Kegiatan produksi menunjukkan kepada upaya pengubahan input atau sumber daya menjadi output (barang atau jasa). Input segala bentuk sumber daya yang digunakan dalam pembentukan output. Secara luas, input dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu tenaga kerja dan kapital.
72
pembongkaran rumah – rumah yang tidak berpenghuni dan pembuangan sampah – sampah yang telah lama menumpuk, penggantian bahan bangunan secara serempak, pemilihan bahan bangunan yang standart, proses pengolahan limbah yang baik dan benar, pembuatan septicktank komunal, sampai pembuatan ruang bermain anak yang ramah lingkungan. Untuk itu di perlukan peran pemerintah setempat untuk bersama-sama mengajak dan menghimbau masyarakat untuk memajukan taraf kehidupan dari segala aspek demi kesejahteraan hidup masyarakat. Mulai dari pemahaman tentang rumah sehat, menjaga ekosistem alam dari pencemaran, rumah berwawasan lingkungan hingga pentingnya gotongroyong.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila pendapatan penduduk mengalami peningkatan yang cukup hingga mampu memenuhi kebutuhan dasar untuk kehidupannya. Sektor perikanan merupakan salah satu sasaran pemerintah dalam usaha meningkatkan ekspor non migas, penyediaan lapangan kerja, sumber devisa dan untuk gizi makanan. Sumber daya perikanan sebenarnya secara potensial dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahtraan nelayan, namun pada kenyataannya masih cukup banyak nelayan yang belum dapat meningkatkan hasil tangkapannya, sehingga tingkat pendapatan nelayan tidak meningkat.
Penggunaan garam beriodium di rumah tangga sangat dianjurkan karena fungsi iodium yang sangat penting bagi tubuh manusia. Survei ini bertujuan untuk menguji kandungan iodium secara kualitatif serta mempelajari penggunaan garam beriodium di tingkat rumah tangga di KecamatanSibolga Utara, KotaSibolga. Survei analitik dengan desain cross sectional ini dilakukan di 19 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pintu Angin pada bulan November 2016. Responden dalam survei ini adalah perwakilan anggota keluarga rumah tangga yang datang ke Posyandu serta membawa garam yang biasa dikonsumsi oleh keluarga. Total rumah tangga yang menjadi responden sebanyak 237. Responden diwawancarai menggunakan kuesioner secara terstruktur. Tes cepat kandungan iodium dalam garam menggunakan pereaksi kit (PT. Kimia Farma) dilakukan untuk menguji kandungan iodium secara kualitatif. Hasil survei menunjukkan bahwa seluruh rumah tangga responden menggunakan garam dalam kemasan yang telah mencantumkan label “Garam Beriodium” atau pernyataan sejenisnya. Namun, dari hasil tes cepat iodium ditemukan 2,5% rumah tangga yang kandungan iodium dalam garamnya telah hilang. Kualitas kandungan iodium dalam garam di tingkat rumah tangga secara signifikan hanya dipengaruhi oleh cara penyimpanan garam (terbuka atau tertutup).
3. Proses Perencanaan PWPLT 4. Elemen dan Struktur PWPLT
5. Penerapan PWPLT dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
Dalam strategi pertama, suatu kawasan pembangunan yang berkelanjutan memiliki empat dimensi, yaitu: ekologis, sosial-ekonomi-budaya, sosial-politik, dan hukum serta kelembagaan. Dimensi ekologis menggambarkan daya dukung suatu wilayah pesisir dan lautan (supply capacity) dalam menopang setiap pembangunan dan kehidupan manusia, sedangkan untuk dimensi ekonomis- sosial dari pembangunan berkelanjutan mempresentasikan permintaan terhadap SDA dan jasa-jasa lingkungan dimana manfaat dari pembangunan wilayah pesisir seharusnya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal sekitar program terutama yang termasuk ekonomi lemah. Untuk Dimensi sosial-politik, pembangunan berkelanjutan hanya dapat dilaksanakan dalam sistem dan suasana politik demokratis dan transparan. Tanpa kondisi politik semacam ini, niscaya laju kerusakan lingkungan akan melangkah lebih cepat ketimbang upaya pencegahan dan penanggulangannya. Penegakan dimensi hukum dan kelembagaan, sistem peraturan dan perundang-undangan yang berwibawa dan kuat akan mengendalikan setiap orang untuk tidak merusak lingkungan pesisir dan lautan.
b. Konsep keberlanjutan pengelolaan bagan pancang nelayan secara sosial mengalami permasalahan dalam bentuk budaya kerja nelayan, dimana nelayan bagan pancang di Kelurahan Sibolga Ilir terkadang berebut lahan untuk mendirikan bagan pancang. Untuk tingkat pendidikan nelayan bagan pancang sebagaian besar sudah menduduki Sekolah Menengah Atas (SMA). Oleh sebab itu wawasan pengetahuan dan cara berpikir mereka pun masih membutuhkan dorongan dan perhatian dari pihak-pihak tertentu dalam mengelola bagan pancang agar tetap berkelanjutan. Sedangkan untuk distribusi gender yang dalam hal ini adalah perempuan (istri nelayan) terdapat hubungan yang cukup signifikan antara peningkatan ekonomi dengan partisipasi istri nelayan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Tidak sedikit istri nelayan bagan pancang yang memilih untuk menjadi pedagang dan peternak, serta menjadi nelayan sampingan.
f. Meningkatkan taraf kecerdasan dan rohaniah
g. Melengkapi rumah dengan fasilitas-fasilitas yang menjamin hidup sehat h. Pemeriksaan kesehatan
Menurut Azwar (1993) pada prakteknya upaya higiene antara lain meminum air yang sudah direbus sampai mendidih dengan suhu 100 ° C selama 5 menit, mandi dua kali sehari agar badan selalu bersih dan segar, mencuci tangan dengan sabun sebelum memegang makanan, mengambil makanan dengan memakai alat seperti sendok atau penjepit dan menjaga kebersihan kuku serta memotongnya apabila panjang.
p = 0,062, berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan kontak dengan tanah dengan infeksi kecacingan, infeksi cacing gelang dan infeksi cacing cambuk. Tidak ditemukannya cacing tambang pada siswa SD Negeri di KecamatanSibolga sambas yang menjadikan hubungan penggunaan alas kaki dengan infeksi kecacingan tidak bermakna, karena cacing tambang masuk ketubuh manusia melalui larva yang menembus kulit, hal ini sejalan dengan pendapat dalam situs http: // www.prn.usm.mv/bulletin/kosmik/2000, Majid mengatakan bahwa salah satu penyakit cacingan yakni infeksi cacing tambang, cara penularannya adalah melalui penembusan tapak kaki bila orang tersebut berada di luar rumah dan berjalan diatas tanah tanpa alas kaki.
Penetapan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling), purposive maksudnya dalam hal ini pengambilan daerah penelitian berdasarkan pertimbangan tertentu (Sudjana, 2005). Penelitian dilakukan di Kelurahan Pasar Belakang, KecamatanSibolgaKota, KotaSibolga. Alasan memilih daerah penelitian ini karena merupakan salah satu sentra produksi dan pemasaran ikan asin terbesar di KotaSibolga dengan jumlah produsen ikan asin terbanyak.
11. Kepada Ibu Siti Jubaidah, bapak Sahat Simatupang, dan Dinas Pariwisata Kebudayaan KotaSibolga yang telah memberikan informasi kepada untuk penulis dalam penelitian ini.
Penulis menyadari masih banyak kelemahan, baik isi maupun tata bahasa, kerenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Tesis ini berjudul “Konsep Pengelolaan Bagan Pancang Nelayan Di Kelurahan Sibolga Ilir KecamatanSibolga Utara KotaSibolga”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lembaga-lembaga apa saja yang terlibat dalam pengelolaan bagan pancang nelayan serta mengidentifikasi konsep pengelolaan bagan pancang nelayan agar berkelanjutan di Kelurahan Sibolga Ilir KecamatanSibolga Utara KotaSibolga. Masalah yang dibahas dalam tesis ini adalah lembaga-lembaga apa saja yang terlibat dalam pengelolaan bagan pancang nelayan, serta bagaimana konsep pengelolaan bagan pancang nelayan secara berkelanjutan di Kelurahan Sibolga Ilir KecamatanSibolga Utara KotaSibolga. Konsep pengelolaan bagan pancang nelayan agar berkelanjutan dapat dilihat melalui tiga perspektif yaitu berkelanjutan secara ekonomi, berkelanjutan secara sosial dan berkelanjutan secara ekologi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif, dimana objek penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu informan kunci yang merupakan lembaga-lembaga pemerintah yang berwenang dalam pengelolaan bagan pancang nelayan, serta informan biasa yaitu nelayan bagan pancang yang memenuhi kriteria penelitian. Instrumen analisa data yang digunakan adalah menggunakan sistem editing dengan memperbaiki kualitas data mentah dan diolah dalam bentuk tabel frekuensi berdasarkan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, penyebaran angket, serta studi kepustakaan. Melalui analisa data yang dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa lembaga pengelola bagan pancang nelayan adalah Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan KotaSibolga, Administrator Pelabuhan KotaSibolga dan Kelurahan Sibolga Ilir. Dimana konsep pengelolaan ketiga lembaga tersebut mempunyai bentuk pengelolaan bagan pancang tersendiri sesuai dengan kapasitas masing- masing. Konsep pengelolaan bagan pancang di Kelurahan Sibolga Ilir KecamatanSibolga Utara KotaSibolga tidak berkelanjutan, yang disebabkan oleh belum ditetapkannya batas-batas dan zona yang aman terhadap pendirian bagan pancang nelayan, penggunaan bagan pancang nelayan secara berlebihan yang menimbulkan dampak tidak langsung terhadap struktur tropik dan dampak langsung terhadap habitat. Selain itu peningkatan jumlah bagan pancang setiap tahunnya secara langsung dapat mempengaruhi perubahan luas area dan kualitas penting perikanan. Bagan pancang yang sudah tidak digunakan kembali oleh nelayan dan dibiarkan begitu saja nantinya akan menjadi sebuah pencemaran terhadap wilayah perairan KotaSibolga.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Drainase merupakan sarana dan prasarana untuk mengalirkan air hujan dari suatu tempat ke tempat lain. Pada kajian ini yang akan diangkat adalah kondisi dari keadaan di kawasan jalan Jati Kelurahan Pancuran Bambu KecamatanSibolga Sambas KotaSibolga. Dipilihnya lokasi ini karena hampir setiap tahun pada musim penghujan air meluap dari saluran drainase, sehingga terjadi genangan air bahkan sering terjadi banjir yang mengganggu aktivitas masyarakat. Secara sekilas kondisi eksisting saluran drainase yang terdapat dilokasi studi memang kurang cukup memadai. Berdasarkan identifikasi, genangan-genangan yang terjadi disebabkan oleh karena banyak warga menutup saluran parit sehingga air di dalam tidak mengalir dan kapasitas saluran drainase yang tidak mampu menampung akumulasi air hujan, kebiasaan masyarakat membuang sampah ke saluran drainase menyebabkan saluran drainase tersumbat.
bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (WHO, 2003).
Indonesia telah meratifikasi Global Strategy for Infant and Young Child Feeding melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 237/Menkes/SK/IV/1997 tentang pemasaran produk pengganti ASI dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 450/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi Indonesia. Disamping itu, masih ada perangkat hukum lainnya yang berkaitan dengan upaya tumbuh kembang optimal berupa Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1999 tentang pemasaran makanan bayi.
2 PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pencemaran merupakan salah satu sasaran pemerintahkota dimanapun dan salah satu hal yang dianggap penting karena menyangkut sumber daya manusia atau masyarakat di suatu kota. Berkenaan dengan pencemaran di suatu kota, kota yang menjadi objek penelitian adalah Kota Samarinda. Dimana Kota Samarinda merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Timur yang juga memiliki masalah yang cukup disoroti dalam hal pencemaran. Diketahui pemerintahKota Samarinda telah berusaha melakukan pengendalian pencemaran air dalam wilayah Kota Samarinda, dengan melakukan pemeliharaan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air. Hal ini dilakukan dalam rangka terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) serta mengembangkan kapasitas kelembagaan yang bertanggungjawab dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Terlaksananya pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup yang bersifat kooperatif dan berkesinambungan. Terwujudnya pengelolaan sumber daya alam yang berlandaskan prinsip-prinsip konservasi, rehabilitasi dan pemulihan yang benar. Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Mengembangnya sistem informasi dan teknologi sebagai dasar pengelolaan lingkungan.
Dalam strategi pertama, suatu kawasan pembangunan yang berkelanjutan memiliki empat dimensi, yaitu: ekologis, sosial-ekonomi-budaya, sosial-politik, dan hukum serta kelembagaan. Dimensi ekologis menggambarkan daya dukung suatu wilayah pesisir dan lautan (supply capacity) dalam menopang setiap pembangunan dan kehidupan manusia, sedangkan untuk dimensi ekonomis- sosial dari pembangunan berkelanjutan mempresentasikan permintaan terhadap SDA dan jasa-jasa lingkungan dimana manfaat dari pembangunan wilayah pesisir seharusnya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal sekitar program terutama yang termasuk ekonomi lemah. Untuk Dimensi sosial-politik, pembangunan berkelanjutan hanya dapat dilaksanakan dalam sistem dan suasana politik demokratis dan transparan. Tanpa kondisi politik semacam ini, niscaya laju kerusakan lingkungan akan melangkah lebih cepat ketimbang upaya pencegahan dan penanggulangannya. Penegakan dimensi hukum dan kelembagaan, sistem peraturan dan perundang-undangan yang berwibawa dan kuat akan mengendalikan setiap orang untuk tidak merusak lingkungan pesisir dan lautan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan kesejahteran kehidupan Masyarakat KecamatanSibolga Sambas KotaSibolga. Kemudian di dalam rumusan masalah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagaimana evaluasi peningkatan kesejahteran masyrakat penerima KPS, dan bagaimana manfaat serta dampak peningkatan kesejahteran masyrakat penerima KPS.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan kesejahteran kehidupan Masyarakat KecamatanSibolga Sambas KotaSibolga. Kemudian di dalam rumusan masalah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagaimana evaluasi peningkatan kesejahteran masyrakat penerima KPS, dan bagaimana manfaat serta dampak peningkatan kesejahteran masyrakat penerima KPS.
Kebijakan menaikkan harga BBM dikeluarkan karena kenaikan harga minyak di pasar dunia yang telah menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian pada banyak negara termasuk Indonesia. Sekalipun Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber minyak bumi yang cukup berlimpah namun sebagai anggota OPEC menimbulkan konsekuensi terhadap Pemerintah untuk menaikkan harga jual minyak ke luar negeri maupun dalam negeri.
Korten mengatakan, banyak program pembangunan tidak mampu meningkatkan akses masyarakat terhadap program pengentasan kemiskinan dan keterbelakangan dan bahkan gagal dalam mencapai program tersebut. Kendala yang sangat besar dalam pelayanan publik adanya perbedaan sosial ekonomi masyarakat yang beragam dengan kemampuan birokrasi pemerintahan. Pemerintah dalam melakukan pelayanan publik harus memperhatikan kondisi lokal sehingga dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan kelompok sasaran masyarakat. Inti dasarnya terletak pada proses kebijakan publik dan pendekatan terhadap operasioanalisasi kebijakan tersebut.
investasi namun wisata sejarah bahkan bisa jauh lebih potensial dari wisata jenis lain seperti: wisata belanja, wisata alam dan lingkungan yang terdapat di Sibolga.
3.6.4 Wisata Budaya
Kata budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah yang dalam arti jamak yaitu buddhi. Pengertian budaya yang dikemukakan oleh E.B.Tylor adalah keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Indonesia terkenal akan keanekaragaman suku dan budaya yang dimiliki sehingga membuat Indonesia banyak dikunjungi oleh wisatawan dengan tujuan untuk melakukan wisata budaya. Wisata budaya merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh calon wisatawan dengan maksud untuk mengetahui hal-hal yang berbeda dengan budaya yang ada di daerah calon wisatawan hal ini dikarenakan kebudayaan setiap daerah atau negara selalu berbeda-beda.