Namun, walaupun program pemberiantunjanganprofesi sudah dimulai sejak tahun 2005 yaitu kurang lebih sudah 7 (tujuh) tahun, dalam prakteknya masih belum menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru. Unifah Rosyidi (dalam Kompas 8 Oktober 2009) menyatakan bahwa peningkatan kinerja yang diharapkan dari guru yang sudah bersertifikasi, seperti perubahan pola kerja, motivasi kerja, pembelajaran, atau peningkatan diri, dinilai masih tetap sama. ”Guru-guru yang sudah lolos sertifikasi sudah mulai enggan mengikuti seminar atau pelatihan untuk peningkatan kualitas diri”. Gultom (dalam Harian Pelita 3 Oktober 2011) menyatakan "Program sertifikasi sudah dimulai sejak 2005 dan selama ini guru yang lolos proses sertifikasi melalui penilaian porto folio mendapat tunjangan satu kali gaji pokok, namun kenyataannya sertifikasi tersebut tidak memberikan dampak signifikan terhadap kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar”. Hal inilah yang mendasari perlunya dilakukan penelitian tentang “Pengaruh PemberianTunjanganProfesi Terhadap Kinerja Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Di Kabupaten Tapanuli Utara”.
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 72 ayat (6) Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang PemberianTunjanganProfesi dan Tunjangan Kehormatan bagi Dosen yang Menduduki Jabatan Akademik Profesor;
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat dan rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pelaksanaan PemberianTunjanganProfesi terhadap Guru Agama oleh Kementerian Agama Kota Bandar Lampung” telah selesai. Studi ini dilakukan sebagai bagian dari sumbangan pemikiran masukan serta manfaat bagi para praktisi hukum, mahasiswa dan dosen, masyarakat umum yang membacanya, serta Kementerian Agama Kota Bandar Lampung, semoga dapat memperkaya ilmu dan wawasan bagi kita semua agar bisa tercapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 78 Tahun 2013 tentang PemberianTunjanganProfesi dan Tunjangan Kehormatan bagi Dosen yang Menduduki Jabatan Akademik Profesor (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 857) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 89 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 78 Tahun 2013 tentang PemberianTunjanganProfesi dan Tunjangan Kehormatan bagi Dosen yang Menduduki Jabatan Akademik Profesor (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1065), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pemberiantunjanganprofesi guru (TPG) kepada guru yang telah tersertifikasi bentuk nyata Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen mengamanatkan agar guru harus profesional, sejahtera, dan bermartabat. Harapannya, dengan pemberian TPG ini guru menjadi lebih profesional.
(2) Pemimpin perguruan tinggi swasta setiap tahun wajib menyampaikan laporan kelayakan terpenuhinya persyaratan pemberiantunjanganprofesi dan tunjangan kehormatan professor kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi melalui Koodinator Kopertis.
a. pemimpin perguruan tinggi negeri yang diselenggarakan oleh Kementerian atau Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi bagi perguruan tinggi swasta melakukan evaluasi dan membuat keputusan penetapan calon penerima tunjanganprofesi Dosen dan tunjangan kehormatan Profesor pada awal bulan Oktober sesuai dengan persyaratan;
Kebijakan pemerintah dengan memberikan tunjanganprofesi kepada para guru secara signii kan menaikkan jumlah sarjana yang ingin berprofesi menjadi guru. Namun demikian, banyaknya guru tersertii kasi belum berbanding lurus dengan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Adanya tunjanganprofesi guru menjadi sesuatu yang tidak berkaitan dengan kinerja guru yang makin membaik. Ironi ini dipertegas dalam penelitian ini dengan mengambil studi kasus di MAN 2 Tangerang. Hubungan antara keberadaan tunjangan dengan kinerja guru dinyatakan lemah. Justru variable kompetensi lebih besar pengaruhnya terhadap peningkatan kinerja guru tersebut.
Tunjanganprofesi dimaksudkan untuk peningkatan mutu guru PNS Jenjang Pendidikan Dasar di bawah binaan provinsi dan guru bukan PNS Jenjang Pendidikan Dasar, pengawas satuan pendidikan Pendidikan Dasar di bawah binaan Provinsi sebagai penghargaan atas profesionalitas untuk mewujudkan amanat Undang-Undang Guru dan Dosen antara lain mengangkat martabat guru, meningkatkan kompetensi guru, memajukan profesi guru, meningkatkan mutu pembelajaran, dan meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu. Tunjanganprofesi yang dibayarkan melalui DIPA tahun 2015 Direktorat Pembinaan PTK Dasar adalah tunjangan yang diberikan kepada guru bukan PNS Jenjang Pendidikan Dasar, guru PNS Jenjang Pendidikan Dasar di bawah binaan provinsi, dan pengawas satuan pendidikan jenjang pendidikan Dasar di bawah binaan Provinsi yang telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya.
4. Guru bersertifikat pendidik dan sudah ada SKTP “BELUM TENTU” mendapatkan dana tunjanganprofesi; 5. Tunjanganprofesi diberikan paling banyak 12 bulan dalam satu tahun, Ini berarti tunjanganprofesi “TIDAK WAJIB” dibayarkan 12 bulan dalam satu tahun .
terhitung mulai tanggal 1 Januari ..........telah nyata melaksanakan tugas sebagai guru pada satuan kerja .............................. (diisi nama dan alamat lembaga) dan diberi tunjanganprofesi setiap bulannya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
terhitung mulai 1 Januari ..........telah nyata melaksanakan tugas sebagai guru pada satuan kerja ................................... (diisi nama RA/Madrasah Satminkal) dan diberi bantuan tunjanganprofesi sebesar Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu drupiah) setiap bulannya.
Sehubungan dengan telah diterbitkannya Permenristekdikti Nomor 20 Tahun 2017 tentang PemberianTunjanganProfesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor, sehingga diperlukan banyak sekali jurnal nasional sebagai media publikasi khususnya bagi Lektor Kepala, maka dalam rangka pembinaan terbitan jurnal ilmiah di Indonesia menuju terakreditasi nasional dan bereputasi Internasional, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan perlu melakukan pemetaan kondisi jurnal elektronik yang ada di Indonesia sehingga dapat dilakukan pendampingan dan percepatan akreditasi serta internasionalisasi. Berdasarkan hal tersebut, pihak Kemenristekdikti meminta perguruan tinggi, lembaga litbang, serta pengelola terbitan berkala ilmiah yang sudah menerbitkan jurnal secara elektronik serta memiliki e-ISSN namun belum terakreditasi nasional atau bereputasi internasional untuk segera mendaftarkan jurnal yang berada lingkungan kerjanya di Arjuna (http://arjuna.ristekdikti.go.id) dan melakukan evaluasi diri (tanpa submit akreditasi). Hasil evaluasi diri yang dilakukan akan diverifikasi oleh tim Kemenristekdikti untuk diklasifikasikan, sehingga dapat mengikuti program pendampingan menuju jurnal terakreditasi nasional dan bereputasi Internasional. Pengisian evaluasi diri di Arjuna untuk program pendampingan jurnal elektronik diharapkan dilaksanakan paling lambat pada tanggal 31 Maret 2017.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 2 mengamanatkan bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal. Sebagai pendidik profesional diwajibkan memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjanganprofesi pendidik bagi guru, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.
(2) Pemimpin perguruan tinggi swasta wajib menyampaikan laporan kelayakan pemenuhan persyaratan pemberiantunjanganprofesi Dosen dan tunjangan kehormatan Profesor setiap tahun kepada Direktorat Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melalui Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi.
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 78 Tahun 2013 tentang PemberianTunjanganProfesi dan Tunjangan Kehormatan bagi Dosen yang Menduduki Jabatan Akademik Profesor (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 857) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 89 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 78 Tahun 2013 tentang PemberianTunjanganProfesi dan Tunjangan Kehormatan bagi Dosen yang Menduduki Jabatan Akademik Profesor (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1065), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
(3) Profesor yang mendapat penugasan sebagai pimpinan perguruan tinggi yang bersangkutan sampai dengan tingkat jurusan atau nama lain yang sejenis, memperoleh tunjangan kehormatan sepanjang yang bersangkutan melaksanakan dharma pendidikan paling sedikit sepadan dengan 3 (tiga) sks di perguruan tinggi yang bersangkutan dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g.
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 78 Tahun 2013 tentang PemberianTunjanganProfesi dan Tunjangan Kehormatan bagi Dosen yang Menduduki Jabatan Akademik Profesor (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 857) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 89 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 78 Tahun 2013 tentang PemberianTunjanganProfesi dan Tunjangan Kehormatan bagi Dosen yang Menduduki Jabatan Akademik Profesor (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1065), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 78 Tahun 2013 tentang PemberianTunjanganProfesi dan Tunjangan Kehormatan bagi Dosen yang Menduduki Jabatan Akademik Profesor (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 857) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 89 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 78 Tahun 2013 tentang PemberianTunjanganProfesi dan Tunjangan Kehormatan bagi Dosen yang Menduduki Jabatan Akademik Profesor (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1065), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.