Keuntungan tablet effervescent adalah bentuk sediaan tablet dengan penyiapan bahan-bahan dalam waktu seketika jika mengandung dosis yang tepat. Sedangkan kerugian tablet effervescent adalah kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia. Bahkan kelembaban udara selama pembuatan produk mungkin sudah cukup untuk memulai reaktivitas effervescent. Selama reaksi berlangsung, air yang dibebaskan dari bikarbonat menyebabkan autokatalisis dari reaksi. Kelembaban udara di sekitar tablet setelah wadahnya di buka juga dapat menyebabkan penurunan kualitas yang cepat dari produk, setelah sampai di tangan konsumen. Karena itu tablet effervescent dikemas secara khusus dalam kantong lembaran alumunium kedap udara atau kemasan padat dalam tabung silindris dengan ruang udara yang minimum. Alasan lain untuk kemasan adalah kenyataan bahwa tablet biasanya telah dikempa sehingga cukup mudah untuk menghasilkan reaksi effervescent dalam waktu yang cepat (Banker dan Anderson, 1994).
Dapat menyebabkan iritasi pada mulut, kerongkongan, dan perut. Di dalam perut dilepaskan gas karbondioksida, yang menyebabkan penggelembungan (distention), sendawa, dan kemungkinan pecah pada perut. Dosis yang lebih besar dari 5 gram/kg dapat menyebabkan alkalosis dan edema. Telah dilaporkan pula terjadinya tetani hipokalsemik yang disertai hipoglikemia, kejang pada karpus dan kaki (carpopedal), dan henti jantung paru (cardiopulmonary arrest) (1) .
lebih kecil dibanding dosis oral. Karena obat diharapkan langsung masuk kesasaran sehingga tingkat toksisitasnya pun lebih rendah dibanding oral (Sudrajat, 2009)
6. Bobot sediaan tetrasiklin adalah 50 g karena dapat dikemas dalam wadah yang ukurannya kecil dan mudah dibawa kemana-mana. Dalam produk-produk yang tersedia dipasaran juga menggunakan bobot sediaan 50 g karena bobot sediaan ini menguntungkan bagi pabrik dan tentunya sangat menguntungkan bagi pasien.
Praktikum kali ini dibuat sediaan large volume parenteral atau infus dengan bahan aktif NatriumBikarbonat$ adar %at aktif 'ang digunakan 'aitu 1,3!$ -ediaan parenteral 'aitu sediaan steril 'ang dimaksudkan untuk pemberian melalui in.eksi, infus, atau implan ke dalam tubuh $ -ediaan parenteral diberikan melalui in.eksi$ #n.eksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk 'ang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, 'ang disuntikkan dengan *ara merobek .aringan ke dalam kulit atau selaput lendir (-'amsuni, /00)$ -ediaan large volume parenteral merupakan sediaan *air steril, dan harus bebas pirogen dan bebas bahan partikulat$ #nfundabilia atau infus intravena adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, dan disuntikkan langsung dalam vena dalam volume relatif ban'ak$ 6efinisi 'ang diperluas dari sediaan parenteral volume besar adalah produk obat dengan pemba4a air dalam bentuk kontener dosis tunggal, sterillkan se*ara terminal dengan kapasitas 100 mililiter atau lebih, 'ang akan diberikan atau digunakan pada manusia$ ("goes, /013)
Dua jam sebelum tes diberikan plasebo CaCO3 atau natriumbikarbonat dengan dosis 0,3 gr/kg berat badan dalam kapsul secara double blind dan self controlled. Keasaman urine diukur sebelum dan sesudah minum kapsul dan setelah tes untuk mengetahui peningkatan pH cairan ekstraseluler.
Manfaat Effervescent
Keuntungan tablet effervescent adalah bentuk sediaan tablet dengan penyiapan bahan-bahan dalam waktu seketika jika mengandung dosis yang tepat.
Sedangkan kerugian tablet effervescent adalah kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia. Bahkan kelembaban udara selama pembuatan produk mungkin sudah cukup untuk memulai reaktivitas effervescent. Selama reaksi berlangsung, air yang dibebaskan dari bikarbonat menyebabkan autokatalisis dari reaksi. Kelembaban udara di sekitar tablet setelah wadahnya di buka juga dapat menyebabkan penurunan kualitas yang cepat dari produk, setelah sampai di tangan konsumen. Karena itu tablet effervescent dikemas secara khusus dalam kantong lembaran alumunium kedap udara atau kemasan padat dalam tabung silindris dengan ruang udara yang minimum. Alasan lain untuk kemasan adalah kenyataan bahwa tablet biasanya telah dikempa sehingga cukup mudah untuk menghasilkan reaksi effervescent dalam waktu yang cepat (Banker dan Anderson, 1994).
metabolik . Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling,
pada periode Januari 2015 sampai Juni 2015. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah penggunaan natriumbikarbonat tunggal sebanyak 29 pasien (100%) dan tidak ada pasien yang mendapatkan terapi kombinasi. Penggunaan natriumbikarbonat (3 x 1) po sebanyak 24 pasien (83%), natriumbikarbonat (2 x 1) po sebanyak 1 pasien (3%), natriumbikarbonat 50 meq/pz (inj) dan (3 x 1) po sebanyak 1 pasien (3%), natriumbikarbonat 25 meq/pz 2 x 1 (inj) sebanyak 1 pasien (3%) dan natriumbikarbonat 50 meq/pz (inj) sebanyak 2 pasien (7%). Penggunaan natriumbikarbonat yang diberikan pada pasien gagal ginjal kronis dengan asidosis metabolik di Instalansi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo, terkait dosis, rute, frekuensi, interval, dan lama pemberian sudah sesuai dengan guidelines yang ada. Pada penelitian ini tidak terdapat Drug Related
Untuk memberikan alternatif bentuk sediaan lain yang lebih mudah dikonsumsi, dapat diterima oleh masyarakat dan terjamin ketepatan dosisnya, maka pada penelitian ini ekstrak teh hijau disajikan dalam bentuk granul effervescent yang dibuat dengan metode granulasi kering dengan asam fumarat sebagai sumber asam dan natriumbikarbonat sebagai sumber basa. Ansel (1989) menyatakan bahwa beberapa keuntungan sediaan effervescent adalah penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis yang tepat, penggunaannya lebih mudah, dapat diberikan kepada orang yang mengalami kesulitan menelan tablet atau kapsul, selain itu larutan dengan karbonat yang dihasilkan dapat memberikan efek segar.
Terapi yang diberikan untuk mengatasi asidosis metabolik adalah natriumbikarbonat. Penelitian ini mengungkapkan penggunaan natriumbikarbonat baik berupa sediaan IV maupun per oral paling sering mengalami manifestasi klinik sesak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan natriumbikarbonat dengan asidosis pada pasien gagal ginjal kronis (CKD) rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional berupa studi retrospektif pada pasien gagal ginjal kronik dengan asidosis metabolik. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling, pada periode Januari 2015 sampai Juni 2015. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah penggunaan natriumbikarbonat tunggal sebanyak 29 pasien (100%) dan tidak ada pasien yang mendapatkan terapi kombinasi. Penggunaan natriumbikarbonat (3 x 1) po sebanyak 24 pasien (83%), natriumbikarbonat (2 x 1) po sebanyak 1 pasien (3%), natriumbikarbonat 50 meq/pz (inj) dan (3 x 1) po sebanyak 1 pasien (3%), natriumbikarbonat 25 meq/pz 2 x 1 (inj) sebanyak 1 pasien (3%) dan natriumbikarbonat 50 meq/pz (inj) sebanyak 2 pasien (7%). Penggunaan natriumbikarbonat yang diberikan pada pasien gagal ginjal kronis dengan asidosis metabolik di Instalansi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo, terkait dosis, rute, frekuensi, interval, dan lama pemberian sudah sesuai dengan guidelines yang ada. Pada penelitian ini tidak terdapat Drug Related Problem (DRPs).
kering dengan asam fumarat sebagai sumber asam dan natriumbikarbonat sebagai sumber basa. Ansel (1989) menyatakan bahwa beberapa keuntungan sediaan effervescent adalah penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis yang tepat, penggunaannya lebih mudah, dapat diberikan kepada orang yang mengalami kesulitan menelan tablet atau kapsul, selain itu larutan dengan karbonat yang dihasilkan dapat memberikan efek segar.
kering dengan asam fumarat sebagai sumber asam dan natriumbikarbonat sebagai sumber basa. Ansel (1989) menyatakan bahwa beberapa keuntungan sediaan effervescent adalah penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis yang tepat, penggunaannya lebih mudah, dapat diberikan kepada orang yang mengalami kesulitan menelan tablet atau kapsul, selain itu larutan dengan karbonat yang dihasilkan dapat memberikan efek segar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan Natriumbikarbonat pada pasien gagal ginjal kronik dengan asidosis metabolik dan menganalisis profil penggunaan Natriumbikarbonat pada pasien Gagal Ginjal Kronik dengan asidosis metabolik di Instalasi Rawat Inap (IRNA) RSUD Dr. Saiful Anwar Malang meliputi dosis, frekuensi, rute pemberian dan lama penggunaan yang dikaitkan dengan data laboratorium dan data klinik. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan rancangan penelitian yang bersifat deskriptif dan pengambilan data secara retrospektif. Sampel penelitian ini berupa data rekam medis pasien yang didiagnosa akhir Gagal Ginjal Kronik dengan Asidosis Metabolik yang mendapatkan terapi NatriumBikarbonat di Instalasi Rawat Inap (IRNA) RSUD Dr. Saiful Anwar Malang periode bulan Januari 2011-April 2014.
Hasil dan Kesimpulan : Populasi 100 RMK pasien didapat 20 pasien yang
memenuhi kriteria inklusi, dengan hasil terapi natriumbikarbonat digunakan tunggal pada semua pasien. Natriumbikarbonat diberikan secara IV sebanyak 86 % sedangkan pemberian oral sebanyak 14%. Dosis penggunaan natriumbikarbonat paling banyak digunakan adalah (2x25 mEq) IV sebanyak 8 sampel (36%) . Terdapat pola pergantiannatriumbikarbonat yaitu pada dosis (2 x 25mEq) IV → (1 x 500mg) PO sebanyak 1 sampel (50%) dan (2 x 25mEq) IV → (1 x 50mEq) IV sebanyak 1 sampel (50%).
yang di butuhkan untuk mengoperasikan pabrik sebanyak 200 orang dan bentuk badan usaha yang direncanakan adalah perseroan terbatas (PT) dan bentuk organisasinya adalah organisasi garis dan staf. Natriumbikarbonat dibuat dengan proses bikarbonat murni, dimana menggunakan bahan baku natrium karbonat
Beberapa kriteria inklusi dari penelitian ini, meliputi laki-laki usia 21,4±4,8 tahun; BMI 18,5 – 24,9 kg/m 2 ; tekanan darah tidak lebih dari 140/90 mmHg; tergolong dalam orang tidak terlatih (rata- rata latihan fisik dalam satu minggu ≤ 3 jam). Sedangkan kriteria eksklusi dari penelitian ini meliputi: memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler, paru dan ginjal; melakukan latihan fisik diluar penelitian, mengkonsumsi minuman berenergi atau bahan makanan dan minuman yang mengandung kafein serta stimulan lain selama 1 minggu sebelum perlakuan sampai pengukuran terakhir dilakukan. Seluruh sukarelawan masuk ke dalam kelompok kontrol yang mengkonsumsi natrium klorida 100mg/kgBB. Setelah periode washing out selama 7 hari, seluruh sukarelawan berperan sebagai kelompok perlakuan dengan mengkonsumsi natriumbikarbonat 300mg/kgBB. Kedua bahan tersebut dilarutkan ke dalam 4 mL/kgBB air dan 1 mL/kgBB sirup jeruk bebas gula. Perlakuan ini dilakukan 60 menit sebelum memulai protokol treadmill [4] sebagai berikut
termasuk kelompok garam dan disebut juga baking soda (soda kue), Sodium bikarbonat, natrium hidrogen karbonat, dan lain-lain. Senyawa ini merupakan kristal yang sering terdapat dalam bentuk serbuk. Natriumbikarbonat larut dalam air. Senyawa ini digunakan dalam roti atau kue karena bereaksi dengan bahan lain membentuk gas karbon dioksida, yang menyebabkan roti "mengembang". (3). NaHCO 3 umumnya diproduksi melalui proses Solvay, yang memerlukan reaksi
Tortilla merupakan produk berupa sejenis keripik atau chips yang terbuat dari jagung berbentuk bundar gepeng dengan ukuran ketebalan yang berbeda-beda. Dalam rangka diversifikasi produk olahan Tortilla dan untuk meningkatkan nilai gizi, maka perlu adanya subtitusi bahan lain, diantaranya adalah tepung ampas tahu. Tepung ampas tahu masih memiliki komposisi gizi yang sangat baik terutama protein dan serat. Tetapi dengan subtitusi tepung ampas tahu dapat menurunkan pengembangan dan kerenyahan Tortilla yang dihasilkan, sehingga perlu menambahkan bahan pengembang diantaranya yaitu natriumbikarbonat (NaHCO 3 ). Penelitian ini bertujuan untuk
Kata Kunci : Flake, Karoten, Labu Kuning, NatriumBikarbonat, Talas ABSTRACT
Vitamin A Deficiency (VAD) is one of many nutrition problems that occurs in Indonesia.
Such problem can be minimalized by increasing the consumption rate of foods which high in carotenoids content, like pumpkin. Pumpkin can be processed into flakes, “an instant and easy to consume” breakfast cereal. Flakes need high content of starch carbohydrates, so taro flour are used as the source of starch. The differences between the characteristics of the flours used, such as its fat, protein, starch and fibre contents that bind to each other and form a matrix, can prevent the expansion and decrease the crispness of flake. Therefore, a leavening agent (NaHCO 3 ) is needed so that flakes are porous and its crispness are increased. This research was arranged using Randomized Block (RBD) with two factors, the addition of pumpkin flour (10%; 20%; 30%), and the addition of sodium bicarbonate (0%;
1 Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “YAYASAN PHARMASI” Semarang 2 Laboratorium Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta
ABSTRAK
Nifedipin merupakan Calcium Channel Blocker (CCB) untuk terapi hipertensi dengan waktu paruh sekitar 2 jam, dan memiliki kelarutan tinggi dalam suasana asam, sehingga perlu dikembangkan dalam bentuk sediaan sustained release yang ditahan di lambung. Formula tablet floating nifedipin dibuat menggunakan sistem effervescent. Factorial design digunakan untuk optimasi formula sediaan tablet floating nifedipin. Optimasi dilakukan dengan membuat empat formula yaitu formula I ( 0% A- 5% B); formula II ( 25% A- 0% B); formula III ( 5% A-10% B); formula IV (25% A - 10% B). komponen A adalah natriumbikarbonat dan B adalah asam sitrat. Penentuan area formula optimum ditentukan berdasarkan superimposed contour plot berbagai parameter: kekerasan, kerapuhan, floating lag time, dan disolusi (C 360 )dengan
Hasil uji Friedman menunjukkan tidak memberikan pengaruh beda nyata tetapi pada Tabel 4.3 memiliki notasi yang berbeda hal ini dikarenakan nilai yang diberikan panelis memilki makna yang sama. Kesukaan dari panelis bersifat subyektif, jadi dapat dimungkinkan warna minuman ini berbeda - beda, tetapi semua perbedaan tersebut disukai atau tidak disukai panelis. Menurut Soekarto (1985) panelis merupaka alat yang terdiri dari orang atau kelompok orang yang bertugas menilai sifat atau mutu benda berdasarkan kesan subjektif. Rata–rata skor terhadap warna minuman akan meningkat seiring dengan penambahan natriumbikarbonat dan asam sitrat kemudian akan mengalami penurunan pada titik tertentu. Hal itu disebabkan karena penggunaan asam sitrat dan natriumbikarbonat yang semakin banyak akan membuat warna minuman tablet