kreativitas ragamhiasbatik sesuai dengan kemampuan dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Permasalahan tersebut harus segera diatasi mengingat bahwa pembelajaran menggambar ragamhiasbatik merupakan salah satu materi seni budaya dimana hasilnya dapat mempengaruhi nilai pada kenaikan kelas, oleh sebab itu dimungkinkan dalam proses pembelajaran menggambar ragamhiasbatik ini menggunakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah tersebut yaitu dengan model pembelajaran kontekstual, dikarenakan pembelajaran kontekstual memberi kesempatan siswa untuk aktif, menemukan sendiri dari lingkungannya, sehingga siswa akan lebih kreatif lagi, sebagaimana menurut
b. Jenis Tekstil Tradisional Indonesia……………………………. 2. Batik……………………………………………………………….. a. Pengertian Batik……………………………………………….. b. Kelompok Batik di Indonesia………………………………….. 3. RagamHiasBatik………………………………………………….. a. Pengertian RagamHias ………………………………………... b. Kelompok RagamHiasBatik………………………………….. c. Struktur RagamHiasBatik …………………………………….. d. Faktor Pengaruh RagamHiasBatik …………………………… 4. Penelitian Sebelumnya…………………………………………….. B. Landasan Teori/Kerangka Pikir ……………………………………………
Sebagai daerah pelabuhan, hubungan Cirebon dengan daerah-daerah lainnya dan para pendatang dari berbagai negeri yang membawa tata-nilai seni budaya dan kepercayaan masing-masing telah memungkinkan Cirebon mengalami suatu pembauran budaya baik akulturasi maupun interkulturasi yang satu sama lain saling mempengaruhi. Hubungan perdagangan yang erat antara Cirebon dengan negeri Cina, Arab, India (Hindu), telah pula menyebabkan kultur Cirebon berpadu dengan kultur-kultur asing tersebut. Perpaduan budaya tersebut pada akhirnya telah membuahkan corak-corak kultural yang beragam pada tata nilai budaya Cirebon. Hal ini tercermin pada penampilan seni budaya Cirebon pada umumnya, Sebagai contoh, di Cirebon terdapat dua kereta kebesaran yang menjadi lambang kebesaran dua keratonnya, yaitu kereta Singa Barong di keraton Kasepuhan dan kereta Peksi Naga Liman di keraton Kanoman. Secara simbolis kedua kereta yang mengimajinasikan binatang khayal ini melambangkan perpaduan kebudayaan Cina, Arab dan Hindu. Wujud dari binatang khayal ini adalah sosok binatang yang berkuku singa, berkepala naga dan bertanduk (dalam budaya Cina disebut Liong), berbadan kuda dan bersayap (dalam masyarakat Islam dikenal dengan nama Buraq) bermoncong belalai seperti gajah (dalam budaya Hindu disebut Ganesha). Jika sebutan Singa Barong diambil dari kata barung yang berarti campuran, per- paduan (kombinasi), maka Peksi Naga Liman diambil dari perpaduan wujudnya; Peksi (burung), Naga (lion), Liman (gajah). Perwujudan binatang khayal ini bagaimanapun banyak dijumpai sebagai salah satu model ragamhiasbatik Cirebon.
Ragamhiasbatik yang dikenakan sejak dahulu merupakan produk budaya dari daerah lain misalnya Ragambatik pesisiran dan ragambatik Lasem kemudian juga mendapat pengaruh penggunaan warna dari budaya Cina. Perubahan- perubahan yang telah berlangsung sejak lama ini terus berkembang hingga saat ini. Perubahan budaya serta pergeseran budaya mulai terlihat. Tersisihnya budaya Betawi ini terlihat dari pementasan budaya Betawi saat ini mulai jarang terlihat. Budaya Betawi mendapat pesaing dari budaya-budaya daerah lain yang dibawa oleh kaum pendatang dan juga pesaing dari budaya modern. Masyarakat Betawi pada awalnya merupakan masyarakat agraris dengan usaha berkebun buah-buahan. Generasi muda Betawi saat ini lebih memilih untuk mencari nafkah dengan bekerja di sektor lain seperti industri, jasa . Pergeseran ini juga didasari minimnya lahan dan terdapatnya banyak alternatif lain yang pada akhirnya secara cepat meninggalkan profesi awalnya.
kesadaran untuk melestarikan batik Indonesia mulai meningkat karena adanya pengakuan kepemilikan batik dari Negara tetangga sehingga menimbulkan kesadaran bagi masyarakat untuk melestarikan batik. Pada masa lalu batik telah mengalami perkembangan yang awalnya kain batik merupakan kain sakral serta menjadi tradisi keraton, kemudian tumbuh di kalangan masyarakat sebagai bahan keseharian. Kesulitannya ada pada sumber referensi yang lengkap baik secara visual maupun pengetahuan tradisi tentang arti batik tersebut dan Minimnya sumber pustaka ataupun ragamhiasbatik secara digital akan menjadi salah satu penghambat budaya batik sebagai salah satu alternatif ragamhias dalam dunia desain.
Nilai yang muncul atau yang diperoleh pada hasil riset ini adalah nilai egaliter (kesetaraan), nilai fungsional, nilai ekonomis, dan nilai simbolis. Nilai egaliter atau kesetaraan muncul terutama pada industri tekstil batik, karena saat ini masyarakat luas dapat memakai motif –ragamhiasbatik yang lazim dikenal sebagai motif larangan untuk berbagai kesempatan pada peristiwa yang dialaminya. Motif larangan adalah motif atau ragamhiasbatik yang berasal kraton-kraton di Jawa (Cirebon, Surakarta, Yogyakarta) seperti motif lereng, parang barong yang hanya dikenakan oleh kelompok bangsawan atau hanya dikenakan oleh Sultan Yogyakarta atau Sunan Surakarta. Masyarakat di luar kraton tidak diperkenankan menggunakan atau memakai batik motif larangan. Saat ketika batik telah dikukuhkan sebagai warisan Budaya Tak Benda (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) oleh UNESCO (tanggal 2 Oktober 2009), maka citra batik menjadi semakin meningkat, baik dari sisi produksi maupun kebutuhan para pengguna. Para pengusaha batik (dengan modal kecil, menengah, besar) berusaha untuk memenuhi kebutuhan pasar dan mengolah batik dengan beragam cara dengan motif batik-ragamhias yang beragam serta industri pakain jadi (kemeja, baju perempuan, baju anak-anak, baju muslim dan sebagainya).
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan kecenderungan penggunaan elemen, ragamhias, dan ruang. Yang paling sering digunakan adalah ragamhias flora dan alam. Seiring dengan meningkatkan hirarki bangunan, maka akan ditambah dengan fauna, dan selanjutnya agama. Yang paling sering untuk dihias adalah berturut-turut senthong, dalem, pringgitan, dan pendopo Saran bagi Penelitian Lanjut
Teknik yang dapat digunakan dalam menghias suatu produk cukup variatif sesuai dengan ketektikan produk kerajinan yang akan dihias. Secara konvensional produk kerajinan dapat dibedakan menjadi kerajinan kayu dengan teknik pahat atau ukirnya; kerajinan logam dengan teknik las, tempa, patri, dan etsa; kerajinan kulit dengan teknik tatah sunggingnya; kerajinan tekstil dengan teknik printing, makram, rajut, ekolase, bordir, dan batik; kerajinan keramik dengan teknik ingub, glasir, toreh, dan cetak; dan kerajinan dengan bahan mixed media atau daur ulang. Selain teknik-teknik tersebut masih banyak teknik lain dapat digunakan dalam menghias produk kerajinan sesuai dengan perkembangan teknologi yang digunakan dalam produksi kerajinan. Dalam paparan sederhana ini secara singkat dapat dijelaskan beberapa teknik yang sering digunakan dalam menghias produk kerajinan, yakni: teknik menggambar, mengukir, mengkolase, menyulam dan membordir.
Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa kebudayaan di daerah Karo telah mengalami perubahan sejak masuknya agama di tengah-tengah masyarakat Karo. Kebiasaan-kebiasaan pada masa lampau kini sudah banyak ditinggalkan, seperti percaya pada hal-hal yang memiliki kekuatan yang bersifat magis sesuatu yang tabu untuk diucapkan. Dan saat ini semua telah beralih ke hal-hal yang kontemporer. Sebagai pengenalan lebih jauh tentang ragamhias (ornamen) Karo inovator juga memaparkan dari sisi lain dengan kemajuan zaman dan pengaruh agama, maka ragamhias (ornamen) sekarang titik berat penggunaannya hanya dari unsur keindahan, kemegahan, dan hiasan baik untuk bangunan maupun untuk benda-benda pakai dan penghias lainnya.
Penggunaan teknologi Augmented Reality melalui media smartphone dengan sistem operasi Android agar penggunaan dapat secara bergerak (mobile), dan dapat menampilkan batik dalam bentuk 3D yang menyatu dengan marker-nya. Kumpulan marker yang digunakan dibuat dalam bentuk buku saku panduan wisata. Penggunaan teknologi ini diharapkan dapat membantu pengenalan jenis batik (ragam geometris), dan visualisasinya yang berbentuk 3D dapat memicu penemuan ide baru pembuatan motif batik. Pemanfaatan aplikasi ini bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dapat untuk sebagai media pelestarian batik, menarik minat dan mengedukasi wisatawan nusantara maupun mancanegara; bagi Dinas Pendidikan untuk media pembelajaran bagi pelajar tentang batik dengan cara yang lebih menarik; bagi penggiat seni dapat membantu menciptakan inovasi motif batik yang baru, dan menjadi sarana promosi hasil karya seni; serta bagi pelaku usaha batik untuk membantu mengiklankan atau mempromosikan batik dengan lebih menarik, dan mengedukasi konsumen.
Indonesia memiliki kekayaan dalam seni ragam hiasnya yang sangat beragam. Ragamhias melambangkan makna bagi masyarakat pendukungnya. Ragamhias diterapkan pada bangunan rumah, pusaka, perhiasan, pakaian, peralatan rumah tangga, serta alat-alat untuk keperluan adat dan upacara. Ragamhias memiliki makna dan simbol berbeda, baik bentuk maupun ornamen yang dibuat. Ornamen bunga teratai misalnya melambangkan keagungan. Bunga melati melambangkan kesucian. Di bawah ini terdapat beberapa ragamhias yang diterapkan pada beberapa benda dengan bahan yang berbeda.
Penerapan ragamhias pada bahan tekstil dilakukan dengan teknik yang berbeda-beda, misalnya sulam, batik, sablon tenun ikat, bordir, dan songket. Penerapan ragamhias pada bahan tekstil misalnya dilakukan pada kaos oblong. Kaos oblong dibuat dari bahan yang menyerap cat. Bahan pewarnaan yang digunakan misalnya cat tekstil atau cat sablon dengan alat kuas.
Tujuan pengembangan desain ini adalah membuat rancangan batik tulis dengan mengangkat motif pada ukiran rumah Gadang khas Minangkabau. Perpaduan antara corak khas Minangkabau dengan teknik batik. Diharapkan dapat menghasilkan alternatif batik tulis yang menjadi alternatif pilihan konsumen.
Mata kuliah ini terdiri dari teori dan praktek yang membahas tentang: ruang lingkup ragamhias tekstil, konsep pelayanan prima dan prosedur mengerjakan ragamhias tekstil yang sesuai dengan konsep K 3, mencipta desain motif ragamhias tekstil dengan menerapkan unsur-unsur dan prinsip desain, sumber ide dan pengembangannya. Teknik membesarkan dan mengecilkan pola ragamhias tekstil.Teknik memindahkan motif pada desain struktur. Macam-macam tusuk hias tekstil, Teknik membuat sulaman putih, sulaman berwarna dan sulaman istimewa dari bahan benang, pita, manik-manik dan kain/tekstil. Menghias benda fungsional dan dekoratif dengan teknik sulaman, serta teknik mengemas benda fungsional yang telah dihias.
Menggambar ragamhias bagi sebagian masyarakat Indonesia bertujuan sebagai penghormatan kepada roh nenek moyang atau mencari keselamatan hidup misalnya pada gambar ragamhias bentuk manusia. Menggambar ragamhias bentuk manusia dapat diberi warna hijau, biru, dan dibuat secara utuh atau diambil bagian tubuh tertentu saja seperti bagian muka. Gambar ragamhias dapat dibuat dengan cara disederhanakan atau dilebih-lebihkan. Gambar ragamhias dapat dijumpai pada pinggiran rumah adat daerah, kain batik, atau benda-benda kerajinan lainnya. Warna yang digunakan biasanya memiliki ciri khas dan memiliki makna simbolik.
Bentuk ragamhias umumnya memiliki pola atau susunan yang diulang-ulang. Pada bentuk ragamhias yang lain, pola yang ditampilkan dapat berupa pola ragamhias yang teratur, terukur, dan memiliki keseimbangan. Pola ragamhias geometris dapat ditandai dari bentuknya seperti persegi empat, zig-zag, garis silang, segitiga, dan lingkaran. Pola bidang tersebut merupakan pola geometris yang bentuknya teratur. Bentuk lain dari pola geometris adalah dengan mengubah susunan pola ragamhias menjadi pola ragamhias tidak beraturan dan tetap memperhatikan segi keindahan.
Batik merupakan hal yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia saat ini. Batik merupakan salah satu warisan nusantara yang unik. Keunikannya ditunjukkan dengan barbagai macam motif yang memiliki makna tersendiri. Menurut Asti M. dan Ambar B. Arini (2011: 1) berdasarkan etimologi dan terminologinya, batik merupakan rangkaian kata mbat dan tik. Mbat dalam bahasa Jawa dapat diartikan sebagai ngembat atau melempar berkali-kali, sedangkan tik berasal dari kata titik. Jadi, membatik artinya melempar titik berkali-kali pada kain. Adapula yang mengatakan bahwa kata batik berasal dari kata amba yang berarti kain yang lebar dan kata titik. Artinya batik merupakan titik-titik yang digambar pada media kain yang lebar sedemikian sehingga menghasilkan pola-pola yang indah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, batik memiliki arti kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu.
Maraknya kesadaran masyarakat secara luas terhadap kria batik terlihat dengan meningkatnya konsumsi batik sebagai busana yang digunakan pada berbagai aktivitas. Batik Betawi sebagai salah satu dari keragaman batik Betawi merupakan ciri yang menandakan keberadaan masyarakat Betawi. Nilai dan karakter estetik memberikan ciri yang membedakan batik Betawi dengan batik lainnya, karakter estetis yang memiliki nilai filosofi masyarakat Betawi yang tertuang dalam tanda yang sarat akan makna dan harapan. Pemahaman mengenai karakter batik Betawi secara khusus dapat dipahami oleh masyarakat Betawi itu sendiri dan secara luas bagi masyarakat sehingga batik Betawi dapat bertahan dalam nilai tradisi dan menyongsong kemajuan zaman tampa harus kehilangan ciri dan karakter sebagai masyarakat Betawi.
Pengeret-ret merupakan lambang dari hewan cicak yang memiliki kepala dua pada kedua ujung badan cicak. Ragamhias pengeret-ret itu melambangkan ikatan keluarga yang terjalin terus- menerus dan tidak pernah putus, pengeret-ret juga melambangkan kekuatan agar masyarakat karo terhindar dari kekuatan roh-roh jahat serta melambangkan kewaspadaan. Pengeret-ret biasanya diletakan pada dinding rumah adat karo. Pengeret-ret berbahan ijuk ataupun rotan dimana berfungsi sebagai pengikat antara papan satu dengan papan yang lainnya. Papan yang diikat dengan pengeret-ret akan membuat dinding rumah adat karo tersebut menjadi kokoh dan kuat. Pengikatan pengeret-ret itu tampak seperti pola anyaman berbentuk cicak, hal ini yang dinamkan ragamhias pengeret-ret.
Ragamhias biasa disebut juga ornamen. Ornamen berasal dari bahasa Yunani dari kata ornare yang artinya hisan atau perhiasan. Ragamhias berkaitan dengan pola hias dan motif. Pola hias merupakan unsur dasar yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam merancang suatu hiasan. Sedangkan, motif hias merupakan pokok pikiran dan bentuk dasar dalam perwujudan ragamhias, meliputi segala bentuk alami ciptaan Tuhan seperti manusia, binatang, tumbuhan, gunung, batuan, air, awan dan lainnya serta hasil kreasi manusia. Ragamhias atau ornamen itu sendiri terdiri dari berbagai jenis motif dan motif-motif itulah yang digunakan sebagai penghias. Oleh karena itu motif adalah dasar untuk menghias suatu ornamen.