Penelitian ini dilatarbelakangi oleh temuan penelitian terdahulu yang menujukkan masih terindikasinya pembelajaran IPA yang tidak memberikan siswa kesempatan untuk mengembangkan kemampuanberpikirkritis. Pembelajaran IPA hanya sebatas menghafal teori, penyampaian materi dalam bentuk permasalahan jarang diberikan, dan siswa kurang terlibat dalam pembelajaran. Ini menyebabkan kemampuanberpikirkritissiswa dalam pembelajaran IPA masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran learning cycle 7e terhadap kemampuanberpikirkritissiswa dalam pembelajaran IPA materi cahaya dan sifatnya. Metode penelitian yang dipilih adalah kuasi eksperimen dengan the nonequivalent control group design. Sampel yang digunakan sejumlah 71 siswa yang terdiri dari siswakelas VB dan VC di satu sekolah dasar negeri di Kecamatan Cikampek Karawang. Penelitian ini menggunakan instrumen tes berbentuk essay, lembar observasi aktivitas siswa dan guru. Hasil uji beda rata – rata skor pretest menunjukkan sig.(2-tailed) > α (0,05), artinya bahwa kelaseksperimen dan kontrol memilik kemampuan yang setara sebelum adanya perlakuan. Sedangkan hasil uji beda rata – rata skor posttest menunjukkan sig.(2-tailed) < α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapatperbedaan signifikan antara siswa yang belajar IPA dengan menerapkan model learning cycle 7e dan siswa yang belajar IPA tanpa menerapkan model learning cycle 7e. N-gain kelaseksperimen menujukkan rata – rata peningkatan dengan kategori sedang. Sedangkan n-gain kelas kontrol menujukkan rata – rata peningkatan dengan kategori rendah. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran IPA dengan menerapkan model learning cycle 7e lebih efektif meningkatkan kemampuanberpikirkritissiswa dibandingkan pembelajaran IPA tanpa menerapkan model learning cycle 7e.
1. Pencapaian kemampuanberpikirkritismatematissiswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi secara signifikan dibanding siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. Namun, pencapaian yang diperoleh pada kelompok PBM masih tergolong sedang. Walaupun belum mencapai hasil yang diharapkan namun pencapaian siswa yang tergolong dalam kategori KAM sedang di kelas PBM mempunyai hasil yang dapat menyamai siswa yang berada pada kategori KAM tinggi pada kelas PB. 2. Peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswa yang memperoleh
2. Peningkatankemampuanberpikir kreatif matematissiswa yang mendapat pembelajaran dengan Accelerated Learning ditinjau lebih rinci berdasarkan masing-masing kategori KAM, hanya siswa dengan kategori KAM sedang dan rendah peningkatankemampuanberpikir kreatif matematissiswa pada kelas yang memperoleh pembelajaran dengan Accelerated Learning lebih baik daripada kelas yang memperoleh pembelajaran konvensional, sedangkan pada kategori KAM tinggi peningkatankemampuanberpikir kreatif matematissiswa yang memperoleh pembelajaran dengan Accelerated Learning tidak lebih baik dari siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
This research aims to know the ability of critical thinking and logical thingking mathematic and self regulated of students’ who were taught by learning cycle 5e and discovery learning. This research is quasi-experiment. The research instrument is test of critical thinking and logical thinking mathematic and non-test (aptitude scale of self regulated learning). The research population is VIII grade students of SMPN 4 Cimahi. The samples taken were two classes out of nine available classes. The instrument used in this research is test of critical thinking and logical thinking mathematic in essay and questionnaires for self regulated learning. Based on the result of the research, it is found that (1) there is no different improvement of students’ critical t hinking and logical thingking mathematic between students taught by using Learning Cycle 5e model and students taught by using discovery learning model; (2) there is no different improvement of students’ critical thinking and logical thingking mathematic between students taught by using Learning Cycle 5e model and students taught by using discovery learning model in viewed in each KAM (high, medium and low); (3) there is different improvement of critical thinking and logical thingking mathematic of stude nts’ taught by using Learning Cycle 5e model viewed in KAM (high, medium and low); (4) there is different improvement of critical thinking and logical thingking mathematic of students’ taught by using discovery learning model viewed in KAM (high, medium and low); (5) there is different self regulated learning of students’ between students taught by using Learning Cycle 5e model and students taught by using discovery learning model
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuanberpikirkritis dan pentingnya kemampunan berpikirkritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Peningkatankemampuanberpikirkritissiswa antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran integratif lebih baik atau tidak lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional 2)Kualitas peningkatankemampuanberpikirkritissiswa antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran integratif dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional 3)Sikap siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran integratif. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian matching pretest-postest control group design. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposif sampel dengan tujuan ingin mengetahui pengaruh model pembelajaran integratif terhadap kemampuanberpikirkritismatematis, berdasarkan pertimbangan guru Matematika di sekolah diambil dua kelas masing-masing sebagai kelaseksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran integratif dan kelas kontrol melalui model pembelajaran konvensional. Materi pokok dalam penelitian ini adalah segiempat. Data diperoleh dari hasil pre-test dan pos-test kemampuanberpikirkritismatematis, angket sikap siswa dan lembar observasi. Hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian adalah: 1)Peningkatankemampuanberpikirkritissiswa yang belajar dengan model pembelajaran integratif lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional2)Kualitas peningkatankemampuanberpikirkritissiswa yang belajar dengan model pembelajaran integratif tergolong sedang dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional tergolong rendah 3)Sikap siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran integratif secara umum adalah positif.
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan disain kelompok kontrol tidak ekivalen karena tidak adanya pengacakan dalam menentukan subjek penelitian. Peneliti tidak membentuk kelas baru berdasarkan pemilihan sampel secara acak. Subjek sampel diambil dua kelas dari kelas VII siswa MTs Negeri Cikembar Kabupaten Sukabumi, satu kelas sebagai kelaseksperimen dengan pembelajaran generatif dan satu kelas sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan adalah tes dan non tes. Hasil studi penelitian ini adalah: 1) peningkatankemampuanberpikir kreatif siswa yang mengikuti pembelajaran generatif lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran matematika secara konvensional ditinjau dari pencapaian hasil belajar dan peningkatankemampuanberpikir kreatif. Kemampuanberpikir kreatif kelaseksperimen termasuk pada kategori sedang sedangkan kelas kontrol termasuk kategori rendah.2) terdapatperbedaanpeningkatankemampuanberpikir kreatif matematik antara siswakemampuan tinggi, sedang, dan rendah yang mendapat pembelajaran generatif, 3) disposisi matematik siswa yang mengikuti pembelajaran matematika melalui pembelajaran generatif lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran matematika secara konvensional, disposisi matematik siswa pada kelaseksperimen termasuk pada kategori sedang, sedangkan pada kelas kontrol disposisi matematik termasuk pada kategori rendah. 4) terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kemampuan awal siswa dalam menghasilkan kemampuanberpikir kreatif. 5) terdapat asosiasi antara kemampuanberpikir kreatif matematik dengan disposisi matematik, kategori asosiasinya tinggi.
Tujuan utama penelitian ini untuk menyelidiki pencapaian dan peningkatankemampuanberpikirkritis dan kreatif matematis serta pencapaian self confidence siswa, sebagai akibat dari pembelajaran dengan pendekatan Differentiated Instruction dan pembelajaran biasa. Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan pretest-posttest control grup design. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa (1) Secara keseluruhan peningkatankemampuanberpikirkritissiswa yang mendapat pembelajaran DI lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran biasa. Namun berdasarkan kategori KAM (atas, tengah, dan bawah), untuk kategori KAM atas dan tengah peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswa yang mendapat pembelajaran DI lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran biasa, sedangkan untuk kategori KAM bawah tidak terdapatperbedaanpeningkatankemampuanberpikirkritismatematis, (2) Secara keseluruhan tidak terdapatperbedaan pencapaian dan peningkatankemampuanberpikir kreatif antara siswa yang mendapat pembelajaran DI dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa. Begitu juga berdasarkan kategori KAM (atas, tengah, bawah), tidak terdapatperbedaan pencapaian dan peningkatankemampuanberpikir kreatif antara siswa yang mendapat pembelajaran DI dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa, (3) Secara keseluruhan tidak terdapatperbedaan pencapaian dan peningkatan self confidence antara siswa yang mendapat pembelajaran DI dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa. Begitu juga berdasarkan kategori KAM (atas, tengah, bawah), tidak terdapatperbedaan pencapaian dan peningkatan self confidence antara siswa yang mendapat pembelajaran DI dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa, (4) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan KAM terhadap pencapaian kemampuanberpikir kreatif dan self confidence siswa. Sedangkan untuk kemampuanberpikirkritismatematis, terdapat interaksi antara pembelajaran dan KAMsiswa, (5) Terdapat asosiasi antara kemampuanberpikirkritis dan kreatif matematis serta antara kemampuanberpikirkritis dan self confidence siswa. Sedangkan antara kemampuanberpikir kreatif dan self confidence siswa tidak terdapat asosiasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat mana yang lebih baik peningkatankemampuanberpikirkritismatematis dan kemampuan disposisi matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran konflik kognitif dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan mix method dengan strategi embedded konkuren, merupakan metode penelitian yang mengkombinasikan penggunaan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara simultan/ bersama-sama (atau sebaliknya), tetapi bobot metodenya berbeda. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI Multimedia SMK Pelita Jatibarang, Kabupaten Indramayu. Instrumen yang digunakan meliputi soal tes kemampuanberpikirkritismatematis, skala angket kemampuan disposisi matematissiswa, observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Terdapatperbedaanpeningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswa yang memperoleh pembelajaran konflik kognitif dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, 2) Peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswa yang memperoleh pembelajaran konflik kognitif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajarankonvensiona dilihat dari kemampuan awal matematika (tinggi, sedang, dan rendah), 3) Terdapatperbedaanpeningkatankemampuan disposisi matematissiswa yang memperoleh pembelajaran konflik kognitif dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, dan 4) Peningkatankemampuan diposisi matematissiswa yang memperoleh pembelajaran konflik kognitif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional dilihat dari hasil skor angket.
Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) kemampuanberpikirkritismatematissiswakelas CPS lebih tinggi daripada kelas PK; (2) peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswakelas CPS lebih tinggi daripada kelas PK; (3) terdapatperbedaanpeningkatankemampuanberpikirkritismatematiskelas CPS antara seluruh siswaKAM sedang dengan rendah, KAM tinggi dengan rendah, namun tidak terdapatperbedaan pada KAM tinggi dengan sedang; (4) terdapatperbedaanpeningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswakelas PCPS dan PK berdasarkan kemampuan awal matematika siswa seluruhnya; (5) Peningkatan Self-Efficacy matematissiswa yang memperoleh pembelajaran CPS lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran Konvensional; (6) terdapatperbedaanpeningkatan self-efficacy matematissiswakelas PCPS ditinjau berdasarkan KAM (tinggi, sedang, dan rendah).
Penelitian ini berjudul PeningkatanKemampuanBerpikirKritisMatematisSiswa SMP melalui Model Problem-Based Learning dan Project-Based Learning . Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penelitian-penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa kemampuanberpikirkritismatematissiswa dapat ditingkatkan melalui penerapan model problem-based learning atau model project-based learning . Untuk mengetahui besar perbedaanpeningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswa melalui penerapan kedua model tersebut, maka perlu diteliti mengenai perbandingan kemampuanberpikirkritismatematis melalui penerapan kedua model tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaanpeningkatankemampuanberpikirkritismatematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran model problem-based learning dan siswa yang mendapatkan pembelajaran model project-based learning . Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran melalui model problem-based learning dan pembelajaran melalui model project-based learning . Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMP negeri di Bandung dengan sampel penelitian adalah kelas VII. Data penelitian diperoleh dari hasil tes kemampuanberpikirkritismatematis, angket sikap siswa, lembar observasi, dan jurnal harian siswa dengan pengolahan data menggunakan software SPSS versi 20 for windows . Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak terdapatperbedaanpeningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswa yang pembelajarannya melalui model problem-based learning dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model project-based learning ; (2) Kualitas peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswa yang mendapatkan pembelajaran model problem-based learning dan kualitas peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswa yang mendapatkan pembelajaran model problem-based learning tergolong sedang; (3) Secara umum, sikap siswa terhadap model problem-based learning adalah positif (91,47%) dan sikap siswa terhadap model project-based learning adalah positif (86,27%).
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuanberpikirkritis, penalaran, dan disposisi matematissiswa SMP yang masih rendah sementara tujuan pendidikan itu sendiri antara lain membekali siswaberpikirkritis dan menggunakan penalaran. Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuanberpikirkritis, penalaran, dan disposisi matematissiswa, dilakukan pembelajaran dengan strategi abduktif-deduktif (PSAD). Pembelajaran ini erat kaitannya dengan kemampuanberpikirkritis dan penalaran sehingga diharapkan penerapan pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuanberpikirkritis dan penalaran serta menumbuhkan disposisi matematissiswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswakelas VII SMP. Sementara sampel penelitian ini adalah kelas VII A dan VII B SMP Labschool. Pokok bahasan yang dijadikan bahan ajar adalah bangun datar meliputi luas daerah dan keliling segitiga dan segiempat. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuanberpikirkritismatematis yang disusun berdasarkan indikator kemampuanberpikirkritis menurut Ennis, dan instrumen tes kemampuan penalaran matematis yang disususn berdasarkan indikator kemampuan penalaran menurut Sumarmo, instrumen non tes yang disusun berdasarkan indikator disposisi menurut Polking, serta lembar observasi pembelajaran PSAD. Berdasarkan analisis pada seluruh tahapan penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Secara keseluruhan pencapaian dan peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswa yang memperoleh pembelajaran dengan Strategi Abduktif-Deduktif (PSAD) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. 2) Seluruh Kategori KAM (atas, tengah, bawah) menunjukkan pencapaian kemampuanberpikirkritissiswa yang mendapat pembelajaran dengan Strategi Abduktif-Deduktif (PSAD) lebih baik daripada yang memperoleh pembelajaran konvensional. Sedangkan untuk
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui peningkatankemampuanberpikirkritismatematis dan motivasi belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional maupun pendekatan kontekstual, 2) mengetahui ada tidaknya perbedaan antara penggunaan pembelajaran konvensional dengan pendekatan kontekstual terhadap kemampuanberpikirkritismatematis dan motivasi belajar siswa. Metode yang digunakan yaitu eksperimen dengan desain kelompok kontrol pretes-postes. Populasinya adalah seluruh siswa SDN 3 Karangsembung Kecamatan Karangsembung Kabupaten Cirebon. Sementara, sampelnya adalah siswakelas IVA (kelaseksperimen) dan siswakelas IVB (kelas kontrol). Instrumen yang digunakan berupa soal tes kemampuanberpikirkritismatematis, lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa, angket dan jurnal harian siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatankemampuanberpikirkritismatematis dan motivasi belajar siswa yang menggunakan pendekatan kontekstual lebih baik secara signifikan dengan konvensional. Selain itu, kinerja guru yang optimal dan aktivitas siswa yang baik menjadi faktor pendukung pembelajaran kontekstual. siswa merespon positif terhadap pembelajaran.
2. Seluruh Kategori KAM (atas, tengah, bawah) menunjukkan pencapaian kemampuanberpikirkritissiswa yang mendapat pembelajaran dengan Strategi Abduktif-Deduktif (PSAD) lebih baik daripada yang memperoleh pembelajaran konvensional. Sedangkan untuk peningkatan, hanya siswa dengan kategori KAM tengah dan bawah peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswa pada kelas yang memperoleh pembelajaran dengan Strategi Abduktif-Deduktif (PSAD) lebih baik daripada kelas yang memperoleh pembelajaran konvensional, sementara pada kategori KAM atas peningkatankemampuanberpikirkritissiswa yang memperoleh pembelajaran dengan Strategi Abduktif-Deduktif (PSAD) tidak lebih baik dari siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Walaupun demikian, peningkatankemampuanberpikirkritismatematisKAM atas siswa yang memperoleh pembelajaran dengan Strategi Abduktif-Deduktif (PSAD) mencapai kategori tinggi, sedangkan pada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional mencapai kategori sedang.
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen tentang peningkatankemampuan pemecahan masalah dan berpikirkritismatematissiswakelas VIII melalui pembelajaran berbasis masalah, dengan tujuan untuk menelaah peningkatankemampuan pemecahan masalah dan berpikirkritismatematissiswa yang belajar dengan pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan siswa yang belajar dengan pembelajaran ekspositori. Penelitian ini dilakukan pada siswakelas VIII salah satu SMP Negeri Kota Bandung, dengan sampel dipilih dua kelas secara purposive sample dari dua belas kelas sebagai kelaseksperimen dan kelas kontrol. Kelaseksperimen memperoleh pembelajaran berbasis masalah dan kelas kontrol memperoleh pembelajaran ekspositori. Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan pemecahan masalah dan berpikirkritis. Untuk melihat adanya pencapain dan peningkatankemampuan pemecahan masalah dan berpikirkritismatematissiswa pada kelaseksperimen dan kelas kontrol, dilakukan pengujian dengan menggunakan uji-t dan Mann-Whitney. Hasil pengujian dianalisis dengan menggunakan Minitab 17. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa (1) Pencapaian kemampuan pemecahan masalah dan berpikirkritismatematissiswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori; (2) Peningkatankemampuan pemecahan masalah dan berpikirkritismatematissiswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori.
Galton (Suherman, 2003 : 159) berasumsi bahwa suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa membedakan antara siswa yang pandai, rata- rata, dan yang bodoh karena dalam suatu kelas biasanya terdiri dari ketiga kelompok tersebut. Daya Pembeda (DP) dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (atau testi yang menjawab salah). Dalam Depdiknas, 2002 rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal uraian (Dainah, 2012: 32), sebagai berikut:
1. Pembelajaran berbasis masalah hendaknya digunakan sebagai salah satu alternatif pendekatan pembelajaran matematika bagi guru untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis, komunikasi matematis dan representasi matematissiswa baik pada sekolah level tinggi maupun sedang. 2. Karena dalam pembelajaran berbasis masalah memerlukan waktu yang relatif
Dalam Kurikulum 2006 dijabarkan ruang lingkup yang dibahas dalam IPA, yaitu makhluk hidup dan proses kehidupan, benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya, energi dan perubahannya serta bumi dan alam semesta. IPA dapat melatih siswa untuk dapat mengasah dan mengembangkan kemampuan- kemampuansiswa antara lain kemampuan mengamati, kemampuan mengukur, kemampuan berhipotesis, kemampuanberpikirkritis, kemampuan menarik kesimpulan. Untuk memudahkan penguasaan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan pengalaman langsung, dimana siswa sendiri yang berperan sebagai subjek pembelajaran dan guru sebagai fasilitator bagi siswa. Hal ini tercantum dalam kurikulum 2006:
1. Rekomendasi untuk Dinas Pendidikan, terkait dengan inovasi dan peningkatan mutu pendidikan, khususnya di Sekolah Dasar yang lebih luas menjadi tanggung jawab Dinas Pendidikan, perlu menyosialisasikan model pembelajaran STS yang dikembangkan dalam penelitian ini sebagai alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam pelajaran IPS di kelas IV atau di kelas-kelas lainnya dengan beberapa penyesuaian khususnya pada topik yang berkenaan dengan perkembangan teknologi. 2. Bagi para guru, model pembelajaran STS merupakan salah satu model yang
2. Bagi pihak sekolah, diharapkan untuk terus mengikuti berbagai seminar, lokakarya, semiloka, dan diklat, yang dilaksanakan oleh institusi pendidikan, terutama berkenaan dengan proses pengajaran dan pembelajaran sehingga inovasi-inovasi dalam pembelajaran semakin berkembang yang pada akhirnya hasil belajar siswa semakin meningkat. Serta agar meningkatkan monitoring khususnya mata pelajaran ekonomi dalam membahas kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama kegitan belajar mengajar. Sehingga peningkatan standar bagi kompetensi guru juga perlu diperhatikan agar guru-guru di sekolah mampu menerapkan model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuanberpikirkritissiswa. 3. Bagi peneliti selanjutnya, agar diadakan penelitian lanjutan dengan
Pembelajaran berpengaruh terhadap disposisi matematis, KAMsiswa juga berpengaruh terhadap disposisi matematis, tetapi tidak terdapat pengaruh interaksi antar pembelajaran dan KAMsiswa terhadap disposisi matematis. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor pembelajaran dan KAM tidak bersama- sama berpengaruh terhadap disposisi matematissiswa.