Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini, masih rendahnya tingkat kemampuanberpikirkritissiswa. Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuanberpikirkritissiswa adalah pendekatan inquiry/discovery. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatankemampuanberpikirkritissiswa dengan pendekatan inquiry/discovery dalam pembelajaran matematika, serta mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan penggunaan pendekatan inquiry/discovery. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, dengan desain penelitian Control group pretes-postes. Penelitian dilaksanakan di SMPN 31 Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 31 Bandung. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII F sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol yang dipilih secara random kelas. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan pendekatan inquiry/discovery dan kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran konvensional. Adapun instrumen yang digunakan adalah berupa tes berpikirkritis untuk melihat kemampuanberpikirkritis yang telah diujicobakan dan angket untuk melihat respon siswa. Dalam penelitian ini diperoleh data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif dianalisis menggunakan analisis statistik uji t untuk melihat peningkatankemampuanberpikirkritissiswa dengan pendekatan inquiry/discovery dalam pembelajaran matematika. Data kualitatif dianalisis menggunakan skala sikap Likert untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan penggunaan pendekatan inquiry/discovery. Berdasarkan analisis hasil tes berpikirkritis diperoleh kesimpulan yaitu terdapat peningkatankemampuanberpikirkritissiswa pendekatan inquiry/discovery.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, secara umum dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatankemampuanberpikirkritissiswa setelah diterapkan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk. Secara khusus kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut:
2. Seluruh Kategori KAM (atas, tengah, bawah) menunjukkan pencapaian kemampuanberpikirkritissiswa yang mendapat pembelajaran dengan Strategi Abduktif-Deduktif (PSAD) lebih baik daripada yang memperoleh pembelajaran konvensional. Sedangkan untuk peningkatan, hanya siswa dengan kategori KAM tengah dan bawah peningkatankemampuanberpikirkritis matematis siswa pada kelas yang memperoleh pembelajaran dengan Strategi Abduktif-Deduktif (PSAD) lebih baik daripada kelas yang memperoleh pembelajaran konvensional, sementara pada kategori KAM atas peningkatankemampuanberpikirkritissiswa yang memperoleh pembelajaran dengan Strategi Abduktif-Deduktif (PSAD) tidak lebih baik dari siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Walaupun demikian, peningkatankemampuanberpikirkritis matematis KAM atas siswa yang memperoleh pembelajaran dengan Strategi Abduktif-Deduktif (PSAD) mencapai kategori tinggi, sedangkan pada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional mencapai kategori sedang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan penggunaan media berita TV pada materi menulis teks eksplanasi dan mengetahui peningkatankemampuanberpikirkritissiswa. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain one group pretest posttest. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI PN 1 SMK ICB Cinta Wisata Bandung. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang berupa lembar soal serta lembar observasi sebagai pendukung keterlaksanaan pembelajaran menggunakan media berita TV dalam pembelajaran menulis teks eksplanasi dan keterampilan berpikirkritis. Instrumen tersebut dikategorikan valid dan realiabel setelah dilakukan analisis oleh Expert Judgment. Perhitungan penelitian ini melalui uji rata-rata kelas pretes dan postes, jumlah nilai kelas pretes dan postes, mengetahui nilai maksimum dan nilai minimum, dan menguji hipotesis mengunakan Paired sample T-Test. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas siswa mengalami peningkatan dengan nilai rata- rata pretes sebesar 43,2 dan rata-rata postes sebesar 81,3. Peningkatan keterampilan berpikirkritissiswa setelah digunakannya media berita TV sesuai dengan hasil uji hipotesis gain yaitu nilai probalitas atau Sig. (2-tailed) 0,00 < 0,05. Besarnya peningkatan keterampilan berpikirkritis ditunjukkan oleh hasil uji hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan data hasil pretest dan postest sehingga ada peningkatan pembelajran dengan melihat rata-rata dari setiap kegiatan. Dengan demikian media berita TV dapat dijadikan alternatif media pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikirkritissiswa padapembelajaran menulis teks eksplanasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan penggunaan media berita TV pada materi menulis teks eksplanasi dan mengetahui peningkatankemampuanberpikirkritissiswa. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain one group pretest posttest. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI PN 1 SMK ICB Cinta Wisata Bandung. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang berupa lembar soal serta lembar observasi sebagai pendukung keterlaksanaan pembelajaran menggunakan media berita TV dalam pembelajaran menulis teks eksplanasi dan keterampilan berpikirkritis. Instrumen tersebut dikategorikan valid dan realiabel setelah dilakukan analisis oleh Expert Judgment. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas siswa mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata pretes sebesar 43,2 dan rata-rata postes sebesar 81,3. Peningkatan keterampilan berpikirkritissiswa setelah digunakannya media berita TV sesuai dengan hasil uji hipotesis gain yaitu nilai probalitas atau Sig. (2-tailed) 0,00 < 0,05. Besarnya peningkatan keterampilan berpikirkritis ditunjukkan oleh hasil uji hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan data hasil pretest dan postest sehingga ada peningkatan pembelajran dengan melihat rata-rata dari setiap kegiatan. Dengan demikian media berita TV dapat dijadikan alternatif media pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikirkritissiswa padapembelajaran menulis teks eksplanasi.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuanberpikirkritis dan pentingnya kemampunan berpikirkritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Peningkatankemampuanberpikirkritissiswa antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran integratif lebih baik atau tidak lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional 2)Kualitas peningkatankemampuanberpikirkritissiswa antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran integratif dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional 3)Sikap siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran integratif. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian matching pretest-postest control group design. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposif sampel dengan tujuan ingin mengetahui pengaruh model pembelajaran integratif terhadap kemampuanberpikirkritis matematis, berdasarkan pertimbangan guru Matematika di sekolah diambil dua kelas masing-masing sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran integratif dan kelas kontrol melalui model pembelajaran konvensional. Materi pokok dalam penelitian ini adalah segiempat. Data diperoleh dari hasil pre-test dan pos-test kemampuanberpikirkritis matematis, angket sikap siswa dan lembar observasi. Hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian adalah: 1)Peningkatankemampuanberpikirkritissiswa yang belajar dengan model pembelajaran integratif lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional2)Kualitas peningkatankemampuanberpikirkritissiswa yang belajar dengan model pembelajaran integratif tergolong sedang dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional tergolong rendah 3)Sikap siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran integratif secara umum adalah positif.
2. Dalam penelitian ini fokus penelitian hanya pada hasil belajar siswa sehingga tidak dapat dilihat pengaruh pembelajaran terhadap peningkatankemampuanberpikirkritissiswa. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat dikembangkan fokus penelitiannya bukan hanya pada hasil belajar siswa tetapi juga pada peningkatankemampuanberpikirkritissiswa.
4. Penerapan metode inkuiri terbimbing meningkatkan kemampuanberpikirkritis siswa.Setelah dilakukan tindakan dalam tiga siklus, terjadi peningkatan keterampilan berpikirkritissiswa kelas V pada materi daur air setelah menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing . Berdasarkan hasil tes keterampilan berpikirkritis diperoleh data bahwa pada siklus I siswa yang tuntas mencapai 37%, sedangkan siklus II mencapai 71%, dan siklus III mencapai 87,5%. Persentase ketuntasan tiap indikatoor berpikirkritis juga mengalami peningkatan di tiap siklusnya. Persentase indikator pertama, memberikan penjelasan sederhana di siklus sebesar I 71%, siklus II 74%, dan di siklus III 75%. Persentase indikator kedua, membangun keterampilan dasar pada siklus I sebesar 78%, siklus II 86%, dan siklus III 88%. Persentase indikator ketiga, menyimpulkan pada siklus pertama sebesar 39%, siklus kedua 75%, siklus III 76%. Persentase indikator keempat, memberikan penjelasan lanjut pada siklus I sebesar 52%, siklus II 75%, dan siklus III 79%. Persentase indikator kelima, mengatur strategi pada siklus I sebesar 54%, siklus II 85%, siklus III sebesar 89%.
Kurikulum merupakan bagian yang penting dari sebuah proses pembelajaran. Pernyataan ini sesuai dengan bunyi UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003: SNP (Kurikulum 2013:21) menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak guru yang tidak memiliki perangkat pembelajaran terutama bahan ajar saat mengajar, artinya guru hanya berpedoman pada sumber bahan ajar yang telah tersedia tanpa melihat apakah bahan ajar tersebut mampu atau tidak dalam membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Pendidikan dalam era modern semakin tergantung tingkat kualitas,partisipasi dari guru untuk menggunakan berbagai sumber yang tersedia, mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa untuk mempersiapkan pembelajaran yang dapat menumbuhkan cara berpikirsiswa menjadi lebih kritis dan kreatif.
Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Berdasarkan Pembelajaran RME dan PMK dan Tingkat Kemampuan Siswa Tinggi, Sedang, Rendah .... Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Berdasarkan Pemb[r]
Model pembelajaran berbasis masalah pada kemampuanberpikirkritis dan komunikasi matematis siswa dapat dapat diperluas penggunaannya. Oleh karena itu hendaknya model pembelajaran ini terus dikembangkan di lapangan yang membuat siswa terlatih dalam menyelesaikan masalah melalui proses berpikirkritis dan komunikasi matematis. Peran guru sebagai fasilitator perlu didukung oleh sejumlah kemampuan antara lain kemampuan memandu diskusi di kelas, serta kemampuan dalam menyimpulkan. Disamping itu kemampuan menguasai bahan ajar sebagai syarat yang harus dimiliki guru. Untuk menunjang keberhasilan implementasi model pembelajaran berbasis masalah diperlukan bahan ajar yang lebih menarik. Selain itu LAS dan tes yang dirancang oleh guru harus menarik agar siswa dapat menguasai bahan ajar oleh karena itu hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi guru dalam membuat LAS dan tes. 2. Kepada lembaga terkait
Pemberian skala sikap kepada siswa dalam penelitian ini berdasarkan sikap afektif yang bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika secara umum, sikap siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah, sikap siswa terhadap pembelajaran berbantuan software Cabri 3D, dan sikap siswa terhadap berpikirkritis dan kreatif matematis. Skala sikap ini terdiri dari 25 pernyataan yang terbagi atas 14 pernyataan positif dan 11 pernyataan negatif.
Setiap aspek kemampuanberpikir kreatif selalu mengalami peningkatan setiap siklus. Penerapan model pembelajaran inkuri terbimbing mampu melatih siswa dalam berpikir lancar (fluency), khususnya pada tahap observe dan formulate inquiry question. Hal ini disebabkan karena pada tahap ini siswa mencoba untuk memberikan banyak cara atau saran terhadap hal yang diamatinya dengan memberikan sejumlah gagasan, jawaban penyelesaian masalah, atau pertanyaan. Siswono (2006) mengatakan bahwa pengajuan masalah dengan mengungkapkan berbagai macam pertanyaan dari suatu informasi merupakan salah satu kegiatan yang mengarah pada pengembangan berpikirkritis dan kreatif.
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu menjadikan peserta didik sebagai insan yang berkompeten pada bidang yang dibelajarkan sesuai dengan kriteria yang telah disepakati. Untuk menjadikan seseorang (siswa) memiliki kompetensi pada bidang tertentu, guru sebagai manajer dan fasilitator pembelajaran harus mampu menjadikan pembelajaran yang menyenangkan serta menggugah peserta didik untuk belajar. Menurut Rusman (2012:93) pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu menggunakan berbagai media pembelajaran. Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran. Pada konteks ini, seorang guru harus mampu melaksanakan berbagai kegiatan yang menjadikan siswa belajar, apa yang dipelajari siswa tersebut harus mengandung arti penting bagi dirinya sehingga menumbuhkan minat dan motivasinya serta bermanfaat dalam kehidupannya sehari-hari. Untuk mewujudkannya maka penting menghubungkan apa yang akan dipelajari siswa dengan pengetahuan dasar yang telah dimiliki siswa dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data-data tersebut meliputi, data hasil pengamatan keterlaksanaan RPP yang ditentukan dengan membandingkan rata-rata penilaian yang diberikan kedua pengamat. Kedua, hasil tes kemampuanberpikirkritis yang dianalisis dengan menghitung jumlah jawaban siswa yang relevan. Kemudian hasil tes tersebut diuji dengan uji t berpasangan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Hasil belajar siswa juga dianalisis dengan N-Gain Score untuk mengetahui tingkat peningkatankemampuansiswa selama mengikuti pembelajaran yang berorientasi penyelesaian masalah.
Pada kemampuanberpikir kreatif matematis berdasarkan skor hasil postes dan gain kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berbasis masalah berbantuan software Cabri 3D lebih baik daripada siswa pada kelas kontrol yang diberlakuan pembelajaran konvensional. Siswa pada kelas eksperimen memperoleh rata-rata skor 11,33 dan kelas kontrol 8,13 dari skor maksimum 16. Pada rata-rata skor gain secara keseluruhan kelas eksperimen sebesar 0,631 dan kelas kontrol sebesar 0,421 peningkatan kedua kelas berkategori sedang. Tetapi bila dilihat setiap indikator, kualitas kemampuanberpikir kreatif kelas eksperimen berkategori tinggi dan sedang. Indikator yang berkategori tinggi terdapat pada keluwesan yaitu kemampuan menjawab suatu masalah dengan lebih dari satu cara dan keaslian yaitu kemampuan menjawab dengan caranya sendiri. Sedangkan pada kelas kontrol, indikator berkategori tinggi pada kemampuan menjawab dengan caranya sendiri. Kategori tinggi pada kelas kontrol ini karena jenis soal yang diberikan berkaitan dengan penentuan sudut pada bidang kubus, yang sangat dipengaruhi pengetahuan dari materi trigonometri yang dipelajari sebelumnya. Tetapi secara umum menunjukkan bahwa kualitas kemampuanberpikir kreatif matematis kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
8. Berdasarkan faktor kemampuan matematika harian, siswa dengan kemampuan rendah, sedang dan tinggi yang mendapat pembelajaran Langsung-tak langsung peningkatankemampuanberpikirkritis lebih baik daripada siswa dengan pembelajaran Langsung.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuanberpikirkritis, penalaran, dan disposisi matematis siswa SMP yang masih rendah sementara tujuan pendidikan itu sendiri antara lain membekali siswaberpikirkritis dan menggunakan penalaran. Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuanberpikirkritis, penalaran, dan disposisi matematis siswa, dilakukan pembelajaran dengan strategi abduktif-deduktif (PSAD). Pembelajaran ini erat kaitannya dengan kemampuanberpikirkritis dan penalaran sehingga diharapkan penerapan pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuanberpikirkritis dan penalaran serta menumbuhkan disposisi matematis siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP. Sementara sampel penelitian ini adalah kelas VII A dan VII B SMP Labschool. Pokok bahasan yang dijadikan bahan ajar adalah bangun datar meliputi luas daerah dan keliling segitiga dan segiempat. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuanberpikirkritis matematis yang disusun berdasarkan indikator kemampuanberpikirkritis menurut Ennis, dan instrumen tes kemampuan penalaran matematis yang disususn berdasarkan indikator kemampuan penalaran menurut Sumarmo, instrumen non tes yang disusun berdasarkan indikator disposisi menurut Polking, serta lembar observasi pembelajaran PSAD. Berdasarkan analisis pada seluruh tahapan penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Secara keseluruhan pencapaian dan peningkatankemampuanberpikirkritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan Strategi Abduktif-Deduktif (PSAD) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. 2) Seluruh Kategori KAM (atas, tengah, bawah) menunjukkan pencapaian kemampuanberpikirkritissiswa yang mendapat pembelajaran dengan Strategi Abduktif-Deduktif (PSAD) lebih baik daripada yang memperoleh pembelajaran konvensional. Sedangkan untuk
Aydogdu dan Kesan (2014) menyatakan bahwa beragam strategi dalam memecahkan masalah geometri menggunakan masalah open-ended; misalnya membuat gambar, strategi tebak dan uji, menyederhanakan masalah, brainstorming, dan menggunakan informasi yang telah dimiliki, mampu melibatkan siswa dalam memecahkan masalah pembelajaran. Kruse dan Drews (2013) menyatakan pemberian tugas berupa masalah open-ended memberi pengaruh peningkatankemampuanberpikirkritis, meningkatkan penalaran secara kuantitatif serta memperluas pengalaman belajar. Metode pengajaran matematika yang memiliki dampak dalam pembelajaran di sekolah adalah menerapkan masalah yang bersifat terbuka. Melalui penyajian masalah terbuka mampu meningkatkan kemampuansiswa dalam memecahkan masalah dan kemampuan berpikirnya (Murni, 2013; Al Absi, 2013; Pehkopen, Naveri dan Laine, 2013; Joseph , AME 2009). Masalah open-ended akan menciptakan diskusi antar siswa dan membantu siswa mengenali bahwa matematika tidak terbatas hanya memiliki satu solusi. Melalui variasi solusi siswa mampu menggeneralisasi masalah open-ended sebagai pemicu diskusi kelas yang lebih besar. Siswa tidak hanya mampu memperoleh solusi untuk dirinya sendiri namun juga siswa memahami bagaimana solusi tersebut diperoleh.