2. Perusahaan telah menerapkan perencanaanpajak terhadap PPN Masukan dengan mengkreditkan Pajak Masukan pada masa pajak yang sama tetapi belum dikreditkan ke dalam Pajak Keluaran dapat dikreditkan pada masa pajak berikutnya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan tetapi belum melakukan perencanaanpajak pada PPN Keluaran. Dengan demikian, peneliti mencoba melakukan penelitian penerapan perencanaanpajak pada PPN Keluaran dan menunjukkan hasil sesudah perencanaanpajak PPN Kurang Bayar selama 2 (dua) bulan mengalami penurunan sebesar Rp 500.154.657,00.
Hubungan yang terjadi antara perencanaanpajak dengan penghematan pajak adalah perencanaanpajak adalah bagian dari penghematan pajak dimana perencanaanpajak memiliki tujuan untuk agar beban pajak (tax burden) dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuat Undang-Undang, maka perencanaanpajak secara ekonomis keduanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia. Dengan kata lain perencanaanpajak berusaha untuk mengefisiensikan pembayaran pajak oleh perusahaan ke pemerintah.
Ketujuh, kondisi keuangan memenga- ruhi kepatuhan wajib pajak badan melalui perencanaanpajak. Hal ini membuktikan bahwa perencanaanpajak diterapkan oleh wajib pajak badan untuk dapat mengen- dalikan risiko keuangan perusahaan dengan tetap mematuhi peraturan perpa- jakan yang berlaku. Sebagai warga Negara yang baik, perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah. Namun, perusahaan tidak hanya memi- liki kewajiban kepada pemerintah tetapi juga kepada shareholder dan stakeholder. Semakin besar laba yang diperoleh perusa- haan, maka semakin besar pula kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Perencanaanpajak yang baik dapat mengu- rangi beban pajak perusahaan sehingga dana yang ada dapat diputar kembali untuk dapat menghasilkan laba pada periode berikutnya. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat melakukan perencanaanpajak yang matang dalam rangka self efficiency dan mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku.
Penelitian ini menggunakan metode statistic linear berganda ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel perencanaanpajak, tingkat hutang, dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel independen perencanaanpajak tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, variabel tingkat hutang berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, dan variabel kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang dilakukan oleh Yin dan Cheng (2004) yang mengungkapkan terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara perencanaanpajak dengan manajemen laba yang diukur dengan discretionary accrual. Namun, tidak seperti Yin dan Cheng (2004) yang mempertimbangkan terjadinya perubahan tarif pajak sehingga dapat memicu perencanaanpajak dan manajemen laba, dalam penelitian ini proksi perencanaanpajak yang digunakan adalah tarif pajak efektif (effectif tax rate, ETR) seperti yang dilakukan oleh Lin et al. (2012), karena tidak mempertimbangkan penurunan tarif pajak. Kemudian dimasukkan proksi beban pajak tangguhan yang dalam penelitian Philips et al. (2003) ditemukan hubungan yang signifikan dengan manajemen laba. Leverage dan size ditambahkan sebagai variabel kontrol karena sudah banyak penelitian yang menyatakan terdapat hubungan antara leverage dan size terhadap manajemen laba. Pengukuran manajemen laba menggunakan current discretionary accrual karena sebagaimana yang diungkapkan oleh Guenther (1994), penelitian pengenai pajak penghasilan lebih sesuai jika menggunakan current discretionary accrual. Insentif pajak memainkan peranan penting dalam perilaku manajemen laba perusahaan. Banyak penelitian telah menguji laporan keuangan perusahaan berkaitan dengan Tax Reform Act (TRA) 1986 di U.S dan telah melaporkan bukti yang cukup bahwa pajak memicu manajemen laba. Namun hanya sedikit penelitian yang mengeksplorasi manajemen laba di pasar negara berkembang (Lin et al, 2012). Maka, penelitian ini berupaya memberikan bukti empiris mengenai pengaruh perencanaanpajak yang diukur dengan dua proksi yang sering digunakan, yaitu tarif pajak efektif dan beban pajak tangguhan dalam pasar di Indonesia.
Mata kuliah ini memberikan kerangka acuan, pentingnya perencanaanpajak di perusahaan sehingga mampu menghemat pajak di bayar oleh perusahaan dengan memanfaatkan celah-celah dalam aturan perpajakan (loopholes) yang ada. Awal perkuliahan mahasiswa diperkenalkan konsep dasar perencanaanpajak. Bagian tengah perkuliahan diperkenalkan alat-alat perencanaanpajak berupa analisis dan review peraturan pajak, analisis dan review transaksi dan laporan keuangan komersial, analisis dan review formulir administrasi perpajakan. Pada akhir kuliah mahasiswa bertugas untuk menyusun projek perencanaanpajak didasarkan kasus yang ada secara bersama/berkelompok.
Dengan ditetapkannya Rasio Total Benchmarking oleh Direktorat Jenderal Pajak merupakan tambahan bahan pertimbangan bagi Wajib Pajak dalam penyusunan perencanaan pajaknya. Perencanaanpajak umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi atau fenomena terkena pajak. Kalau fenomena tersebut terkena pajak, apakah dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran pajak dimaksud dapat ditunda pembayarannya dan lain sebagainya. Oleh karena itu wajib pajak akan membuat rencana pengenaan pajak atas setiap tindakan (taxable events) secara seksama. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa tax planning adalah proses pengambilan tax factor yang relevan dan non tax factor yang material untuk menentukan apakah, kapan, bagaimana, dan dengan siapa (pihak mana) untuk melakukan transaksi, operasi dan hubungan dagang yang memungkinkan tercapainya beban pajak pada tax events yang serendah mungkin dan sejalan dengan tercapainya tujuan perusahaan.
Penelitian dengan judul pengaruh beban pajak tangguhan dan perencanaanpajak terhadap manajemen laba sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu Christina Ranty Sumomba dan YB. Sigit Hutomo (2012) hasil dari penelitian menjelaskan bahwa Pertama, beban pajak tangguhan dan perencanaanpajak dapat digunakan untuk mendeteksi praktik manajemen laba. Kedua, manajemen selalu merespon perubahan tarif pajak, baik itu kenaikan tarif pajak atau penurunan tarif pajak yang dianggap oleh manajemen sebagai peluang “emas” untuk memberikan profit bagi perusahaan baik pada
Seperti yang di atur dalam Pasal 6 ayat (1) UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan bahwa beban untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dapat mengurangi penghasilan bruto maka strategi perencanaanpajak yang dapat diterapkan oleh PT. “X” adalah membuktikan bahwa pemakaian pulsa handphone sepenuhnya terkait dengan kepentingan usaha yaitu untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Cara membuktikannya adalah dengan menggunakan sistem pasca bayar, yang mana pembayaran pemakaian pulsa dilakukan di akhir bulan sesuai dengan jumlah pemakaian pulsa dan tentunya badan usaha dapat meminta print data terkait pihak-pihak yang telah dihubungi oleh nomor handphone tersebut. Kelebihan dari adanya perubahan ini adalah beban pemakaian pulsa handphone untuk karyawan sepenuhnya atau sebesar 100% dapat dijadikan sebagai komponen pengurang penghasilan bruto bagi badan usaha.
PerencanaanPajak Pertambahan Nilai (PPN) dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Memaksimalkan PPN masukan yang dapat dikreditkan; perusahaan sebaiknya memperoleh Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP) dari Pengusaha Kena Pajak (PKP), supaya pajak masukannya dapat dikreditkan. Perusahaan perlu mengamati dengan cermat jangan sampai terdapat pajak masukan yang belum dikreditkan lagi.
Perencanaanpajak atau upaya minimalisasikan pajak secara eufimisme merupakan alat yang dapat digunakan untuk memprediksi jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan dan juga dapat mengatur alokasi biaya-biaya perusahaan yang dapat digunakan untuk menekan basarnya beban pajak sekaligus untuk memaksimalkan laba yang dapat diperoleh oleh perusahaan. Laba merupakan aliran kemakmuran atau nilai tambah yang ditimbulkan oleh kegiatan operasi perusahaan. Karena itu, laba yang di dapat oleh perusaahaan dalam suatu periode sangat dipengaruhi oleh beban pajak yang harus ditanggung oleh wajib pajak badan atau perusahaan, sehingga dengan suatu perencanaanpajak yang baik dapat meminimalkan pajak terutang dan dapat memaksimalkan laba yang akan diperoleh perusahaan.
Perencanaanpajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen pajak itu sendiri adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuidasi yang diharapkan. Banyak perusahaan menggunakan perencanaanpajak ini untuk meminimalkan pajak penghasilan perusahaannya. Berkenaan dengan hal tersebut, maka penelitian ini mencoba untuk mengidentifikasi variabel yang digunakan untuk membedakan. Adapun variabel yang digunakan meliputi pajak penghasilan perusahaan dan perencanaanpajak. Perencanaanpajak dilakukan dengan mengacu pada peraturan-peraturan perpajakan yang ada. Metode penelitian yang digunakan adalah simpangan baku, dimana hipotesanya berupa Ho: perencanaanpajak tidak mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap pajak penghasilan, dan Ha: perencanaanpajak mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap pajak penghasilan. Model simpangan baku digunakan dalam penelitian ini sebagai model untuk menganalisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaanpajak mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap pajak penghasilan yang harus dibayar perusahaan, dimana pajak penghasilan yang dibayar perusahaan sebelum perencanaanpajak lebih besar dibandingkan dengan setelah perencanaanpajak.
Perusahaan sebagai WP menganggap pajak sebagai biaya yang setiap tahun wajib dibayar kepada pemerintah (fiskus). Untuk menghindari pembayaran pajak yang cukup besar, maka perusahaan menekan jumlah pajak dengan cara yang legal yaitu menggunakan strategi di bidang perpajakan atau disebut dengan manajemen pajak. Lumbantoruan (1996 : 483) mendefinisikan manajemen pajak sebagai sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Definisi pajak sendiri adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang pajak (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Rochmat Soemitro, 1977 dalam Andreas, 2005).
Pada sisi yang lain pemberian tunjangan oleh pemberi kerja merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, hal ini dapat kita lihat di pasal 6 ayat 1 Undang Undang Pajak Penghasilan 1984 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 36 tahun 2008, dinyatakan bahwa biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha diantaranya adalah biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang.
• Dalam kredit pajak PPN (Pajak Masukan), Pengusaha Kena Pajak dapat menggunakan dokumen lain yang fungsinya sama dengan faktur pajak standar, seperti SPPB atau Surat Perintah Pengiriman Barang (delivery order) yang dikeluarkan oleh Bulog untuk penyaluran tepung terigu, PNBP (Faktur Nota Bon
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan pada Yayasan RS Bunda Surabaya.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perencanaan perpajakan di Yayasan Bunda dan pengaruhnya pada beban pajak Yayasan Bunda dengan menggunakan laporan keuangan dari Yayasan Bunda selama tahun 2015 . Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa perencanaanpajak di Yayasan RS Bunda sudah sesuai dengan ketentuan dan peraturan perpajakan. Setelah dilakukan perencanaanpajak terjadi penghematan pajak dan peningkatan laba usaha yang dapat menguntungkan perusahaan. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang berkembang dapat dilihat dari dari segi perpajakan menunjukkan optimalisasi penerimaan pajak yang sangat baik.
Perencanaanpajak (tax planning) bagi suatu perusahaan dimaksudkan untuk mengefisiensikan pajak yang akan diserahkan kepada pemerintah melalui penghindaran pajak (tax avoidance) dan bukan penggelapan pajak (tax evasion). Penghindaran pajak merupakan suatu tindakan pengurangan pajak yang dilakukan dengan tetap berlandaskan pada peraturan perpajakan yang berlaku (lawful), sedangkan penggelapan pajak merupakan pengurangan pajak yang dilakukan dengan melanggar peraturan perpajakan yang berlaku (unlawful), seperti menyembunyikan data atau memberikan laporan keuangan palsu.
Perusahaan PT Batik Brotoseno selain melakukan pembayaran beban pajak, juga melakukan proses Perencanaanpajak, yaitu dengan Tax control (pengendalian pajak) yang bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan persyaratan formal maupun material. Tax implementation (melaksanakan pajak) harus dipastikan bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan telah memenuhi perpajakan yang berlaku.
Laporan realisasi penanaman modal yang telah diaudit disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Direktur Pemeriksaan dan Penagihan dan komite veriikasi pemberian pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan Badan paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak. Dalam hal penanaman modal direalisasikan seluruhnya pada bagian tahun berjalan maka laporan realisasi penanaman modal sebagaimana dimaksud, maka laporan realisasi penanaman modal yang telah diaudit disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Direktur Pemeriksaan dan Penagihan dan komite veriikasi pemberian pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan Badan paling lama 4 (empat) bulan setelah bulan penanaman modal direalisasikan seluruhnya.
• Sebagai ilustrasi pemberian dalam bentuk natura dan kenikmatan kepada para pegawai, berdasarkan pasal 4 ayat (3) huruf d undang‐ undang Pajak Penghasilan, penghasilan yang bukan merupakan objek pajak bagi karyawan, sehingga Sdak dipajaki atas penghasilan tersebut. Sebaliknya dari sudut pandang perusahaan yang mengeluarkan biaya tersebut, secara komersial merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan, tetapi berdasarkan pasal 9 ayat (1) huruf e Undang‐undang Pajak Penghasilan merupakan biaya yang Sdak boleh dikurangkan.