Peneliti terdahuluTehubijuluw(2013), telah menentukan kadar logam kadmium dan tembaga pada ikan sardenkemasankaleng dengan berbagai merek produk ikan sarden, dan telah diperoleh kadar logam kadmium ialah untuk sampel RS adalah 0,1969 mg/kg, NF adalah 0,0448 mg/kg,dan CP tidak terdeteksi. Sementara untuk kandungan logam tembaga yang diperoleh untuk sampel RS adalah 3,3303 mg/kg, NF adalah 4,6130 mg/kg,dan CP adalah 3,3047 mg/kg.Hasil penentuan kadar logam menunjukkan bahwa sampel ikan kalengtelah tercemar oleh logam kadmium dan tembaga. Konsentrasi logam Cd dan Cu yangdiperoleh pada semua sampel, tidak melampaui batasmaksimum Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan No : 03725/B/SK/VII/89.
Cd dalam ikan sarden dengan tanggal produksi Ikan sardenkemasankaleng dengan tanggal produksi tertentu masing-masing 1,0198 mg/Kg; 0,4913 mg/Kg; dan 0,6455 mg/Kg dan kandungan Sn masing-masing 207,0373mg/Kg; 236,7128mg/Kg; dan 380,8682 mg/Kg, sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar logam Cd di dalam ikan sardenkemasankaleng telah melewati ambang batas yang telah ditetapkan oleh SNI yaitu 0,1 mg/Kg. Sementara kadar logam Sn pada ikan sardenkemasankaleng dengan tanggal produksi C telah melewati ambang batas yang telah ditetapkan oleh SNI yaitu 250 mg/Kg, dan ikan sarden dengan tanggal produksi A dan B tidak melewati ambang batas.
Telah dilakukan penelitian tentang Penentuan Kadar Logam Kadmium (Cd) dan Timah Berdasarkan Waktu Penyimpanan dalam Produk Ikan SardenKemasanKaleng Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Sampel ikan sarden diambil dari toko swalayan yang sama yang berada di Medan. Ikan yang diambil berupa ikan kaleng dengan tanggal produksi Ikan sardenkemasankaleng dengan tanggal produksi tertentu. Preparasi sampel dilakukan dengan metode destruksi kering 550– 600 0 C diikuti dengan pelarutan abunya menggunakan HNO 3(p),
Penelitian ini mempelajari penggunaan metode Effervescence-LPME untuk analisis senyawa nitrosodietilamin (NDEA) dalam ikan sardenkemasankaleng menggunakan instrumentasi kromatografi cair dengan menggunakan detektor UV-Vis (HPLC-UV-Vis). Tablet effervescence yang digunakan terbuat dari asam sitrat 7,78 gram dan natrium bikarbonat 10,22 gram serta pelarut organik yang digunakan untuk ekstraksi. Metode Effervescence-LPME menggunakan n-heksana sebagai pengekstrak, volume larutan ekstrak sebanyak 20 mL dan penambahan NaCl konsentrasi 0,3 ppm sebagai ionic strength. Dengan menggunakan parameter analitik tersebut dihasilkan kurva kalibrasi linier untuk larutan standar NDEA konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,993, limit deteksi 0,86 ppm, akurasi hingga sebesar 99,5%, koefisien variasi antara 0,47-4,88 dan faktor pemekatannya sebesar 402 kali. Dari hasil analisis dinyatakan bahwa, metode ini berhasil diterapkan dalam penentuan NDEA yang merupakan senyawa karsinogen yang terdapat dalam ikan sardenkemasankaleng. Hasil analisis NDEA dalam ikan sarden A, B dan C masing-masing adalah 0,28 ppm, 0,56 ppm dan 1,57 ppm.
Selain itu, tingginya cemaran logam berat dalam makanan kaleng juga dapat disebabkan oleh korosi dari kaleng pengemas, lama waktu penyimpanan makanan, jenis ikan dan daerah asal tangkapan ikan. Beberapa faktor yang menentukan kecepatan korosi pada kaleng adalah pH makanan, akselerator korosi seperti nitrat dan sulfur, sisa oksigen dalam makanan, jenis kaleng, jenis lapisan penahan korosi dan suhu penyimpanan. Ikan sarden kalengan terbuat dari ikan sarden yang dicampur dengan saus tomat yang bersifat asam, sehingga dapat mempercepat terjadinya proses perkaratan dan pelepasan ion logam ke dalam makanan (Vina, 2007).
Sarden adalah ikan laut spesies tertentu yang telah dipotong kepalanya dan dibuang ekor serta isi perutnya yang kemudian dimasak, diberi bumbu saus tomat dan dipasarkan lewat kemasankaleng. Pengemasan sarden dengan menggunakan kaleng dimungkinkan adanya perpindahan bahan kaleng ke dalam sardenkemasan tersebut. Timbal (Pb) yang digunakan sebagai penyambung kemasankaleng, mempunyai sifat yang larut dalam asam. Suasana asam yang ada pada sardenkemasankaleng memungkinkan larutnya timbal dari kaleng ke dalam sarden. Pada akhirnya dikonsumsi dan masuk ke tubuh manusia (Aminah, 2006).
Chaterine, A. 2012. Studi Perbandingan Kandungan Ion Logam Timah (Sn 2+ ) dan dan Logam Seng (Zn 2+ ) di dalam Ikan Sardine (Sardina pilchardus sp) Kaleng Merek Dagang Chip dan Gaga Berdasarkan Waktu Kadaluarsa. [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara.
Pada makanan yang tidak diolah kandungannya sangat rendah. Ditemukan pada produk makanan kaleng (buah dan sayur, ikan herring), pasta gigi, timah logam ditemukan pada debu atau asap polusi industri. Makanan berlemaklebih mudah menyerap timah. Timah dalam pangan diserap dalam usus halus kurang dari 5%, sebagian dibuang melalui urin dan keringat. Timah disebut juga sebagai mildly toxic mineral. Timah menurunkan absorpsi kalsium, seng dan menurunkan aktivitas enzim alakalin fosfatase.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa proses pengemasan memiliki pengaruh terhadap kadar mineral yang terdapat di dalam ikan sarden. Kadar mineral magnesium dan kalium yang lebih tinggi terdapat pada ikan sarden segar, sedangkan kalsium yang lebih tinggi terdapat pada ikan sardenkemasankaleng.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa proses pengemasan memiliki pengaruh terhadap kadar mineral yang terdapat di dalam ikan sarden. Kadar mineral magnesium dan kalium yang lebih tinggi terdapat pada ikan sarden segar, sedangkan kalsium yang lebih tinggi terdapat pada ikan sardenkemasankaleng.
Tahap selanjutnya adalah pemasakan awal atau pre cooking yang bertujuan untuk mendapatkan daging ikan dengan tekstur dan suhu yang diinginkan. Di PT. Maya Food Industries, proses pemasakan awal dilakukan menggunakan exhaust box dengan panas yang berasal dari uap panas yang dihasilkan oleh boiler. Uap panas dari exhaust box bersuhu 90 o C dan pemasakan dilakukan selama 20 menit. Dari hasil pemasakan awal tersebut, diharapkan suhu pusat ikan adalah minimal 70 o C. Menurut Moeljanto (1992), exhausting adalah proses penghampaan udara dan gas dari dalam kaleng yang telah terisi ikan, sehingga tekanan dalam kaleng menjadi turun. Adawyah (2007) menambahkan bahwa sebagian besar oksigen dan gas harus dihilangkan dari bahan dalam kaleng sebelum penutupan kaleng. Keberadaan oksigen di dalam kaleng tidak diharapakan, karena oksigen dapat bereaksi dengan bahan dan kaleng bagian dalam yang dapat mempengaruhi nilai gizi, mutu, dan umur simpan produk. Exhausting berguna untuk memberi ruang dalam pengembangan produk selama proses sterilisasi, sehingga kerusakan wadah dapat dihindari. Kegunaan lainnya yaitu untuk menaikkan suhu produk hingga dicapai suhu awal (initial temperature) yang dapat mempercepat proses sterilisasi.
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, jenis penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Menurut Faisal (dalam Bima, 2014:16) jenis penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang berupa angka-angka, yang selanjutnya dari hasil analisa tersebut akan diperoleh gambaran dari suatu kondisi yang ada sebagai dasar pemecahan persoalan yang telah dirumuskan. Pemilihan jenis penelitian ini didasarkan pada judul penelitian yang mengarah pada studi kasus. Penelitian ini menganalisa tingkat cacat produk sardenkaleng dengan menggunakan Statistical Process Control (SPC) dan Failure Modes and Effect Analysis (FMEA).
Penelitian ini dilakukan atas pertimbangan pentingnya persediaan bahan baku untuk proses produksi, agar proses produksi mencapai hasil yang optimal. Agar produksi mencapai hasil yang maksimal maka harus dilakukan perencanaan- perencanaan persediaan bahan baku yang sesuai dengan kebutuhan produksi. Karena dalam menjalankan proses produksi tidak selamanya berjalan dengan baik tetapi pasti adanya masalah-masalah yang muncul salah satunya adalah dalam persediian bahan baku dijumpai adanya ketidakteraturan pasok, karena diakibatkan adanya iklim yang buruk sehingga stok bahan baku sardenkaleng mengalami kelangkaan, dan proses produksi yang dilakukan diperusahaan tidak kontinyu tetapi tergantung dari adanya pesanan produk sardenkaleng. Dengan adanya masalah demikian maka perencanaan persediaan bahan baku peting dilakukan untuk mengetahui perkembangan persediaan bahan baku sardenkaleng per bulan pada tahun 2012, mengetahui kebutuhan bahan baku yang harus dipesan dalam waktu tertentu, dan jumlah hasil produksi sardenkaleng.
Ikan tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu jenis ikan olahan yang dikemas dalam kaleng. Ikan tuna memiliki kualitas daging yang sangat baik, lembut, dan lezat, serta memiliki kandungan protein, vitamin, mineral, dan kandungan kolesterol yang rendah. Tetapi ikan tuna memiliki sifat yang mudah rusak, baik kerusakan kimiawi, fisik maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme (Rahmadana, 2013). Oleh karena itu, perlu diperhatikan cara pengolahan dan penyimpanannya untuk mempertahankan kualitasnya.
darurat berbentuk bars harus disertai dengan persediaan air yang cukup (Sitanggang 2008). Berbagai bentuk dan teknologi pengolahan pangan darurat telah dikembangkan, misalnya melalui HTST extrusion atau HTST pasta, aneka produk lain seperti corn syrup, granulated sugar, high fructose corn syrup, dan crystalline fructose (Brisske et al. 2004). Namun bentuk pangan darurat yang potensial dan praktis untuk dikembangkan adalah makanan bernutrisi tinggi yang siap saji (Zoumas et al. 2002), di antaranya bentuk nasi dalam kemasankaleng, sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia yang mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Masih terdapatnya stigma “belum kenyang kalau belum makan nasi”, menandakan betapa masyarakat Ind onesia memiliki budaya makan nasi yang sangat kuat (Hariyadi 2006). Penelitian mengenai potensi pengembangan makanan darurat berbahan dasar beras sudah dilakukan sebelumnya oleh Valentina (2009) berupa formulasi pembuatan nasi opor ayam dalam kemasankaleng sebagai pangan darurat. Untuk menganekaragamkan produk pangan darurat yang berbasis nasi, pada penelitian ini, bahan baku yang digunakan terdiri dari beras, putih telur, susu, dan margarin.
Penelitian yang dilakukan Aminah dan Supraptini (2005) pada minuman susu segar dan susu kemasan, hasil penelitian membuktikan bahwa susu dalam kemasan kardus, kaleng, botol kaca dan plastik tidak bebas dari cemaran jamur seperti Aspergillus sp, Penicillium sp, Geotrichum sp, dan Khamir. Dari tempat pemerahan susu juga ditemukan jamur yang sama dengan jamur yang ditemukan pada susu kemasan. Pada susu kemasankaleng yang berasal dari luar baik yang legal maupun yang ilegal hanya ditemukan Penicillium sp dan Khamir, berarti cemaran jamur berasal dari udara. Sedangkan susu kemasan dalam negeri ditemukan jamur A.niger, Penicillium sp, Khamir dan Geotrichum sp yang menandakan dapat tercemar dari bahan / susu perah karena penanganannya yang kurang higienis.
produk minuman isotonik dengan 2 variasi rasa orange lime dan passion fruit. Inovasi ini ternyata mendapat respon yang positif dari pasar. Tidak seperti kebanyakan pendatang baru di pasar isotonik yang bermain di kemasankaleng, Mizone menjadi penantang pertama Pocari Sweat yang masuk dalam kemasan botol plastik PET berwarna biru, mudah dibawa kemana-mana, dan dengan volume yang lebih banyak, membuat konsumen menyukai produk Mizone. Keputusan yang cerdik karena dengan kemasan botol PET, Mizone bisa membidik segmen konsumen yang lebih luas, yaitu konsumen air mineral dalam kemasan botol yang jumlahnya sangat besar. Produk Pocari Sweat pun mulai meniru Mizone dengan mengemas produk mereka yang semula kaleng menjadi botol plastik. Citra Mizone juga meningkat di mata konsumen dengan menonjolkan logo perusahaan Aqua (Danone Aqua) yang sudah terkenal kualitasnya.
Kaleng yang sering juga disebut sebagai timah yang digunakan sebagai wadah dari beberapa produk makanan dan minuman sesungguhnya terdiri dari pelat baja karbon rendah yang dilapisi timah pada kedua sisinya yang disebut “tin-plate”. Tebal lapisan timah tertentu, disesuaikan dengan keperluan. Tin-plate merupakan bahan yang ideal untuk wadah dari makanan dan minuman. Meskipun tidak selalu bersifat inert secara sempurna terhadap setiap jenis produk makanan dan minuman, akan tetapi dengan memperhatikan persyaratan-persyaratan tertentu serta memilih kombinasi yang tepat dari material-material yang bersangkutan, maka interaksi antara produk dan kalengnya dapat ditekan sedemikan sehingga tidak melampaui batas yang diizinkan pemerintah.
Torbangun (Coleus amboinus Lour) merupakan salah satu tanaman yang dipercaya oleh masyarakat Batak untuk menambah produksi Air Susu Ibu (ASI) serta memulihkan tenaga pasca melahirkan. Sup daun torbangun merupakan produk sup bersantan yang mudah mengalami kerusakan. Salah satu dari upaya kerusakan yakni dengan menerapkan teknik pengemasan yang sesuai. Selain pengemasan, faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kondisi penyimpanan produk sup torbangun adalah suhu penyimpanan. Kemasan dan suhu penyimpanan terbaik akan membuat sup daun torbangun terjaga keawetannya selama penyimpanan. Hal inilah yang mendorong terlaksananya penelitian ini, yaitu untuk mendapatkan kombinasi jenis kemasan serta suhu penyimpanan terbaik bagi produk sup daun torbangun.
pasti mempergunakan bahan baku, bahan penolong dan bahan lainnya dalam menghasilkan produk yang dihasilkan. Permasalah yang dihadapi di perusahaan dalam melakukan persediaan bahan baku sardenkaleng adalah belum adanya perencanaan pengadaan bahan baku untuk proses produksi sardenkaleng sehingga proses produksi belum mencapai hasil yang maksimal. Tujuan skripsi ini adalah 1) Untuk menganalisis mekanisme persediaan bahan baku ikan lemuru di perusahaan, 2) untuk menganalisis jumlah kebutuhan bahan baku yang harus dipesan dalam waktu tertentu, 3) untuk mengetahui perkembangan persediaan bahan baku ikan lemuru untuk proses produksi sardenkaleng per bulan pada tahun 2012. 4) untuk mengetahui produksi sardenkaleng per bulan pada tahun 2012. Analisis yang digunakan dalam menjawab tujuan satu, dua, tiga dan empat yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Analisis deskriptif untuk menjawab tujuan pertama yaitu menggunakan data dari hasil wawancara dan observasi. Sedangkan untuk menjawab tujuan dua dan tiga yaitu menggunakan teknik analisis ini untuk menggambarkan data lapangan secara deskriptif. Hasil analisis deskriptif ini berguna untuk mendukung interprestasi terhadap hasil analisis yang digunakan. data berupa tabel MRP (Material Requirement Planning).