunakan penerapan modelROPES untuk indikator menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan sisinya dan berdasarkan besar sudutnya. Pertemuan ketiga membahas tentang menjelaskan keliling dan luas segitiga. Pertemuan keempat peneliti melakukan tes akhir. Dalam penelitian ini peneliti terlibat langsung dalam proses belajar mengajar di kelas dengan menggunakan penerapan modelpembelajaranROPES.
Untuk itu diperlukan kecakapan guru dalam pemilihan modelpembelajaran yang dapat menjadikan seluruh siswa aktif dalam mengikuti kegiatan belajar. Salah satunya adalah menerapkan modelpembelajaran Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary (ROPES) dalam kegiatan belajar mengajar. ModelROPES dirancang agar siswa dapat mencari, menemukan, dan merancang pengetahuannya sendiri sesuai dengan pengalaman belajar yang dilakukan. Dengan modelpembelajaranROPES diharapkan dapat mempengaruhi hasil belajar ekonomi siswa sampai mencapai hasil yang optimal atau memenuhi standar penilaian.
ModelpembelajaranROPES sudah pernah diterapkan oleh Dwi Astuti yang berjudul “Pengaruh Penerapan ModelPembelajaranROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) Menggunakan Pengajaran Tutor Sebaya Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII SMPN 15 TA. 2012/2013 Sijunjung”. Dilakukan di dua kelas dengan reliabilitasnya sebesar 0,79. Dari penelitian yang diperoleh data dari hasil tes akhir yang diberikan pada kedua kelas maka diperoleh nilai tertinggi pada kelas eksperimen yaitu 92,7 dan nilai terendah 43,75, sedangkan nilai tertinggi pada kelas kontrol 87,5 dan terendah 15,6. Rata – rata nilai yang diperoleh di kelas eksperimen yaitu 70,31 sedangkan di kelas kontrol yaitu 51,78. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap masalah maka dapat disimpulkan bahwa penerapan modelpembelajaranROPES menggunakan pengajaran tutor sebaya lebih baik daripada pembelajaran konvensional di kelas VIII SMP Negeri 15 Sijunjung.
Program pembelajaran individual merupakan usaha memperbaiki kelemahan pengajaran klasikal. Dari segi kebutuhan belajar, program pembelajaran individual lebih efektif, sebab siswa belajar sesuai dengan programnya sendiri. Dari segi guru, yang terkait dengan jumlah pembelajar, tampak kurang efisien. Jumlah siswa empat puluh orang meminta perhatian besar guru, dan hal itu melelahkan guru.
tipe Think Pair Share (TPS), tipe Numbered Head Together (NHT), Teams Games Tournament (TGT), dll. Dalam penelitian ini, penulis memilih modelpembelajaran kooperatif tipe TGT yang mempunyai ciri khas games dan tournament ini menciptakan warna yang positif di dalam kelas karena kesenangan para siswa terhadap permainan tersebut (Steve Parson dalam Slavin, 2008:167).
Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. (2) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3) hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. (4) verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Dalam kehidupan sehari-hari siswa sering menjumpai alat musik, mendengar bunyi alat musik. Siswa menikmati bunyi alat musik dari berbagai jenis alat musik dengan cara ditup, dipetik atau dipukul yang menjadikan siswa bergairah dan bersemangat dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari . Berarti bahwa dalam kehidupan sehari- hari siswa berhubungan langsung dengan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik. Berhubungan langsung tersebut adalah merupakan pengalaman langsung siswa dari situasi nyata. Soeparno ( 1987 : 6 ) menjelaskan bahwa “ Informasi yang dikomunikasikan melalui pengalaman langsung merupakan informasi kemungkinan terserapnya paling besar.” Pengalaman langsung dari situasi nyata tersebut dimanfaatkan sebagi modelpembelajaran dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat music
Tahap berikutnya adalah Exercise yang artinya latihan. Latihan dapat terdiri atas pembahasan teori yang dapat berupa tanya jawab, tugas-tugas berupa soal dan praktikum. Pelatihan berupa praktikum untuk sains sangat baik untuk dilaksanakan, karena hal ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempraktekkan apa yang telah mereka pahami. Untuk ilmu sains bisa dilakukan praktik di laboratorium, untuk bahasa bisa berlatih di kelas. Latihan ini perlu direncanakan skenarionya jika tidak, sulit bagi guru untuk memberikan pengalaman-pengalaman manipulatif melalui berbagai praktikum di perkuliahan. Oleh sebab itulah dosen mempersiapkan perencanaan pembelajaran. Pada tahap ini terjadi komunikasi antara dosen dengan mahasiswa dan antara mahasiswa dengan mahasiswa. Hal ini bertujuan agar mahasiswa tersebut belajar bersosialisasi dengan teman-temannya. Selain itu praktikum itu dalam waktu yang cukup lama karena pelajaran itu langsung dapat diamati. Tetapi jika latihan itu berupa soal-soal, maka ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan otak mahasiswa tersebut dalam memecahkan suatu masalah. Di sini dosen berperan sebagai pembimbing dan pemantau agar mahasiswa aktif bekerja.
c. Project-based learning asks students to investigate issues and topics addressing real-world problems while integrating subjects across the curriculum. Project Based Leraning merupakan pendekatan pembelajaran yang menuntut peserta didik membuat “jembatan” yang menghubungkan antar berbagai subjek materi. Melalui jalan ini, peserta didik dapat melihat pengetahuan secara holistik. Lebih daripada itu, Project Based Learning merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik (The George Lucas Educational Foundation: 2005).
Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Model ASSURE dicetuskan oleh Heinich, dkk. Sejak tahun 1980-an, dan terus dikembangkan oleh Smaldino, dkk. Hingga sekarang (Dewi Salma Prawiradilaga, 2007). Satu hal yang perlu dicermati dari model ASSURE ini, walaupun berorientasi pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), model ini tidak menyebutkan strategi pembelajaran secara eksplisit. Strategi pembelajaran dikembangkan melalui pemilihan dan pemanfaatan metode, media, bahan ajar, serta peran serta peserta didik di kelas.
Modelpembelajaran klasikal adalah pola pembelajaran di mana dalam waktu yang sama, kegiatan dilakukan oleh seluruh anak sama dalam satu kelas. Modelpembelajaran ini merupakan modelpembelajaran yang paling awal digunakan di TK, dengan sarana pembelajaran yang pada umumnya sangat terbatas, serta kurang memperhatikan minat individu anak. Seiring dengan perkembangan teori dan pengembangan modelpembelajaran, model ini sudah banyak ditinggalkan. 1
ModelPembelajaran Integratif | Model Integratif adalah suatu modelpembelajaran yang bersifat induktif secara konseptual berdasar pada aliran konstruktivis dalam hal belajar. Menurut pandangan konstruktivisme belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksikan makna dengan cara mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, pengertiannya menjadi berkembang (Sardiman, 2003 : 32). Prinsip dalam belajar menurut pandangan konstrutivisme ada lima, yaitu :
PembelajaranROPES pokok bahasan persamaan garis lurus dapat diimplementasi dengan baik. Berdasarkan analisis data mengenai aktivitas guru selama pembelajaranROPES berlangsung yaitu pada siklus I yang terdiri dari pembelajaran 1 dan pembelajaran 2, sedangkan siklus II terdiri dari pembelajaran 3 dan pembelajaran 4. Pada siklus I, pembelajaran 1 aktivitas guru mencapai 80,5%, sedangkan pada pembelajaran 2 aktivitas guru mencapai 88,88% dan keduanya termasuk dalam kategori aktif. Pada siklus II, pembelajaran 3 aktivitas guru mencapai 94,4%, sedangkan pada pembelajaran 4 aktivitas guru mencapai 100% dan keduanya pun termasuk dalam kategori aktif. Aktivitas guru pada siklus I rata-rata mencapai 84,69% dan meningkat pada siklus II menjadi 97,2%. Hal ini berarti aktivitas guru mengalami peningkatan.
Salah satu bahan baku furnitur umum di Indonesia adalah rotan. Ketersediaan rotan lokal sangat terbatas sehingga diperlukan untuk mencari bahan baku alternatif yang dapat digunakan untuk menggantikan rotan. Paper ropes yang terbuat dari spinning paper, merupakan salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan. Pembuatan paper ropes dari berbagai jenis spinning paper telah dipelajari pada penelitian ini. Beberapa jenis kertas digunakan dalam percobaan ini. Spinning paper dikarakterisasi dan diperlakukan khusus untuk memodifikasi sifat permukaannya terutama untuk meningkatkan ketahanan airnya. Pembuatan paper ropes dilakukan dengan menggunakan mesin pemilin dan pengujian sifat fisik paper ropes telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan khusus permukaan kertas meningkatkan kekuatan tarik, dan mengurangi penyerapan air dan porositas. Penggunaan bahan kimia water barrier dan adhesif cukup efektif dalam meningkatkan ketahanan air permukaan kertas. Penurunan penyerapan air dan porositas masing-masing sebesar 20% - 43% dan 30% - 98%. Berdasarkan hasil ini, paper ropes memiliki potensi sebagai bahan bahan baku alternatif untuk furnitur.