Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang setelah mengkonsumsi makanan dalam jumlah dan waktu tertentu, apabila asupan makanan yang mengandung zat gizi cukup seimbang dengan keadaan tubuh maka akan tercapai status gizi yang baik. pemberian makanan tambahan merupakan faktor yang mempengaruhi status gizi, oleh karena itu sejak usia batita orang tua harus memperhatikan asupan gizi yang dibutuhkan oleh anak. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh pengetahuan pengolahanbahanmakanan terhadap status gizi batita di Kelurahan Krobokan, Kecamatan Semarang Barat, 2. Mengetahui pengaruh pemberian makanan tambahan terhadap status gizi batita di Kelurahan Krobokan, Kecamatan Semarang Barat, 3. Mengetahui pengaruh pengetahuan pengolahanbahanmakanan dan pemberian makanan tambahan terhadap status gizi batita di Kelurahan Krobokan, Kecamatan Semarang Barat, 4. Mengetahui seberapa besar pengaruh pengetahuan pengolahanbahanmakanan dan pemberian makanan tambahan terhadap status gizi batita di Kelurahan Krobokan, Kecamatan Semarang Barat.
Daging adalah otot he wan yang tersusun dari serat-serat yang sangat kecil, masing-masing berupa sel memanjang yang disatukan oleh jaringan ikat, membentuk berkas ikatan yang [r]
Pilihan cara pengolahan yang tepat pada bahanmakanan sumber zat goitrogenik dapat menurunkan kadar sianida yang terkandung pada sayuran sehingga akan memengaruhi asupan tiosianat kedalam tubuh. Salah satu contoh bahwa pilihan cara pengolahanbahanmakanan yang mengandung zat goitrogenik memenga- ruhi asupan sianida ke dalam tubuh dapat dilihat pada Tabel 2. Kacang otok merupakan bahanmakanan yang rata-rata konsumsi hariannya besar yaitu 213,15 gram namun mempunyai kadar sianida rendah hanya sebesar 0,07 mg, dibandingkan dengan kangkung yang hanya dikonsumsi 41,92 gram namun mempunyai kadar siani- da sebesar 33,15 mg karena kebiasaan cara pengolahan yang tidak tepat yaitu dengan ditumis, padahal cara peng- olahan yang paling tepat untuk kangkung adalah dengan dikulup.
3. Penyelenggaraan makanan tambahan di Posyandu pada aspek pengolahanbahanmakanan, pengolahanmakanan yang diberikan pada balita ada pada kategori kurang, dilihat dari cara pengolahan sayuran, buah-buahan, dan bahanmakanan lainnya kurang baik.
Makanan adalah kebutuhan primer manusia dalam rangka melangsungkan hidup. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan tersebut, manusia memerlukan cara-cara untuk mengolah bahan mentah menjadi bahanmakanan yang siap untuk konsumsi. Langkah- langkah dalam pengolahanbahanmakanan bagi setiap orang memiliki cara sendiri untk mengubah bahanmakanan mentah menjadi makanan siap makan yang tidak hanya dalam mengenyangkan, namun juga makanan tersebut haruslah memenuhi standar gizi dan nustrisi yang baik untuk tubuh, dan yang terkadang dilupakan oleh banyak orang, makanan yang diolah haruslah menarik.
Makanan anak yang berusia antar 3-5 tahun tetap sama dengan usia yang sebelumnya, namun ada berbagai macam makanan tambahan dalam usia ini. Anak-anak dalam usia ini sudah dapat lebih banyak dikenalkan dengan berbagai macam yang disajikan untuk anggota keluarga lainnya. Hal yang sangat penting adalah dengan menanamkan kebiasaan memilih bahanmakanan yang baik pada usia dini, karena kebiasaan anak-anak adalah kurang menyukai sayuran dalam makanan. Dalam hal ini ibu harus bertindak sedemikian rupa untuk mengajak memakannya. Disamping itu, ibu juga harus menyadari bahwa jumlah makanan uang diperlukan oleh seorang anak akan semakin sring dengan bertambahnya usia (Sjahmien Moehji, 2003:53).
makanan yang mudah membusuk juga masih ada yang tidak tersimpan pada lemari pendingin, dengan alasan bahwa bahanmakanan tersebut akan segera digunakan tanpa harus menunggu untuk dilunakkan terlebih dahulu sebelum di olah. Selain itu penyimpanan bahanmakanan tersebut masih ada yang dalam keadaan terbuka, hal ini tentunya akan menjadi media berkembangnya bakteri sebagai sumber pencemar makanan. Hal ini sejalan dengan pendapat Depkes (2003) bahwa makanan jadi harus memenuhi persyaratan bakteriologi berdasarkan ketentuan yang berlaku. Jumlah kandungan logam berat dan residu pestisida tidak boleh melebihi ambang batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku. Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau dikemas dan tertutup.
sikap be- kerja sama, gotong ro- yong, berto- leransi, di- siplin, ber- tanggung ja- wab, kreatif, dan inovatif dalam me- mahami ke- wirausahaan dan mem- buat karya kerajinan dan rekaya- sa, melaksa- nakan budi daya, dan membuat produk pengolahan di wilayah setempat dan lainnya dengan me- merhatikan estetika pro- duk akhir untuk mem- bangun se- mangat usa- ha
Faktor penting yang menentukan prevalensi penyakit bawaan makanan adalah kurangnya pengetahuan penjamah atau konsumen makanan dan ketidakpedulian (sekalipun mereka tahu) terhadap pengeloaan makanan yang aman. Sejumlah survei tehadap KLB penyakit bawaan makanan yang berjangkit di seluruh dunia memperlihatkan bahwa sebagian besar kasus penyakit bawaan makanan terjadi akibat kesalahan penanganan pada saat penyiapan makanan baik di rumah, jasa catering, kantin rumah sakit, sekolah atau di pangkalan militer. Sebagian besar kasus penyakit bawaan makanan dapat dihindari jika penjamah makanan dapat dilatih dengan lebih baik dalam hal keamanan makanan (Widyastuti, 2005).
Kandungan dan Manfaat Makanan Khas Daerah Makanan khas daerah memiliki kandungan gizi dan manfaat yang beragam, sesuai dengan bahan baku, bahan tambahan, dan teknik pengolahan yang digu[r]
Berdasarkan lokasi pengolahan roti pada pabrik roti, peneliti mengamati bahwa sekitar 60% penjamah tidak mengolah makanan dalam ruangan yang lantainya bersih, penjamah tidak menggunakan ruangan pengolahan yang bebas vektor (lalat, tikus, dll). Sedangkan lalat dan tikus adalah sumber pencemar yang cukup potensial pada makanan dan dapat menyebabkan penyakit bila mengkonsumsi makanan yang sudah terkontaminasi oleh vektor tersebut. Sementara itu terdapat 60% penjamah tidak mencuci peralatan sebelum digunakan, karena biasanya peralatan seperti loyang tempat memanggang roti hanya dilap dengan minyak supaya tidak berkarat, penjamah tidak membersihkan peralatan setelah digunakan. Sementara sebagian pabrik terlihat bahwa mesin penggiling tepung terlihat tidak dibersihkan dengan baik melainkan hanya di lap dengan kain sebab dapat dilihat bekas tepung yang digiling sebelumnya masih menempel pada mesin.
Kebutuhan protein hewani setiap tahun me- ningkat sebanding dengan jumlah warga negara Indonesia yang selalu meningkat setiap tahun. Oleh sebab itu, saat ini banyak penyediaan bahan protein hewani yang melakukan proses pengolahanbahan ikan dan daging menjadi bahan setengah jadi agar dapat diolah menjadi variasi makanan baik tradisional maupun modern. Proses pengolahan ikan dan daging dilaku- NDQ VHFDUD GLYHUVL¿NDVL \DLWX SHQJRODKDQ SUR duk menjadi bervariasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan minat konsumsi anak-anak usia sekolah dalam mengonsumsi produk ikan dan daging sebagai sumber pangan yang berprotein tinggi yang berguna untuk tumbuh kembangnya. Selain itu, juga menambah minat konsumsi masyarakat terhadap olahan pangan dari ikan dan daging. Hasil-hasil olahan ikan dan daging \DQJ VXGDK GLYHUVL¿NDVL LQL VHNDUDQJ VXGDK banyak ditemukan di pasaran seperti: lele asap, krispi ikan lele, dendeng tulang ikan lele, kerupuk kulit ceker ayam, dan lain-lain.
Makanan diperlukan tubuh untuk mengatur fungsi tubuh, menggantikan sel- sel rusak, membangun jaringan-jaringan tubuh yang baru, menghasilkan energi, dan melindungi tubuh dari serangan penyakit. Selain sebagai zat pembangun, makanan ternyata dapat pula mengakibatkan manusia menjadi sakit. Hal ini terjadi bila penanganan makanan yang dikonsumsi mulai cara pemilihan, pengelolaan, sampai penyajiannya kurang atau tidak memenuhi syarat sanitasi. Bila salah satu faktor tersebut terganggu makanan yang dihasilkan akan menimbulkan gangguan kesehatan dan penyakit bahkan keracunan makanan (Batunahai dan Dina, 2003).
2. Pengangkutan makanan jadi/masak/siap santap: Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3), menggunakan kendaraan khusus pengangkut makanan jadi/masak dan harus selalu higienis, setiap jenis makanan jadi mempunyai wadah masing-masing dan bertutup, utuh, kuat, tidak karat dan ukurannya memadai dengan jumlah makanan yang akan ditempatkan, pengangkutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan diatur agar makanan tetap panas pada suhu 600C atau tetap dingin pada suhu 400C.
Pendidik dan peserta didik menyimpulkan materi yang meliputi: jenis-jenis hidangan, jenis-jenis hidangan utama, prosedur pengolahan hidangan utama, peralatan pengolahan dan penyajian yang digunakan. Pendidik memberikan tugas kepada peserta
3.3 mengevaluasi kegiatan usaha pengolahan makanan khas daerah yang dimodifikasi dari bahan pangan nabati dan hewani 4.3 menyusun rencana pengembangan usaha pengolahan makanan khas daer[r]
Seiring kemajuan zaman, teknologi, dan kebutuhan manusia, produk kemasan pun berkembang terus-menerus. Kecanggihan teknologi pengolahan pangan, pengemasan, dan penyimpanan secara tidak langsung sebagian memang menguntungkan konsumen. Sekarang bahan kemasan yang umum digunakan terbuat dari kertas, kaca/gelas, plastik atau bahan polimer seperti polietilen (PE), polipropilen (PP) serta kemasan yang dapat terurai secara biologis atau biodegradasi (biodegradable packaging). Meskipun begitu, tidak semua perpaduan kemasan tradisional ditinggalkan. Ada beberapa produk pangan menggunakan kombinasi kemasan, yaitu kemasan tradisional dan kemasan masa kini. Tidak semua bahan dapat digunakan sebagai wadah penyajian atau kemasan pangan olahan. Ada kriteria tertentu yang harus diperhatikan dalam pemilihan wadah penyajian/kemasan, antara lain sebagai berikut.
Tahu merupakan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dari semua golongan, diproduksi oleh industri rumah tangga sehingga pengawasan mutu makanan ini sangat sulit dilakukan. Penambahan bahan tambahan pangan yang berbahaya sering terjadi. Formalin merupakan salah satu pilihan untuk membuat tekstur tahu lebih padat dan kenyal, tidak mudah hancur, dan tahan lebih lama. Penerapan higiene sanitasi pengolahanmakanan harus sesuai syarat kesehatan agar menjadikan produk makanan lebih baik dan bermutu.
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan maka diperlukan media pembelajaran yang selalu berkembang mengikuti kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Peningkatan mutu pembelajaran di SMKN 1 Sewon ditempuh melalui peningkatan kurikulum, saat ini kurikulum baru yang sudah dilaksanakan adalah kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 siswa diarahkan untuk lebih aktif menggali pengetahuan dan guru bertindak sebagai fasilitator. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran Pengetahuan BahanMakanan di SMKN 1 Sewon bahwa terdapat siswa yang belum dapat mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 3,2. Persentase siswa yang lulus dalam mata pelajaran pengetahuan bahanmakanan adalah 111 siswa (87%) dari 124 siswa, selebihnya mempunyai nilai di bawah 3,2.
Pelaksanaan kegiatan PPL Universitas Negeri Yogyakarta 2015 dimulai tanggal 10 Juli sampai dengan 12 September berlokasi di SMK N 4 Surakarta. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh praktikan selama masa observasi, praktikan memperoleh gambaran tentang situasi dan kondisi kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Pengetahuan BahanMakanan kelas X BO1, X BO2, X BO3, X BO4 dan Ilmu Gizi kelas X BO1, X BO2, X BO3, X BO4. Setelah melaksanakan Praktik Pengalaman apangan (PPL) di SMK N 4 Surakarta, banyak pengalaman yang praktikan dapatkan mengenai situasi dan permasalahan pendidikan di suatu sekolah.