Ibu-ibu kalayak sasaran pengabdian mengikuti dengan penuh antusias dalam semua tahapan pembuatan telurasin aneka rasa tersebut. Berdasarkan pengamatan, bahwa dari kegiatan langsung ini ibu-ibu peserta pelatihan sudah menunjukkan keterampilan yang memadahi jika ingin melanjutkan untuk usaha. Produksi telurasin aneka rasa dari hasil pelatihan ini adalah sebanyak 150 butir (50 butir rasa bawang, 50 butir rasa pedas, dan 50 butir rasa bawang pedas) untuk setiap kelompok Dasa Wisma, setiap anggota mendapatkan bagian 5 butir untuk setiap varian rasa. Total telur yang dibagi untuk setiap kelompok 50 butir, dan 100 butir yang lain dijual di lingkup kelompok masing-masing seharga Rp.3.500,- per butir. Uang hasil dari penjualan telur ini menjadi tambahan kas untuk masing-masing kelompok.
Ibu-ibu kalayak sasaran pengabdian mengikuti dengan penuh antusias dalam semua tahapan pembuatan telurasin tersebut. Berdasarkan pengamatan, bahwa dari kegiatan langsung ini ibu-ibu peserta pelatihan sudah menunjukkan keterampilan yang memadahi jika ingin melanjutkan untuk usaha. Produksi telurasin dari hasil pelatihan ini adalah sebanyak 150 butir telur untuk setiap kelompok Dasa Wisma, setiap anggota mendapatkan bagian 5 butir. Total telur yang dibagi untuk setiap kelompok 50 butir, dan 100 butir yang lain dijual di lingkup kelompok masing-masing seharga Rp.2.000,- per butir. Uang hasil dari penjualan telur ini menjadi tambahan kas untuk masing-masing kelompok.
Proses penyebaran keahlian membuat telurasin dikalangan masyarakat berlangsung secara tradisional, yaitu belejar dari para pendahulunya yang diangggap ahli. Akibat meluasnya tingkat pemintaan barang produksi telurasin mereka, maka keinginan orang untuk menekuni pekerjaan ini semakin meningkat, dan proses belejar pun sangat penting dan sangat diperlukan oleh masyarakat Brebes yang lain. Pada masa tersebut peningkatan yang pesat industri telurasin Brebes selain didukung oleh pemerintah, juga karena jumlah pesanan yang meningkat serta kenyataan yang kemudian didasari oleh masyarakat Brebes bahwa bekerja sebagai pengusaha telurasin dapat menghasilkan pendapatan yang lebih baik. Dahulu, pemasaran telurasin masih terbatas pada pasar-pasar lokal bahkan sebagian hanya sebatas dipergunakan untuk keperluan sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi telurasin yang mengandung antioksidan yang bersumber dari kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), dan membandingkan kandungan gizi dan kualitasnya dengan telurasin yang umumnya dibuat. Pada penelitian dipergunakan dua media pembuatan telurasin yang berbeda: yaitu media kulit buah manggis dan media batu bata dengan penambahan garam yang sama yaitu 3:1. Proses pemeraman (pengasinan) dilakukan selama 10 hari. Parameter yang diamati adalah kandungan antioksidan, kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat, indeks kuning telur, indeks putih telur dan Haugh Unit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya telurasin yang dibuat dengan media kulit buah manggis yang memiliki kandungan antioksidan sebesar 5,76 %. Nilai kadar ari, abu, protein, lemak dan karbohidrat tidak berbeda nyata (P>0,05) diantara kedua telurasin yang dihasilkan dari dua media tersebut. Berdasarkan parameter kualitas telur, kedua media pengasinan yang dipergunakan memproduksi telurasin yang memiliki kualitas tidak berbeda nyata (P>0,05). Dapat disimpulkan bahwa kulit buah manggis dapat dipergunakan sebagai media pembuatan telurasin, dimana telurasin yang dihasilkan memiliki keunggulan yaitu adanya kandungan antioksidan.
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui sifat organoleptik telur bebek yang diasinkan dengan lumpur sawah dan telur bebek yang diasinkan dengan serbuk batu bata merah. 2) Untuk mengetahui populasi bakteri. Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) pola 1 faktor yaitu media untuk perendaman telur asin.Populasi dalam penelitian ini adalah telur bebek di daerah Janti, Polanharjo, Klaten, dengan jumlah sampel 20 telur.Teknik pengambilan data yang digunakan metode eksperimen dan angket.Parameter penelitian ini adalah uji organoleptik dan mikrobiologi.Teknik analisis data menggunakan teknik analisis uji organoleptik dan uji populasi bakteri. Berdasarkan dari analisis uji organoleptik telur dengan perendaman lumpur sawah diperoleh hasil warna putih telur putih, kuning telur kemerahan, aroma agak amis, rasa asin, tekstur agak kenyal dan agak masir. Perendaman telurasin dengan menggunakan serbuk batu bata merah diperoleh hasil warna putih telur putih, kuning telur kemerahan, aroma sedikit amis, rasa asin, tekstur kenyal dan masir, yang berarti bahwa ada perbedaan sifat organoleptik telurasin dengan menggunakan perendaman lumpur sawah dan serbuk batu bata merah, yaitu aroma dan tekstur telurasin. Analisis uji populasi bakteri telurasin dengan perendaman lumpur sawah diperoleh jumlah bakteri lebih banyak dibandingkan dengan perendaman menggunakan serbuk batu bata merah.Jumlah bakteri pada telur dengan perendaman lumpur sawah 292.500 bakteri/gram sedangkan telur dengan perendaman serbuk batu bata merah jumlah bakteri 14.000 bakteri/gram. Kesimpulan pada penelitian ini adalah : 1) Organoleptik telurasin hasil perendaman lumpur sawah dan serbuk batu bata merah hampir sama yaitu warna putih telur putih, kuning telur kemerahan dan rasa asin, kecuali aroma dan tekstur. Aroma telurasin hasil perendaman lumpur sawah agak amis sedangkan telurasin hasil perendaman serbuk batu bata merah sedikit amis. Tekstur telur sawah hasil perendaman lumpur sawah agak kenyal dan agak masir sedangkan telurasin hasil perendaman serbuk batu bata merah kenyal dan masir. 2) Telurasin hasil perendaman lumpur sawah mengandung lebih banyak mengandung bakteri yaitu 292.500 bakteri/gram, dibandingkan telurasin hasil serbuk batu bata merah sebesar 14.000 bakteri/gram.
proses pengasinan telurasin. Dalam penelitian ini abu pelepah kelapa dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan telurasin dengan penambahan sari buah nanas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar protein dan organoleptik telurasin hasil pengasinan menggunakan abu pelepah kelapa dengan penambahan sari buah nanas. Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktor tunggal yaitu penambahan volume sari buah nanas dengan 4 perlakuan yaitu T 0 (kontrol), T 1 (25 ml), T 2 (50 ml), T 3
Telurasin adalah produk makanan Cina yang diawetkan dan dibuat dengan merendam telur itik dalam air garam, atau kemasan setiap telur di tempat yang lembab, asin arang. Di supermarket Asia, telur ini kadang-kadang dijual tertutup lapisan tebal asin pasta arang. Telur juga dapat dijual dengan pasta arang yang telah dihapus, dibungkus plastik, dan dikemas vakum. Dari proses penggaraman, telurasin memiliki aroma asin, telur sangat cairan putih dan sebuah perusahaan bertekstur, bulat kuning yang berwarna oranye-merah cerah.
Dalam pembuatan telurasin dalam praktek kali ini ada beberapa perlakuan yaitu memilih telur yang bermutu baik (tidak retak atau busuk), mengapa harus dalam kondisi baik? Hal ini dilakukan agar telurasin yang dihasilkan bermutu dan sesuai dengan keinginan dan praktikum berjalan lancar. Kemudian, telur dibersihkan dengan jalan mencuci kemudian keringkan, lalu amplas seluruh permukaan telur agar pori-porinya terbuka sehingga saat dibungkus dengan adonan garam dapat meresap ke dalam telur. Buat adonan pengasin yang terdiri dari campuran abu gosok dan garam, dengan perbandingan sama (1:1) dalam hal ini garam yang digunakan adalah garam dapur (NaCl). Garam dalam bagian ini berfungsi sebagai pencipta rasa asin dan sekaligus bahan pengawet karena dapat mengurangi kelarutan oksigen (oksigen diperlukan oleh bakteri), menghambat kerja enzim proteolitik (enzim perusak protein), dan menyerap air dari dalam telur. Berkurangnya kadar air menyebabkan telur menjadi lebih awet. Garam (NaCl) akan masuk ke dalam telur dengan cara merembes melalui pori-pori kulit, menuju ke bagian putih, dan akhirnya ke kuning telur (Sarwono, 1985). Garam NaCl mula-mula akan diubah menjadi ion natrium (Na+) dan ion chlor (Cl-). Ion chlor inilah yang sebenarnya berfungsi sebagai bahan pengawet, dengan menghambat pertumbuhan mikroba pada telur. Langkah selanjutnya yaitu air ditambahkan ke dalam adonan kemudian aduk sampai adonan berbentuk pasta sehingga mudah untuk membungkus telur. Bungkus telur dengan adonan satu persatu secara merata sekeliling permukaan telur, kira-kira setebal 1-2 mm. Simpan telur dalam wadah plastik selama 1-2 minggu, pada perlakuan ini telur yang makin lama dibungkus dengan adonan, makin banyak garam yang merembes masuk ke dalamnya, sehingga telur menjadi semakin awet dan asin.
Strategi pemasaran adalah rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu di bidang pemasaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran. Prinsip pemasaran Islami yaitu: berlaku adil, tanggap terhadap perubahaan, berbuat yang terbaik dari sisi produk dan harga, rela sama rela dan adanya hak khiyar pada pembeli (hak pembatalan terhadap transaksi), dan berorientasi kualitas. Toko TelurAsin Furi Jaya adalah salah satu unit usaha pembuatan telurasin yang terletak di Desa Cigedog Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes. Bahan baku yang digunakan dalam kegiatan produksi berupa telur bebek, garam, dan adonan lain dapat dinyatakan halal baik dilihat dari aspek bahannya maupun cara memperolehnya. Cara pengolahan bahan baku telurasin pun dilakukan dengan baik seperti penggunaan air yang bersih, tempat yang bersih dan peralatan yang steril.
Dikemukakan oleh Astawan (2006) selain baunya yang lebih amis, telur itik juga mempunyai pori-pori kulit yang lebih besar, sehingga sangat baik untuk diolah menjadi telurasin. Menurut Suharno (2003) telur itik yang akan diasinkan harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya: a) telur masih segar dan baru, b) telur harus bersih dari kotoran, c) kulit telur masih utuh dan tidak retak dan d) sebelum diasinkan sebaiknya diampelas untuk memudahkan proses pengasinan. Dibanding telur ayam, telur itik mengandung protein, kalori dan lemak lebih tinggi.
Sicincin merupakan salah satu produsen telurasin yang cukup besar di Padang Pariaman. Jumlah produsen telurasin di daerah ini berkisar antara 8-10 produsen, dengan produksi harian rata-rata sekitar 500-1500 butir telur untuk satu produsen, namun pada waktu lebaran sampai 2000-5000 butir, namun pemasaran terbesar hanya di daerah ini saja, memiliki rasa khas, disukai sehingga masih terbuka peluang pemasaran yang lebih luas sebagai makanan khas dari Sicincin. Faktor terpenting yang menjadi kendala pemasaran adalah umur simpan telurasin yang pendek (paling lama sekitar 2-3 hari) dan mutu yang kurang konsisten. Metode pelaksanaan kegiatan ini adalah penyuluhan, demonstrasi, pelatihan, konsultasi dan diskusi dilanjutkan dengan evaluasi. Kelompok usaha telurasin Sicincin sangat antusias dengan hadirnya 1) pengenalan teknologi pengolahan dengan berbagai metode yang dapat memperpanjang umur simpan hingga 1 bulan atau lebih dan 2) demonstrasi dan pelatihan berbagai telurasin aneka rasa dengan label dan kemasan yang menarik. Kelompok usaha telurasin di Sicincin disarankan untuk menerapkan teknologi pengolahan dengan metode yang tepat dan aneka rasa telurasin dengan label dan kemasan yang menarik untuk meningkatkan mutu produknya.
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui sifat organoleptik telur bebek yang diasinkan dengan lumpur sawah dan telur bebek yang diasinkan dengan serbuk batu bata merah. 2) Untuk mengetahui populasi bakteri. Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) pola 1 faktor yaitu media untuk perendaman telurasin. Populasi dalam penelitian ini adalah telur bebek di daerah Janti, Polanharjo, Klaten, dengan jumlah sampel 20 telur. Teknik pengambilan data yang digunakan metode eksperimen dan angket. Parameter penelitian ini adalah uji organoleptik dan mikrobiologi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis uji organoleptik dan uji populasi bakteri. Berdasarkan dari analisis uji organoleptik telur dengan perendaman lumpur sawah diperoleh hasil warna putih telur putih, kuning telur kemerahan, aroma agak amis, rasa asin, tekstur agak kenyal dan agak masir. Perendaman telurasin dengan menggunakan serbuk batu bata merah diperoleh hasil warna putih telur putih, kuning telur kemerahan, aroma sedikit amis, rasa asin, tekstur kenyal dan masir, yang berarti bahwa ada perbedaan sifat organoleptik telurasin dengan menggunakan perendaman lumpur sawah dan serbuk batu bata merah, yaitu aroma dan tekstur telurasin. Analisis uji populasi bakteri telurasin dengan perendaman lumpur sawah diperoleh jumlah bakteri lebih banyak dibandingkan dengan perendaman menggunakan serbuk batu bata merah. Jumlah bakteri pada telur dengan perendaman lumpur sawah 292.500 bakteri/gram sedangkan telur dengan perendaman serbuk batu bata merah jumlah bakteri 14.000 bakteri/gram. Kesimpulan pada penelitian ini adalah : 1) Organoleptik telurasin hasil perendaman lumpur sawah dan serbuk batu bata merah hampir sama yaitu warna putih telur putih, kuning telur kemerahan dan rasa asin, kecuali aroma dan tekstur. Aroma telurasin hasil perendaman lumpur sawah agak amis sedangkan telurasin hasil perendaman serbuk batu bata merah sedikit amis. Tekstur telur sawah hasil perendaman lumpur sawah agak kenyal dan agak masir sedangkan telurasin hasil perendaman serbuk batu bata merah kenyal dan masir. 2) Telurasin hasil perendaman lumpur sawah mengandung lebih banyak mengandung bakteri yaitu 292.500 bakteri/gram, dibandingkan telurasin hasil serbuk batu bata merah sebesar 14.000 bakteri/gram.
Korong Bari Kanagarian Sicincin merupakan salah satu daerah produsen telurasin yang cukup besar di Padang Pariaman, sekitar 5 produsen, dengan rata-rata produksi per hari sekitar 500 – 1500 butir telurasin dan harga telurasin Rp. 2000,-/ butir. Permasalahan yang dihadapi masyarakat adalah pengasinan dangan menggunakan medium: garam, abu dapur dan air, waktu pemeraman yang lebih pendek yaitu 3 hari. Namun kelemahan dari pengasinan cara ini adalah telurasin yang dihasilkan kurang awet, hanya tahan selama 2 hari. Jadi diperlukan perlakuan lain terhadap telurasin ini sehingga daya simpannya dapat diperpanjang dan kualitas gizi dapat dipertahankan. Tujuan kegiatan ini untuk memberikan pengetahuan kepada produsen telurasin bagaimana penerapan teknologi proses penyangraian pada telurasin dapat menambah masa simpan telurasin dan dapat mempertahan kualitas gizi dan cita rasanya. Metode pelaksanaan kegiatan ini adalah dengan melakukan penyuluhan, pelatihan dan percontohan tentang manfaat dari teknologi proses penyangraian yang diterapkan pada telurasin serta konsultasi dan diskusi dan diikuti dengan evaluasi. Telurasin yang diolah dengan menerapkan teknologi proses penyangraian merupakan perbaikan mutu dari produk telurasin dengan kelebihan lebih tahan lama, karena pada proses penyangraian akan terjadi pengurangan kadar air telur, sehingga telur lebih awet. Selain itu kelebihan lain yaitu rasa amis yang kurang terasa, tekstur putih dan kuning telur yang lebih halus.
Telurasin merupakan makanan khas Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Telurasin adalah telur bebek yang telah melalui proses tertentu untuk menjadikan rasanya asin. Dari jenis telur bebek yang dihasilkan telurasin dibedakan menjadi telurasin biasa dan telurasin organik atau lebih dikenal dengan telurasin pangon. Cara penyajiannya pun bermacam-macam, dahulu orang hanya mengetahui telurasin direbus atau digoreng. Kini telurasin muncul dengan cara penyajian yang berbeda, ada yang dipanggang, dibakar, direbus dan ada variasi rasa madu bahkan stroberry.
adalah campurkan bahan-bahan abu gosok atau bubuk bata merah dalam wadah bersama bubuk garam serta campuran bahan penambah rasa, misalnya jahe. Untuk membuatnya kental, tambahkan air secukupnya. Setelah dihasilan kekentalan yang pas, balurkanlah adonan tersebut pada telur yang telah dibersihkan sebelumnya. Setelah itu simpanlah dalam wadah penyimpanan yang telah disediakan selama tujuh hari hingga sepuluh hari, tergantung kadar asin yang Anda inginkan.Selain membaluri telur dengan adonan garam tadi, cara membuat telurasin aneka rasa juga bisa dengan metode perendaman telur bersama
Telur banyak dikonsumsi oleh masyarakat kita sebagai sumber protein. Namun demikian, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kemunculan berbagai jenis makanan yang berprotein tinggi dengan rasa yang menggiurkan untuk dicoba. Oleh karena itu dalam rangka bersaing dengan jenis-jenis makanan tersebut perlu dilakukan terobosan baru agar minat konsumen terhadap telurasin tetap ada.
Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi telurasin yang mengandung antioksidan yang bersumber dari kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), dan membandingkan kandungan gizi dan kualitasnya dengan telurasin yang umumnya dibuat. Pada penelitian dipergunakan dua media pembuatan telurasin yang berbeda: yaitu media kulit buah manggis dan media batu bata dengan penambahan garam yang sama yaitu 3:1. Proses pemeraman (pengasinan) dilakukan selama 10 hari. Parameter yang diamati adalah kandungan antioksidan, kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat, indeks kuning telur, indeks putih telur dan Haugh Unit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya telurasin yang dibuat dengan media kulit buah manggis yang memiliki kandungan antioksidan sebesar 5,76 %. Nilai kadar ari, abu, protein, lemak dan karbohidrat tidak berbeda nyata (P>0,05) diantara kedua telurasin yang dihasilkan dari dua media tersebut. Berdasarkan parameter kualitas telur, kedua media pengasinan yang dipergunakan memproduksi telurasin yang memiliki kualitas tidak berbeda nyata (P>0,05). Dapat disimpulkan bahwa kulit buah manggis dapat dipergunakan sebagai media pembuatan telurasin, dimana telurasin yang dihasilkan memiliki keunggulan yaitu adanya kandungan antioksidan.
Telur merupakan salah satu produk unggas yang memiliki kandungan gizi lengkap yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin. Telur yang banyak dikonsumsi adalah telur bebek, telur ayam dan telur puyuh. Di Indonesia jumlah telur yang tersedia sangat banyak yaitu sebesar 1,378 ton. Sumbangan telur terbesar adalah dari jenis ayam petelur dengan total 69,57%. Telur ayam buras dan telur itik menyumbang masing- masing 12,16% dan 18,26%, tetapi dalam kenyataannya telur – telur busuk sebelum dimanfaatkan atau dikonsumsi karena kurangnya masa simpan dari telur-telur tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi masalah pembusukan telur yaitu dengan membuat telurasin.
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat dimanfaatkan sebagai lauk, bahan pencampur berbagai makanan, tepung telur, obat, dan lain sebagainya. Telur terdiri dari protein 13 %, lemak 12 %, serta vitamin, dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti : besi, fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein (50%) dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60 % dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat. Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur. Oleh sebab itu usaha pengawetan sangat penting untuk mempertahankan kualitas telur.
sehingga seluruh permukaan telur terbungkus oleh adonan, kemidian setelah terbungkus adonan letakkan diatas nyiru yang berisi bata merah kering sambil diguling-gulingkan sehingga telur terbungkus oleh bata merah halus kering.