5.2.2 PerilakuHidupBersih dan Sehat (PHBS) ibu dengan bayi usia1-12bulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ibu yang memiliki bayi usia1-12bulan di KelurahanAntirogoKabupatenJember memiliki PHBS baik sebesar 62 responden (60,2%) yaitu pada kelompok kontrol, sedangkan jumlah ibu yang memiliki PHBS buruk sebesar 41 responden (39,8%) yang terdiri dari 21 responden (20,4%) pada kelompok kasus dan 20 responden pada kelompok kontrol. Ibu dikatakan memiliki PHBS baik apabila jumlah nilai dari kuesioner mencapai 21, sedangkan Ibu dikatakan memiliki PHBS buruk apabila jumlah nilai kuesioner <21. Ibu yang memiliki PHBS baik kemungkinan disebabkan oleh pendidikan yang mayoritas adalah SMA. Pendidikan juga mempengaruhi perilaku yang akan dilakukan ibu tentang PHBS. Menurut penelitian Kusumawati (2008) mengungkapkan bahwa adanya keterikatan antara pendidikan dengan PHBS mempunyai hubungan dengan tingkat kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah ibu menerima konsep hidupsehat secara mandiri, kreatif, dan berkesinambungan. Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor dari dalam diri (faktor instrinsik), yaitu usia, tingkat pendidikan, pengetahuan, kepuasan, keyakinan dan faktor dari luar (faktor ekstrinsik), yaitu iklim, manusia, sosial, ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Hubungan PerilakuHidupBersih dan Sehat (PHBS) Ibu dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia1-12Bulan di KelurahanAntirogoKabupatenJember adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, dan bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Hubungan PerilakuHidupBersih dan Sehat (PHBS) Ibu dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia1-12Bulan di KelurahanAntirogoKabupatenJember; Siska Ari Puspita Sari, 072310101039; 2012; xviii+84 halaman; Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
The results showed that there were 2 children (2.8%) who had bad behavior in using clean water, 1 child (1.4%) has bad behavior due to smoking, 24 children (33,3%) had bad behavior in hand washing with clean water and soap, while children who have bad behavior in using healthy toilet are 31 children (43,1%). The most common types of health complaints experienced by children are diarrhea diseases complaints of 27 children (37,3%), worms 11 children (15,3%) skin disease 15 children (20,8%) and ISPA 3 children (4.2%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat 2 orang anak (2,8%) yang memiliki perilaku yang buruk dalam menggunakan air bersih, 1 orang anak (1,4%) memiliki perilaku yang buruk karena merokok, 24 orang anak (33,3%) memiliki perilaku yang buruk dalam mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sedangkan anak yang memiliki perilaku yang buruk dalam menggunakan jamban sehat yaitu 31 orang (43,1%). Jenis keluhan kesehatan yang paling banyak dialami oleh anak-anak adalah keluhan penyakit diare yaitu 27 orang (37,3%), kecacingan sebanyak 11 orang (15,3%) penyakit kulit sebanyak 15 orang (20,8%) dan ISPA sebanyak 3 orang (4,2%).
Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan metode survey dan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian adalah penderita diare usia 6 – 12 tahun. Sampel penelitian 35 anak yang diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian ini: 1) Kuesioner; 2) Catatan rekam medik. Data primer diperoleh melalui wawancara. Data sekunder diperoleh dari catatan rekam medik Puskesmas Kersana berupa jumlah kejadian diare. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji Chi-Square dengan derajat kebebasan (df) = 1, dan nilai kemaknaan = 0,05.
Hajar, I., Pejariaty dan Darmawan, S. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Mattiro Dolangeng Wilayah Puskesmas Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep. Stikes Nani Hasanuddin. Makassar.
Berdasarakan tabel 5 diatas karakteristik pekerjaan ibu paling banyak adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 21 (55,3%) dan yang terendah adalah Petani berjumlah 1 (2,6%). Responden dengan pekerjaan Swasta berjumlah 12 (31,6%) dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) 4 (10,5%).
Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi akan penyakit. Sekolah selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran juga dapat menjadi ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak sehingga anak sekolah tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilakuhidupbersih dan sehat, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah yang sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Pelaksanaan PerilakuHidupBersih dan Sehat (PHBS) pada Anak Sekolah Dasar di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskrptif. Populasi dalam penelitian ini mencakup siswa dan siswi kelas 3, 4 sampai kelas 5 yang terdiri dari 2 sekolah yaitu SD Negeri 060895 dan SD Negeri 060892. Sampel pada penelitian ini berjumlah 90 responden dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menunjukan PHBS dengan kategori baik yaitu sebanyak 73 orang (81,1%). Kategori cukup berjumlah 16 orang (17,8%) dan kategori kurang yaitu berjumlah 1 orang (1,1%). Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada petugas kesehatan terutama perawat komunitas untuk dapat terus meningkatkan dan mengembangkan kegiatan program UKS di sekolah-sekolah yang berkaitan dengan PHBS sehingga dapat meningkatkan kesehatan anak usia sekolah.
Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi akan penyakit. Sekolah selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran juga dapat menjadi ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak sehingga anak sekolah tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilakuhidupbersih dan sehat, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah yang sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Pelaksanaan PerilakuHidupBersih dan Sehat (PHBS) pada Anak Sekolah Dasar di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskrptif. Populasi dalam penelitian ini mencakup siswa dan siswi kelas 3, 4 sampai kelas 5 yang terdiri dari 2 sekolah yaitu SD Negeri 060895 dan SD Negeri 060892. Sampel pada penelitian ini berjumlah 90 responden dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menunjukan PHBS dengan kategori baik yaitu sebanyak 73 orang (81,1%). Kategori cukup berjumlah 16 orang (17,8%) dan kategori kurang yaitu berjumlah 1 orang (1,1%). Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada petugas kesehatan terutama perawat komunitas untuk dapat terus meningkatkan dan mengembangkan kegiatan program UKS di sekolah-sekolah yang berkaitan dengan PHBS sehingga dapat meningkatkan kesehatan anak usia sekolah.
Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi akan penyakit. Sekolah selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran juga dapat menjadi ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak sehingga anak sekolah tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilakuhidupbersih dan sehat, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah yang sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Pelaksanaan PerilakuHidupBersih dan Sehat (PHBS) pada Anak Sekolah Dasar di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskrptif. Populasi dalam penelitian ini mencakup siswa dan siswi kelas 3, 4 sampai kelas 5 yang terdiri dari 2 sekolah yaitu SD Negeri 060895 dan SD Negeri 060892. Sampel pada penelitian ini berjumlah 90 responden dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menunjukan PHBS dengan kategori baik yaitu sebanyak 73 orang (81,1%). Kategori cukup berjumlah 16 orang (17,8%) dan kategori kurang yaitu berjumlah 1 orang (1,1%). Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada petugas kesehatan terutama perawat komunitas untuk dapat terus meningkatkan dan mengembangkan kegiatan program UKS di sekolah-sekolah yang berkaitan dengan PHBS sehingga dapat meningkatkan kesehatan anak usia sekolah.
Perilakuhidupbersih dan sehat seseorang berhubungan dengan tindakannya dalam memelihara dan meningkatkan status kesehatan antara lain pencegahan penyakit, kebersihan diri, pemilihan makanan sehat dan bergizi serta kebersihan lingkungan (Suriadi, 2001) dan faktor lingkungan yang terkait dengan perilakuhidup masyarakat yang kurang baik dan sanitasi lingkungan yang buruk inilah yang menyebabkan balita mudah terserang penyakit diare (Irianto, 1996).
Menurut penelitian Rosari, dkk (2013), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kejadian diare dalam satu bulan terakhir dengan status gizi balita di Kelurahan Lubuk Buaya (p>0,05). Hal ini dikarenakan sebagian besar ibu melakukan tindakan yang cepat dalam menaggulangi diare dengan membawa berobat ke tempat pelayanan kesehatan seperti bidan/dokter dan memberikan oralit atau cairan sehingga tindakan tersebut akan memperkecil terjadinya gangguan keseimbangan elektrolit pada anak. Frekuensi diare yang jarang, durasi diare yang singkat serta pemberian tindakan penanggulangan yang tepat menyebabkan diare yang terjadi tidak mempengaruhi status gizi balita secara bermakna.
Pendahuluan : Prevalensi kejadian diare pada kelompok umur balita di Jawa Tengah sebanyak 5,4%. Prevalensi kejadian diare pada balita 12-24 bulan di Puskesmas Colomadu 1Kabupaten Karanganyar dari bulan Oktober 2014- Januari 2015 sebanyak 22%. Diare pada balita salah satunya disebabkan beberapa faktor yaitu status gizi kurang dan PHBS yang kurang baik.
Program PHBS merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana ( Social Support ) dan pemberdayaan masyarakat ( Empowerment ). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dan dapat menerapkan cara-cara hidupsehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoadmodjo S., 2007).
Kesimpulan: Tidak ada hubungan PHBS dengan kejadian gizi kurang pada balita di Kelurahan Bulakan Kabupaten Sukoharjo. Tidak ada hubungan status kesehatan dengan kejadian gizi kurang pada balita di Kelurahan Bulakan Kabupaten Sukoharjo.
PerilakuHidupBersih dan Sehat ( PHBS ) adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam PHBS, ada prioritas program yaitu Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya hidup, KIA, Dana Sehat /Asuransi Kesehatan /JPKM. Upaya ini dilaksanakan melalui pendekatan pimpinan ( Advokasi ), bina suasana ( social support ) dan pemberdayaan masyarakat ( Empowerment ). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama pada masyarakat dapat menerapkan cara-cara hidupsehat dengan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatannya ( Depkes, 2005 ).
kebersihan kulit harus memperhatikan kebiasaan hal-hal sebagai berikut: a)Mandi dua kali sehari; b) Mandi pakai sabun; c) Menjaga kebersihan pakaian; d) Menjaga kebersihan lingkungan. Pada hasil penelitian ini perilaku kebersihan kulit pada mahasiswi dalam kategori baik, hal ini berarti bahwa mahasiswi telah mampu melakukan perawatan kulit dan menjaga kebersihan kulit secara baik. Berdasarkan data penelitian diketahui perilaku kebersihan kuku tangan dan kaki pada mahasiswi di Asrama Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta dalam kategori baik (96.3%). Kebersihan kuku tangan dan kaki merupakan salah satu indikator dalam perilakuhidupbersih dan sehat. Kebersihan kuku tangan dan kaki memerlukan perhatian khusus, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi, bau, dan dapat mencegah terjadinya perlukaan pada jaringan. Pada hasil penelitian ini perilaku kebersihan kuku tangan dan kaki pada mahasiswi dalam kategori baik, hal ini berarti bahwa mahasiswi telah mampu melakukan perawatan kuku tangan dan kaki secara baik.
Keluarga mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, karena dalam keluarga terjadi komunikasi dan interaksi antara anggota keluarga yang menjadi awal penting dari suatu proses pendidikan perilaku (Kemenkes, 2012: 37). PerilakuHidupBersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Kemenkes, 2011: 7). Sedangkan menurut Atikah Proverawati dan Eni Rahmawati (2012: 2) PerilakuHidupBersih dan Sehat merupakan cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga.
Seseorang untuk dapat melaksanakan perilakuhidupbersih dan sehat harus diberikan penyuluhan secara kontinyu agar terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mau menjadi mau, serta dari tidak mampu menjadi mampu. Penyuluhan PHBS diberikan agar individu dalam keluarga dapat berperilaku hidupbersih dan sehat baik untuk dirinya, lingkungan rumah, maupun lingkungan masyarakatnya. Penyuluhan PHBS dilaksanakan satu bulan sekali oleh Seksi Promosi Kesehatan dari Puskesmas. Sasaran penyuluhan adalah seluruh kader Posyandu di Kelurahan Gegerkalong yang memiliki peran dan tugas untuk mensosialisasikan kembali PHBS tatanan rumah tangga kepada masyarakat sekitar. Materi penyuluhan PHBS secara garis besar meliputi penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan sanitasi dasar, kebersihan dan kesehatan pribadi, lingkungan rumah, serta lingkungan masyarakat.