Pada tugas akhir ini telah direalisasikan sistem pengendali penyaringanair berdasarkan tingkat kekeruhan air dengan menggunakan mikrokontroler ATmega16. Sensor kekeruhan air digunakan untuk mengetahui tingkat kekeruhan air dan kemudian digunakan untuk mengatur aliran air masuk ke sistem penyaringan atau langsung ke penampungan air bersih.
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Juni, Juli dan Agustus 2015 dengan pengecekan setiap bulan sekali dengan 3 kali ulangan. Sampel yang digunakan adalah air sumur sebelum dilewatkan dan sesudah dilewatkan pada alat penyaringanair sumur sistem adsorpsi menggunakan zeolit alam dan arang. Selanjutnya sampel air sumur tersebut dihitung nilai MPN coliform total dan colifekalnya dan dianalisis menggunakan metode deskriptif dan dikomparasikan dengan standar baku mutu air pada PERMENKES no. 416/ MENKES/ PER/ IX/ 1990. Selain itu, dilakukan penghitungan persentase efektivitas alat dalam menyaring bakteri untuk mengetahui batas pemakaian alat penyaringanair sistem adsorpsi.
Zat padat terlarut pada air yang disaring lebih besar dibandingkan dengan air yang tidak disaring dikarenakan air yang disaring telah mengalami proses penyaringan yang menggunakan ijuk, arang aktif, pasir, kerikil kecil, dan batu besar. Hal ini menyebabkan pada proses penyaringanair ada mineral yang terbawa kedalam air hasil saringan. Sehingga, air yang disaring memiliki zat padat terlarut yang lebih banyak dibandingkan dengan air yang tidak disaring.
PENYARINGANAIR BAKU DENGAN SISTEM SEKATAN PADA KOLAM AIR BAKU UNTUK PROSES. Penyaringanair baku pada kolam penampungan bertujuan untuk mengurangi jumlah pengotor yang terlarut di dalam air baku yang berasal dari PAM Puspiptek termasuk debu yang berasal dari lingkungan. Dari hasil pengamatan dan pemantauan sejak tahun 1998 bahwa kualitas air setiap pengisian kolam air baku relatif kotor. Sistem sekatan ini menggunakan tiga jenis saringan, yakni bukaan 10 mm, Mesh 60 dan Mesh 100. Sisi bawah dipasang plat setinggi 400 mm dari dasar kolam yang diberi rangka penguat dari profil siku dan plat strip dengan bahan baja anti karat (s.s. –304) yang berfungsi untuk mengendapkan sejumlah pengotor. Dari hasil pengamatan kemampuan penyaringan selama ini menunjukkan bahwa kualitas penyaringan cukup baik, beda TDS (Total Disolved Solvent) yang tersaring sebesar 2,5 gram/liter sedangkan untuk saringan air statis jenis terbuka sebesar (4 – 8,5) gram/liter.
dapat disimpulkan bahwa sistem penyaringan yang digunakan untuk menurunkan turbiditas air dengan kapasitas besar sehingga dapat memenuhi kebutuhan Masjid Al-Ikhlas dan warga sekitar sudah bekerja dengan baik. Selain itu, nilai kekeruhan air hasil penyaringan sudah memenuhi baku mutu air bersih, yakni berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/ IX/1990 dan dengan nilai kekeruhan maksimum 25 NTU. Selain itu, nilai kekeruhan air hasil penyaringan juga hampir memenuhi baku mutu air minum yang ditetapkan oleh Permenkes No. 907/MENKES/SK/VII/2002 dengan kekeruhan air maksimum 5 NTU(Anonim, 2002). Hasil yang diperoleh tersebut telah memenuhi tujuan awal kegiatan, yakni air bersih untuk kebutuhan MCK. Akan tetapi, nilai kekeruhan air yang diperoleh belum mencapai baku mutu air minum karena pada proses pengolahan tidak ditambahkan koagulan sama sekali. Selain itu, penyaringanair dilakukan dengan sistem penyaringan cepat sehingga partikel halus di dalam air tidak memiliki cukup waktu untuk menggumpal dan lebih mudah disaring.
Total padatan tersuspensi adalah bahan tersuspensi (diameter >1μm) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 μm. TSS (Total Suspended Solid) terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa ke dalam badan air. Masuknya padatan tersuspensi ke dalam perairan dapat menimbulkan kekeruhan air. Penyebab utama terjadinya PTT adalah bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan. Garam-garam besi yang dapat berubah menjadi besi terhidrasi dalam air laut merupakan pencemar dari lumpur merah dari pabrik aluminium oksida dan penyulingan pasir-pasir mineral (W.D. Connell, G. J. Miller, 1995).
Ultrafiltrasi dalam hal ini berfungsi sebagai pretreatment untuk revers osmosis. Dari analisis komposisi kimia dari POME pra-perawatan, yang komponen utama (zat terlarut) berkontribusi pada COD adalah karbohidrat konstituen, protein kasar dan amonia nitrogen. Oleh karena itu, pra-perawatan POME membentuk sistem terner untuk zat terlarut ultrafiltrasi. Sampel POME pretreatment pada berbagai konsentrasi yang dibuat dengan mengencerkan sampel dengan air suling. Rincian eksperimental run tercantum dalam Tabel (3.2.).
www.windowbrain.com Pencapaian Pengisian SKU: o Dapat menyebutkan 3 macam jenis penjernihan air o Dapat menyebutkan minimal 5 teknik penyaringan air o Dapat membuat dan menggunakan si[r]
Tingkat kekeruhan air akan sangat bervariasi sesuai sengan struktur atau kandungan mineral dalam tanah dan pada masing-masing lokasi. Diperlukan penelitian khusus untuk dapat mengetahui kandungan mineral sumber air pada suatu lokasi. Pada daerah yang memiliki sumber mata air permukaan tanah penelitian dapat dilakukan lebih cepat, dibandingkan dengan daerah tanpa sumber mata air dimana kemungkinan harus dilakukan melalui pengeboran terlebih dahulu. Penanggulangan secara cepat dapat dilakukan dengan cara melakukan penyaringanair dengan menggunakan beberapa teknik penyaringanair bersih secara alami/buatan maupun modern/tradisional
Kecuali dinyatakan lain pada bab ini atau masing-masing monografi, gunakan jumlah wadah seperti tertera pada tabel 3. Jika isi tiap wadah mencukupi (lihat tabel 2) isi wadah dapat dibagi sama banyak dan ditambahkan pada media yang sesuai. [Catatan: Lakukan uji sterilitas menggunakan dua atau lebih media yang sesuai]. Jika isi wadah tidak cukup untuk masing-masing media, gunakan jumlah dua kali dari yang tertera pada tabel 3. Pengujian terhadap contoh uji dapat dilakukan menggunakan teknik penyaringan media atau inkubasi langsung ke dalam media uji. Gunakan juga kontrol negatif yang sesuai. Teknik penyaringan membran digunakan apabila sifat contoh sesuai, yaitu untuk sediaan yang mengandung air dan dapat disaring, dan sediaan yang dapat dicampur dengan atau yang larut dalam pelarut air atau minyak, dengan ketentuan bahwa pelarut tidak mempunyai efek antimikroba pada kondisi pengujian.
Berdasarkan uraian hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa suhu larutan saat pencucian serat kapuk dapat mempengaruhi daya serap serat kapuk terhadap air yang tercemar pada limbah pertambangan. Dimana semakin tinggi suhu larutan saat pencucian, daya absorpsi serat kapuk semakin baik. Hal ini dapat dilihat pada hasil yang telah diperoleh peneliti dari lama waktu penyaringan, dimana semakin tinggi suhu pencucian waktu yang dibutuhkan semakin sedikit, warna air setelah penyaringan lebih terang dibandingkan dengan sebelum penyaringan, permukaaan serat kapuk setelah perlakuan mengalami perubahan yaitu permukaan serat kapuk menjadi semakin kasar yang menandakan bahwa lignin dalam serat kapuk berkurang yang menunjukkan kemampuan absorpsi semakin baik.
Telah dilakukan penelitian dalam air sumur tentang efektifitas proses elektrokoagulasi terhadap penurunan kadar besi. Dalam penelitian ini penurunan kadar besi dilakukan dengan tiga tahap yaitu filtrasi, elektrokoagulasi dan elektrokoagulasi yang disertai dengan filtrasi, dimana proses elektrokoagulasi dilakukan dengan variasi waktu 15, 30, 45 dan 60 menit menggunakan elektroda aluminium. Filtratnya ditambahkan dengan asam nitrat yang bertujuan untuk menghilangkan zat-zat pengganggu yang terdapat dalam sampel dengan bantuan pemanas listrik. Logam Fe dianalisa dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil analisa diperoleh waktu elektrokoagulasi optimum adalah 45 menit, dengan persentasi penurunan kadar Fe yaitu 78,68% dengan kadar Fe : 0,2182 mg/L, selanjutnya proses elektrokoagulasi disertai dengan penyaringan dan diperoleh persentasi penurunan kadar Fe yaitu 85,02% dengan kadar Fe : 0,1533 mg/L. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa proses penyaringan (filtrasi) juga berpengaruh pada penurunan kadar logam Fe. Kadar besi yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut sudah memenuhi KEPMENKES RI No. 907/MENKES/VII/2002.
Kemudian partikel yang halus ini, dapat dibebaskan dari yang besar melalui pancaran air water jet Kemudian disaring, melalui proses penyaringan screening Proses pemecahan, pemecah[r]
Analisis data statistik penentuan kadar logam Zink Zn pada sampel air baku dan air hasil penyaringan melalui media filtrasi alat pemurni air Sampel Minggu Absorbansi �̅ A1 A2 A[r]
kandungan Besi (Fe), Tembaga (Cu), dan Zink (Zn) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada panjang gelombang 248,3 nm untuk logam Fe, panjang gelombang 324,58 nm untuk Cu dan panjang gelombang 214,11 nm untuk logam Zn. Dari hasil penelitian diperoleh penurunan konsentrasi dari logam Besi (Fe), Tembaga (Cu), dan Zink (Zn) didalam air PDAM hasil penyaringan pada Alat Pemurni Air . Kandungan Besi (Fe) terjadi penurunan sebesar 42,17%, Tembaga (Cu) sebesar 25,01% dan Zink (Zn) sebesar 16,35%.
189.750.000,00 seratus delapan puluh sembilan juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah Sumber Dana : APBD Provinsi Bali Setelah dilakukan evaluasi terhadap dokumen Prakualifikasi dan Pe[r]
Penjernihan air gambut dengan tujuan untuk menjadikan air tersebut manjadi air minum telah dilakukan dengan menggunakan membran keramik yang dimodifikasi. Membran keramik dengan ukuran tertentu dibuat dari keramik komersial dengan terlebih dahulu dihaluskan. Membran keramik yang telah dihaluskan kemudian dimodifikasi dengan titania secara sol gel. Selanjutnya dilakukan proses pengeringan pada suhu 110 o C selama 15
Di dalam membran RO tersebut terjadi proses penyaringan dengan ukuran molekul, yakni pertikel yang molekulnya lebih besar daripada molekul air, misalnya molekul garam dan lainnya, akan terpisah dan akan terikut ke dalam air buangan (brine/reject water). Oleh karena itu air yang akan masuk ke dalam membran RO harus mempunyai persyaratan tertentu misalnya kekeruhan harus nol, kadar besi harus < 0,1 mg/L, pH harus dikontrol agar tidak terjadi pengerakan kalsium dan lainnya (Said, 2008). Membran RO bertindak seb agai “ barrier ” yang bersifat semi permeabel yang dengan mudah melewatkan komponen secara selektif (pelarut, biasanya air) dan menghalangi zat terlarut secara parsial maupun keseluruhan. Air akan berpindah dari sisi umpan ke sisi permeat dengan proses difusi dengan tekanan sebagai driving force atau gaya dorong yang dibutuhkan agar membran dapat bekerja.
Hasil dari pencampuran larutan timbal asetat dan asam sulfat akan menghasilkan produk timbal sulfat dan asam asetat. Warna yang terbentuk sebelum penyaringan adalah putih keruh, hal ini disebabkan karena sifat dari timbal asetat adalah kristal putih, dan pada kristal putih yang tidak dapat larut. Bau yang dihasilkan asam (seperti asam cuka) dan cukup menyengat. Bau asam ini terbentuk karena hasil dari pencampuran larutan mengandung asam asetat. Setelah disaring, larutan berubah warna menjadi bening, hal ini disebabkan endapan yang terdapat pada larutan tersangkut pada pori kertas saring, sisa dari hasil filtrasi ini disebut residu, sedangkan hasil dari filtrasi adalah titrat. Bau setelah filtrasi berkurang karena bau yang dihasilkan berasal dari endapan yang larutan, dan endapan tersangkut pada kertas saring. Endapan tersebut mengandung timbal asetat yang bersifat kristal.