Warnalokal Minangkabau ditemukan juga melalui watak tokoh yang menggambarkan kebersamaan dalam satu kaum sebagai perwujudan prinsip kaba baik bahambuan, kaba buruk bahambuan dan prinsip duduak surang basampik-sampik, duduak basamo balapang-lapang . Mempertahankan harga diri juga membentuk watak tokoh yang berwarna lokal Minangkabau. Hal ini terlihat pada sikap tokoh Ongga dan anggota kaum dalam menjaga harga diri kaum. Sikap ini merupakan perwujudan prinsip kaki tadorong inai padahannyo, muluik tadorong ameh padahannyo . Segala sesuatu yang dapat merugikan atau menjatuhkan harga diri kaum atau diri sendiri akan mereka tebus dengan segala cara agar tidak memalukan kaum atau diri sendiri. Masyarakat Minangkabau berani memikul akibat demi mengangkat harga diri tersebut. Selain itu, warnalokal Minangkabau dapat juga dilihat pada sifat-sifat pribadi tokoh Ongga dalam novel ini yang menunjukkan ciri-ciri kepala kaum yang telah disepakati oleh masyarakat Minangkabau. Persyaratan menjadi kepala kaum dalam hal ini menjadi tanda yang memaknai watak tokoh berwarna lokal Minangkabau.
Adanya warna–warnalokal tersebut, membuktikan bahwa sastra Indonesia tidak terlepas sama sekali dengan kebudayaan tradisional. Para sastrawan umumnya masih menjaga, mempertahankan dan bahkan mengembangkan warnalokal. Penggunaan warnalokal akan dapat menghalangi gejala globalisasi. Sastrawan juga sadar dengan mengangkat nilai– nilai atau amanat-amanat lokal. akan dapat menjadikan suatu jawaban terhadap perubahan- perubahan masyarakat karena dalam karya–karya yang diciptakan, terungkap dasar kebudayaan tradisional atau konflik nilai budaya dalam penghayatan manusia modern (Teeuw 1981 : 12 ). Oleh karena itu, menganalisis warnalokal adalah suatu yang menarik masa sekarang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi wujud warnalokal dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany yang kemudian diharapkan dapat dijadikan sumber bahan pembelajaran sastra. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian warnalokal meliputi lingkungan fisik dan unsur sosial-budaya. Lingkungan fisik berupa flora dan fauna khas Papua yakni, babi, burung cenderawasih, kanguru, buah pandan merah, pohon soang, anggrek dan gaharu. Unsur sosial meliputi kelas sosial: masyarakat pantai dan masyarakat pedalaman; dinamika sosial: penyimpangan sosial (pencurian, pembunuhan, dan penculikan), mobilitas sosial (Meage menjadi pemimpin Farandus); kelompok sosial: masyarakat Aitubu dan Masyarakat Hobone, dan Orang Yebikon; lembaga sosial: polisi dan tentara. Unsur budaya meliputi bahasa: kata dalam bahasa Papua (fili, hunuke, ka, kamehe, kitorang, dll) dan kalimat dalam bahasa Papua (Akahi paekehi yae ewelende, wali onomi honomi eungekende, hamang nenaeisele emei roibuyae helemende, dll); sistem pengetahuan: tentang tata cara hidup orang di bawah Pegunungan Megafu; organisasi sosial: kepemimpinan dalam sebuah desa, gotong-royong; sistem peralatan hidup dan teknologi: alat produksi (kamehe, kayu dan batu, fili), senjata (busur dan anak panah), wadah (kantong labu), makanan (betatas, binatang hasil buruan dari hutan), pakaian (noken, cawat, manik-manik warna-warni, kalung, gigi babi, hiasan telinga, koteka, baju zirah), tempat berlindung: (humia, yowi), alat transportasi (perahu); sistem religi: sistem keyakinan (kepercayaan pada roh leluhur), sistem upacara keagamaan (upacara syukur, upacara wit atau inisiasi, upacara muruwal, upacara menstruasi pertama, upacara perdamaian, upacara perkawinan), umat yang menganut religi (agama Kristen yang dibawa oleh Pendeta Ruben); kesenian: seni suara instrumental (tifa), seni tari (hunuke); sistem mata pencaharian hidup (berkebun, menangkap ikan, berburu, berdagang).
Penulisan novel berwarna lokal dae- rah mencapai puncaknya pada periode 1980-an. Pada saat itu, muncul banyak karya sastra dari berbagai daerah yang menunjukkan kekhasan warnalokal. Karya sastra seperti ini pada umumnya ditulis oleh pengarang yang berasal dari daerah yang bersangkutan. Korie Layun Rampan dalam Upacara (1978) menunjuk- kan kehidupan sosial budaya masyarakat Dayak. Ahmad Tohari dalam Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dini Hari (1985), dan Jantera Bianglala (1986) menunjukkan kehidupan sosial bu- daya masyarakat Jawa khususnya daerah Banyumas. Demikian juga, Linus Suryadi A.G. dalam Pengakuan Pariyem (1981), Arswendo dalam Canting (1986), Umar Kayam dalam Sri Sumarah (1985) dan Para Priyayi (1990), Kuntowjoyo dalam Pasar (1994) dan NH. Dini dalam Tirai Menurun (1993) menunjukkan kehidupan sosial budaya masyarakat Jawa. Putu Wjaya dalam Bila Malam Bertambah Malam (1971) menunjukkan kehidupan sosial budaya masyarakat Bali.
Di Indonesia banyak muncul karya sastra dari berbagai daerah yang menunjukkan kekhasan warnalokal. Karya sastra seperti ini pada umumnya ditulis oleh pengarang yang berasal dari daerah yang bersangkutan. Korie Layun Rampan dalam Upacara (1978) menunjukkan kehidupan sosial budaya masyarakat Dayak. Warnalokal Minangkabau dapat disebut antara lain adalah, novel Tidak Menyerah (1962) karya Motinggo Busje, Hati Nurani Manusia (1965) karya Idrus, cerita drama karya Wisran Hadi yang berjudul Puti Bungsu (1978), Dan Perang pun Usai (1979) karya Ismail Marahimin, dan Warisan (1981) karya Chairul Harun yang menunjukkan kehidupan sosial budaya masyarakat Minangkabau (Kusmarwanti, 2001:1).
Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Rampan (1 Agustus 2004), warnalokal bukan hanya mengangkat persoalan ekskotisme dan unik yang mengarah pada lanskap fisik saja, tapi ia harus memiliki nilai luhur yang mengandung dasar-dasar budaya, filsafat hidup, pandangan hidup yang merangkumi makna universal. Dengan demikian maka universalisme itu akan mendukung nilai kemanusiaan yang netral di tengah pergaulan dunia. Ekskotisme hanyalah aksesories dari lanskap batin budaya suatu suku bangsa. Warnalokal dalam kumpulan cerpen TG diangkat dari realitas hidup masyarakat senyatanya saat cerpen-cerpen itu ditulis. Secara latar fisik mungkin tidak bisa lagi ditemukan pada lokasi yang sebenarnya, tetapi sebagai latar batin, cerpen-cerpen itu menggambarkan sebuah dunia kecil yang tercipta dari partikel dunia besar kebudayaan Dayak Benuaq secara utuh.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Dengan metode tersebut, peneliti hendak mendeskripsikan warnalokal Lampung dalam kumpulan cerpen Perempuan di Rumah Panggung Karya Isbedy Stiawan ZS dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMP. Data yang telah dikumpulkan, diidentifikasi, dideskripsikan, dianalisis, lalu diinterpretasikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2011:6).
Selain maraknya sastra yang bernafaskan agama, pada tahun 1980-an kesusastraan Indonesia modern ditandai dominasi karya sastra yang mengangkat warnalokal atau segi-segi sosio-budaya Jawa. Beberapa karya yang mengangkat warnalokal Jawa tersebut tidak hanya mengangkat dunia budaya dan alam pikiran yang menjadi lingkungan objektif tetapi juga meliputi pula sikap dan pandangan khas masyarakat Jawa dalam menghadapi berbagai gejala dan situasi hidup.
Dongeng ―Tinggi dan Tuma‖ dalam Pancatantra mempunyai motif yang sama dengan ―Kutu dan Kepinding‖ dalam Tantri Kamandaka, yaitu Q338: permintaan yang berlebihan akan mendapat hukuman. Motif tersebut diperoleh dari klasifikasi motif Thompson (1966). Motif ini merupakan simbol yoga yang selanjutnya diuraikan pada pembahasan. Sementara pada Tantri Kamandaka Jawa Kuno yang berkedudukan sebagai turunan dari induknya, mempunyai pandangan berbeda sehingga muncul kaladesa yang sesuai dengan sikap hidupnya. Kaladesa menjadi corak tersendiri yang merupakan warnalokal dalam Tantri Kamandaka Jawa Kuno dan Yoga menjadi warnalokal dalam Pancatantra India.
Sumba adalah bagian dari wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Warnalokal budaya Sumba dalam film Opera Jawa dihadirkan oleh seorang dukun Adat Sumba Timur, Preng Marapu. Dukun tersebut ahli membaca hati babi untuk mengetahui nasib manusia. Tokoh adat itu tampil dengan pakaian adat Sumba di awal adegan, di mana Setio dan Siti diramal cinta dan kesetiaanya dengan membaca hati babi. Membaca hati babi merupakan adat budaya Sumba, dimana orang yang minta diramal terlebih dahulu harus memegang hati babi, kemudian guratan-guratan yang ada di tangan akan dibaca nasibnya oleh seorang dukun. Tokoh adat Sumba tersebut sudah dua kali terlibat dalam film karya Garin Nugroho. Keterlibatannya yang pertama adalah pada film Surat Untuk Bidadari, dengan cerita dan setting budaya di Sumba.
Buku karangan Adrian Vickers ini menawarkan pandangan alternatif dari pandangan Reidian yang selama ini menganggap identitas Asia Tenggara terbentuk melalui sebuah jaman maritim. Pandangan Reidian tersebut masih belum melihat kawasan Asia Tenggara sebagai penghasil budaya yang datang dari kawasan ini secara mandiri. Perdagangan Maritim dalam pandangan Reidian memungkinkan inkorporasi budaya luar dalam budaya setempat masyarakat Asia Tenggara. Pendapat Vickers yang bersandar pada cerita Panji dan motif tekstil memberikan pandangan alternatif dengan lebih mempertimbangkan sumber lokal. Cerita Panji adalah model cerita dari Jawa yang tersebar hingga ke Asia Tenggara Daratan dengan aktualisasi konten lokal yang lebih beragam. Sumber-sumber yang sama yang digali Vickers member gambaran mengenai interaksi dan konstruksi kawasan ini melalui sudut pandang setempat. Budaya Pesisir oleh Vickers digambarkan menjadi sesuatu yang baru, tidak berarti melulu pesisir utara Jawa seperti asal istilah itu, pesisir juga tidak lagi identik dengan satu etnis atau agama, tetapi, pesisir adalah interaksi yang saling inkorporatif di banyak kerajaan di kawasan ini.
Namun demikian nasib buah jeruk lokal di Indonesia ini tidak terlalu mendapatkan angin segar, hal ini disebabkan banyaknya persaingan dari jenis buah-buahan lokal itu sendiri maupun jenis buah-buahan lokal yang lain, ditambahkan dengan semakin banyaknya buah impor yang ada baik jeruk maupun buah-buahan yang lainnya.
PERKAKAS MUZIK STAPLER UBAT STAPLER STYROFOAM CUTTER CUTTER KNIFE REMOTE AIRCOND REFILL INK – WHITE BOARD MARKER TONER PRINTER WARNA – BUNCHO WARNA – WATER COLOUR WARNA – COLOUR PENCI[r]
Lampung. Namun tidak dipungkiri bahwa lebih banyak buah-buah impor yang dijual oleh pedagang buah. Jeruk Mandarin kini dapat dijumpai di berbagai pasar yang ada di Bandar Lampung dengan kuantitas yang lebih banyak dibandingkan dengan jeruk lokal. Dari observasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa beberapa pedagang buah jeruk di Bandar Lampung memilih menjual jeruk Mandarin dibandingkan dengan jeruk lokal karena untung yang mereka peroleh jauh lebih besar dan konsumen lebih tertarik untuk membeli jeruk Mandarin daripada jeruk lokal.
Oleh sebab itu, hal pertama yang harus dilakukan untuk menyelamatkan buah jeruk lokal dari serbuan buah jeruk impor adalah dengan meningkatkan mutu dan ketersediaan buah jeruk lokal sehingga mudah dijumpai oleh masyarakat. Langkah selanjutnya adalah dengan pembatasan impor melalui serangkaian peraturan dan kebijakan oleh pemerintah. Salah satu diantaranya adalah melalui Peraturan Menteri No.88/Permentan/PP.340/12/2011 tentang pengawasan keamanan pangan terhadap pemasukan dan pengeluaran pangan segar asal tumbuhan. Peraturan lain adalah Permendag No.30 Tahun 2012 yaitu mewajibkan para importir produk hortikultura untuk memperhatikan aspek keamanan pangan, ketersediaan produk dalam negeri, dan penetapan sasaran produksi dan konsumsi produk hortikultura. Selain itu, para importir juga harus memenuhi persyaratan kemasan dan pelabelan, standar mutu serta ketentuan keamanan dan perlindungan terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan.
Warna adalah elemen terpenting dalam desain grafis. Warna menjadi indikator pembeda antara satu objek dengan yang lain. Dari sudut pandang ilmu fisika, warna dihasilkan dari representasi sinar putih yang dihasilkan oleh matahari atau bola lampu pada spektrum prisma. Warna di Komputer