Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit ini bertanggung jawab terhadap tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan tingginya angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan atau penggunaan obat jangka panjang. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui besar biaya langsung (direct medical cost) pada terapi hipertensi menggunakan poladuakombinasi dan untuk mengetahui antihipertensi yang paling efektif.
Hipertensi merupakan salah satu faktor utama resiko kematian karena gangguan kardiovaskuler yang mengakibatkan 20-50% dari seluruh kematian. Pembiayaan kesehatan di Indonesia semakin meningkat, maka perlu dilakukan analisis efektivitas biaya agar dapat membantu dalam pengambilan keputusan pemilihan obat yang efektif secara manfaat dan biaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasiantihipertensi yang paling cost-effective di Rumah Sakit Dr. Moewardi tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik, laboratorium dan plafon harga obat di administrtif. Analisis efektifitas biaya yang dilakukan dengan membandingkan besar biaya medik langsung rata-rata per bulan terhadap persentase pasien yang tekanan darahnya mencapai target berdasarkan parameter ACER.Hasil penelitian menunjukkan 8 polakombinasi yang digunakan pasien yaitu beta blocker dengan ACE-Inhibitor, ARB dengan hidrochlorothiazid, ARB dengan CCB, ARB dengan beta blocker, ACE-Inhibitor dengan diuretik hidrochlorothiazid, ACE-Inhibitor dengan furosemide, ACE-Inhibitor dengan ARB, ACE-Inhibitor dengan CCB. Pola pengobatan yang paling cost-effective untuk pasien hipertensi berdasarkn efektifitas tekanan darah mencapai target dalah golongan ACE-Inhibitor dengan hidrochlorothiazid dengan nilai ACER sebesar 490,69 dan ICER sebesar -13.663,68.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Efektivitas Biaya PenggunaanAntihipertensiKombinasiDua Obat pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Tahun 2012 sebagai salah satu syarat mencapai Derajat Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Berdasarkan tatalaksana terapihipertensi JNC 8 dalam pengobatan awal hipertensi tidak memerlukan kombinasidua obat tetapi hanya memerlukan terapi tunggal. Terapi kombinasi digunakan jika pada pasien dengan terapi tunggal tidak menunjukkan ketercapaian tekanan darah.
Terapi kombinasi pada pasien hipertensi yang mendapatkan pengobatan pertama juga dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah secara cepat dan kuat sehingga dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah yang tidak terkontrol. Selanjutnya untuk kombinasi 3 obat yang paling banyak yaitu kombinasi Antara bisoprolol+amlodipine+valsartan dengan presentasi (3%) [11].
Total pelayanan kesehatan untuk hipertensi di Amerika telah diperkirakan sekitar $ 15 milyar per tahunnya. Total pelayanan kesehatan ini sudah termasuk biaya medik langsung dan juga biaya medik tak langsung. Biaya medik langsung meliputi biaya obat, konsultasi medik dan test laboratorium (Da Costa et al., 2002). Hal ini antara lain disebabkan populasi pasien usia lanjut yang semakin banyak dengan konsekuensi meningkatnya penggunaan obat, adanya obat-obat baru yang lebih mahal, dan perubahan pola pengobatan. Di sisi lain, sumber daya yang dapat digunakan terbatas, sehingga harus dicari cara agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis (Trisna, 2007).
dibandingkan penggunaan tunggal amlodipin atau lisinopril saja tetapi penurunan tekanan darah tersebut tidak tergantung pada dasar aktivitas renin, hal tersebut berbeda dengan subyek pasien hipertensi yang menjalani hemodialisis rutin dengan hasil yang didapat menunjukkan penurunan tekanan darah sesudah diberi kombinasi 2 antihipertensi hanya terjadi pada 8 pasien. Volpe dan Tocci (2012) mengatakan kombinasiantihipertensi memiliki efek yang bermanfaat karena menggabungkan obat-obat dari kelas yang berbeda dengan mekanisme aksi yang berbeda. Kombinasiantihipertensi juga dapat saling melengkapi dan memberikan efek sinergis pada tekanan darah sehingga efikasi antihipertensi meningkat, efek samping berkurang dan menurunkan risiko terkena penyakit jantung dan stroke.
Hasil penelitian menunjukkan 6 subjek penelitian mendapatkan monoterapi dengan β- bloker .Menurut[3], golongan ini bisa digunakan sebagai terapi primer pada pasien yang baru mengalami serangan stroke, pasien riwayat gagal ginjal, angina pektoris dan infrak miokard. Pemberian politerapi kepada subjek penelitian melibatkan kombinasi 2 golongan obat dengan sebagian besar subjek penelitian mendapatkan kombinasi CCB dan ACE-I atau kombinasi CCB dan ARB . Semua kombinasi obat tersebut sudah sesuai dengan guideline JNC 8 karena berasal dari golongan obat yang berbeda. Kombinasi ACE-I atau ARB dengan CCB lebih banyak diberikan pada pasien hipertensi karena bisa ditoleransi dengan baik pada awal pengobatan dan lebih unggul dari kombinasi dengan diuretik dalam menghambat stimulasi RAAS serta mengurangi stres
Aplikasi dari CEA misalnya dua obat atau lebih digunakan untuk mengobati suatu indikasi yang sama tapi cost dan efikasi berbeda. Analisis cost effectiveness mengkonversi cost dan benefit (efikasi) ke dalam rasio pada obat yang dibandingkan.
Hasil CEA dapat digambarkan dengan nilai Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER) dan Average Cost Effectiveness Ratio (ACER). ICER merupakan rasio yang menilai biaya untuk tambahan efektivitas suatu intervensi A terhadap intervensi B. Sehingga dapat dinilai biaya tambahan tiap unit penambahan efektivitas.
Hipertensi merupakan salah satu faktor utama resiko kematian karena gangguan kardiovaskuler yang mengakibatkan 20-50% dari seluruh kematian. Pembiayaan kesehatan di Indonesia semakin meningkat, maka perlu dilakukan analisis efektivitas biaya agar dapat membantu dalam pengambilan keputusan pemilihan obat yang efektif secara manfaat dan biaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasiantihipertensi yang paling cost-effective di Rumah Sakit Dr. Moewardi tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik, laboratorium dan plafon harga obat di administrtif. Analisis efektifitas biaya yang dilakukan dengan membandingkan besar biaya medik langsung rata-rata per bulan terhadap persentase pasien yang tekanan darahnya mencapai target berdasarkan parameter ACER.Hasil penelitian menunjukkan 8 polakombinasi yang digunakan pasien yaitu beta blocker dengan ACE-Inhibitor, ARB dengan hidrochlorothiazid, ARB dengan CCB, ARB dengan beta blocker, ACE-Inhibitor dengan diuretik hidrochlorothiazid, ACE-Inhibitor dengan furosemide, ACE-Inhibitor dengan ARB, ACE-Inhibitor dengan CCB. Pola pengobatan yang paling cost-effective untuk pasien hipertensi berdasarkn efektifitas tekanan darah mencapai target dalah golongan ACE-Inhibitor dengan hidrochlorothiazid dengan nilai ACER sebesar 490,69 dan ICER sebesar -13.663,68.
Suatu terapi pengobatan yang baik dan benar akan sangat menguntungkan bagi pasien, baik dari segi kesehatan atau kesembuhan penyakit yang diderita, biaya yang harus dikeluarkan, dan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat tersebut terutama bagi pasien yang harus mengkonsumsi obat dalam waktu yang lama, bahkan seumur hidupnya, seperti penyakit Hipertensi. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi polaantihipertensikombinasi yang paling cost-effective.
Saraswati, Adji, 2010, Terapi Kombinasi pada Hipertensi dengan Penyakit Ginjal, Preventing Vascular Cognitive Impairment in Hypertensive Patiensedisi, Edisi No 09 Vol XXXVI (http:www. [r]
d) α -Blocker
α 1 blocker merupakan alternatif terapi yang digunakan dalam kombinasi.
Efek samping α 1 -bloker terjadi saat pemberian awal atau saat dilakukan peningkatan dosis yaitu palpitasi, dizziness, pingsan, hipotensi ortostatik, depresi, lesu, priapism, dan vivid dream. Retensi air dan natrium terjadi pada pemberian dosis tinggi atau penggunaan dalam jangka wktu yang lama. Agen ini paling efektif jika digunakan dengan diuretik untuk meminimalkan terjadinya edema (Carter & Saseen, 2008)
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) merekomendasikan penggunaan terapi kombinasi sebagai terapi lini pertama untuk hipertensi stadium 2 dan bagi pasien dengan penyulit seperti gagal jantung, pasca infark miokard, risiko tinggi penyakit koroner, diabetes, penyakit ginjal kronik, atau riwayat stroke. Pada kondisi-kondisi tersebut, kombinasidua obat akan memudahkan pencapaian target tekanan darah (Saraswati, 2010).
Telah dilakukan penelitian tentang polapenggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Santa Clara Madiun Tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pengggunaan obat pada pasien penderita hipertensi di Rumah Sakit Santa Clara Madiun, mengetahui kesesuaian terapi dibandingkan dengan literatur, mengetahui kesesuaian jenis obat yang diberikan dengan literatur, dosis dan frekuensi pemberian dibandingkan dengan literatur, serta mengetahui interaksi obat terkait terapi yang diberikan. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat deskriptif dan retrospektif dengan sampel berupa data rekam medik kesehatan (RMK) pasien penderita hipertensi dengan atau tanpa penyakit penyerta di Rumah Sakit Santa Clara Madiun selama tahun 2011. Dari hasil penelitian, didapatkan jenis antihipertensi yang digunakan secara tunggal yaitu CCB sebesar 38.46 % . Jumlah pasien yang mendapatkan terapi awal menggunakan antihipertensi tunggal sebanyak 28.29%, sedangkan pasien yang mendapat terapi kombinasi sebanyak 71.11%. Kesesuaian jenis antihipertensi yang digunakan pada semua pasien sesuai dengan literatur. Frekuensi pemberian sebanyak 3.30 % tidak sesuai dengan literatur, dosis pemberian sebanyak 5.20 % tidak sesuai dengan literatur, dan yang sesuai sebanyak 94.80%.
TAHUN 2011
Fransiska Made Ratna Kumala Dewi 2443009090
Telah dilakukan penelitian tentang polapenggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Santa Clara Madiun Tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pengggunaan obat pada pasien penderita hipertensi di Rumah Sakit Santa Clara Madiun, mengetahui kesesuaian terapi dibandingkan dengan literatur, mengetahui kesesuaian jenis obat yang diberikan dengan literatur, dosis dan frekuensi pemberian dibandingkan dengan literatur, serta mengetahui interaksi obat terkait terapi yang diberikan. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat deskriptif dan retrospektif dengan sampel berupa data rekam medik kesehatan (RMK) pasien penderita hipertensi dengan atau tanpa penyakit penyerta di Rumah Sakit Santa Clara Madiun selama tahun 2011. Dari hasil penelitian, didapatkan jenis antihipertensi yang digunakan secara tunggal yaitu CCB sebesar 38.46 % . Jumlah pasien yang mendapatkan terapi awal menggunakan antihipertensi tunggal sebanyak 28.29%, sedangkan pasien yang mendapat terapi kombinasi sebanyak 71.11%. Kesesuaian jenis antihipertensi yang digunakan pada semua pasien sesuai dengan literatur. Frekuensi pemberian sebanyak 3.30 % tidak sesuai dengan literatur, dosis pemberian sebanyak 5.20 % tidak sesuai dengan literatur, dan yang sesuai sebanyak 94.80%.
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Penatalaksanaan diabetes mellitus secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes, yaitu menghilangkan keluhan diabetes mellitus, memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut, untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan upaya salah satunya pengendalian tekanan darah dengan menerima terapi antihipertensi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji polapenggunaan obat antihipertensi terkait jenis, dosis, dan frekuensi pemberian untuk menurunkan tekanan darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di poli penyakit dalam RS Bhayangkara Surabaya. Metode penelitian ini merupakan penelitian observasional karena peneliti tidak memberikan perlakuan langsung terhadap sampel (pasien). Rancangan penelitian secara deskriptif dan pengumpulan data dilakukan secara retrospektif pada periode 1 Agustus 2015 sampai 15 September 2015. Hasil penelitian menunjukkan terapi antihipertensi pada pasien diabetes mellitus terdiri dari tunggal sejumlah 80 pasien (48%) dan kombinasi 86 pasien (52%). Antihipertensi yang sering digunakan yaitu valsartan (1x80 mg) per oral pada 16 pasien (20%) dan kombinasiantihipertensi yang paling banyak digunakan yaitu valsartan (1x80 mg) + amlodipin (1x10 mg) per oral.
perlu dilakukan upaya salah satunya pengendalian tekanan darah dengan menerima terapi antihipertensi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji polapenggunaan obat antihipertensi terkait jenis, dosis, dan frekuensi pemberian untuk menurunkan tekanan darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di poli penyakit dalam RS Bhayangkara Surabaya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dikarenakan peneliti tidak memberikan perlakuan langsung terhadap sampel (pasien). Rancangan penelitian secara deskriptif dan pengumpulan data dilakukan secara retrospektif pada periode 1 Agustus 2015 sampai 15 September 2015. Hasil penelitian menunjukkan terapi antihipertensi pada pasien diabetes mellitus terdiri dari tunggal sejumlah 80 pasien (48%) dan kombinasi 86 pasien (52%). Antihipertensi yang sering digunakan yaitu valsartan (1x80 mg) per oral pada 16 pasien (20%) dan kombinasiantihipertensi yang paling banyak digunakan yaitu valsartan (1x80 mg) + amlodipin (1x10 mg) per oral.
Sejarah Artikel : Latar belakang: Hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah mengalami peningkatan tekanan. Hipertensi masih menjadi salah satu penyakit yang prevalensinya mengalami peningkatan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui polapenggunaan obat antihipertensi dan untuk mengetahui obat yang paling banyak digunakan. Metode: Penelitian dengan menggunakan metode retrospektif dilakukan di RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar selama periode Juli- Desember tahun 2016. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Hasil: Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian ini yaitu sebanyak 84 pasien. Pasien hipertensi terbanyak adalah pasien perempuan sebanyak 49 pasien dan laki-laki sebanyak 34 pasien. Usia yang paling banyak menderita hipertensi yaitu 58- 64 tahun sebanyak 24 pasien (28.57%). Berdasarkan klasifikasi hipertensi yang paling banyak terjadi yaitu hipertensi stadium II sebanyak 30 pasien (35,71%). Terapi obat yang paling banyak digunakan yaitu terapi obat kombinasi sebanyak 81 pasien (96,43%) dan yang menggunakan terapi tunggal sebanyak 3 pasien (3,57%). Simpulan dan saran: Berdasarkan hasil penelitian obat-obat antihipertensi yang digunakan pada pasien hipertensi rawat inap meliputi Captopril, lisinopril, imidapril, diltiazem, amlodipine, nifedipine, candesartan, irbesartan, valsartan, telmisartan, bisoprolol dan propanolol , HCT, indapamide, furosemide, spironolactone, terazosin, clonidin,. Golongan obat antihipertensi candesartan, irbesartan, valsartan, telmisartan. Diterima 1 Maret
Berdasarkan panduan manajemen hipertensi oleh Seventh Report of the Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), pasien hipertensi memerlukan dua obat atau lebih untuk mencapai tujuan tekanan darah ( <140-90 mmHg atau 130-80 mmHg pada pasien hipertensi dengan CKD atau Diabetes). Jika tekanan darah >20 mmHg dari tujuan tekanan darah, maka terapi dimulai dengan dua obat dimana salah satu obat yang digunakan adalah Diuretik Tiazid (Anonim, 2003). Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian ini untuk mengetahui pola peresepan obat hipertensi dimana difokuskan pada pasien rawat jalan di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo yang menggunakan BPJS sebagai jaminan asuransi kesehatanya.
Yugo Susanto, Riza Alfian
PENDAHULUAN
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin
Penelitian dilakukan secara prospektif untuk mengetahui polapenggunaan obat antihipertensi dan kesesuaiannya pada pasien geriatri rawat jalan di rsud ulin banjarmasin. Sampel dalam penelitian ini yaitu semua data rekam medik pasien geriatri hipertensi rawat jalan di RSUD Ulin Banjarmasin periode bulan April 2015. Sampel diambil dengan menggunakan metode total sampling yaitu semua sampel yang ada pada periode penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai periode penelitian selesai. Pada penelitian ini didapatkan 197 sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menyalin data dari rekam medik pasien ke lembar observasi. Data yang diperoleh didistribusikan kepada kelompok masing-masing kelompok yaitu jenis terapi (tunggal/kombinasi), golongan obat antihipertensi, nama obat antihipertensi, dosis, dan frekuensi. Data dianalisis dengan menggunakan uji distribusi frekuensi. Kesesuaian pengobatan yang dijalani pasien kemudian dinilai dengan menggunakan pembanding JNC VIII.