Perusahaan saat ini mengalami permasalahan dalam hal ketidakpastian baik ketidakpastian leadtime maupun permintaan konsumen akan produk jadi. Pada simulasi ini, ketidakpastian dari permintaan dan leadtime diatasi dengan menggunakan konsep safety stock yang kemudian diwujudkan dalam bentuk kebutuhan selama leadtime yang dipesan ketika perusahaan memiliki bahanbaku sejumlah reorder point. Namun pembelian persediaan sebanyak kebutuhan selama leadtime dalam sekali pesan tentu saja akan meningkatkan biaya persediaan yang tinggi. Selain itu persediaan akan menyebabkan perputaran modal menjadi lebih lambat karena modal dalam bentuk persediaan merupakan modal tidak bergerak. Untuk itu diperlukan sistem pengadaan bahanbaku yang mampu memberikan biaya yang lebih rendah namun tetap dapat menutupi permasalahan yang ada.
Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan kuesioner untuk memperoleh informasi yang diinginkan. Berdasarkan metode tersebut di atas diperoleh hasil bahwa pada PT “X” mempunyai pengendalianpersediaanbahanbaku yang kurang baik yaitu sebesar 46% dan tingkat kelancaran maupun kontinuitas proses produksi pun rendah, yaitu sebesar 47%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada PT “X”, pengendalianpersediaanbahanbaku memiliki keterkaitan terhadap kelancaran dan kontinuitas proses produksi.
PTX merupakan produsen obat anti nyamuk bakar besar di Indonesia yang memiliki posisi kuat. PTX memiliki beberapa merek dagang obat anti nyamuk bakar terkenal di Indonesia. Sebagai salah satu produsen terbesar produk obat anti nyamuk bakar, PTX bertanggung jawab dalam menjaga kelancaran produksi agar dapat memenuhi permintaan konsumen terhadap obat nyamuk bakar secara tepat waktu, jumlah, dan kualitas. Kelancaran produksi dapat dipengaruhi oleh stabilitas dan kelancaran bahanbaku yang tersimpan. Kelancaran bahanbaku tergantung dari jumlah incoming dan outcoming material. Permasalahan yang terjadi pada persediaanbahanbaku di PTX yaitu adanya ketidakseimbangan incoming dan outcoming material yang dapat berakibat pada overstock dan stockout. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap besarnya total biaya persediaan yang dikeluarkan. Dengan demikian, pada penelitian ini dilakukan kebijakanpengendalianpersediaanbahanbaku menggunakan lima kebijakan, yaitu model for uncertain demand, periodic review berupa (R,S) system dan (R,s,S) system, serta continuous review berupa (s,Q) system dan (s,S) system. Hasil dari kebijakan tersebut dibandingkan dengan kebijakan saat ini yaitu min- max system. Dari hasil perhitungan, kebijakan dengan total biaya persediaan minimum yaitu (R,s,S) system R=3 hari untuk Tepung A, (R,s,S) system R=2 hari untuk packaging A, dan (s,S) system untuk Tepung B, Tepung C, Tepung D, Tepung E, packaging B, Packaging C, dan packaging D.
Dalam dunia yang terus berkembang, menyebabkan perusahaan dituntut untuk mendapatkan informasi yang baru, lebih cepat, dan lebih andal. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka diperlukan perubahan sistem dalam perusahaan. Dengan semakin pesatnya perkembangan sistem ini, maka sistem informasi merupakan salah satu bagian yang penting bagi suatu perusahaan untuk meningkatkan sistem pengendalian intern dalam perusahaan baik dalam memperoleh informasi, mengolah dan menggunakan informasi tersebut terutama untuk kepentingan intern perusahaan. PT. X adalah perusahaan yang memiliki sistem akuntansi yang kurang baik dalam pengendalianpersediaanbahanbaku. Terdapat dua masalah yang dialami perusahaan. Pertama adalah kurangnya jumlah karyawan. Kedua adalah kurangnya jumlah dokumen yang digunakan oleh perusahaan. Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu dengan cara mengumpulkan dan menganalisa data. Hasil penelitian menunjukan bahwa perusahaan memiliki dua langkah untuk menyelesaikan masalah. Pertama adalah menambah karyawan, dan kedua adalah menambah jumlah dokumen.
PT.X merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri sepatu. Produk yang dihasilkan berupa sepatu khusus pria seperti casual, vantofel dan fasionable. Dalam proses produksinya, sepatu yang diproduksi membutuhkan bahanbaku berupa kulit sapi yang telah diolah. Agar proses produksi berjalan dengan lancar, maka persediaanbahanbaku kulit perlu dikendalikan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan model pengendalianpersediaanbahanbaku kulit yang tepat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengendalianpersediaanbahanbaku yang selama ini diterapkan oleh PT.X serta metode pengendalianpersediaanbahanbaku yang dapat meminimumkan biaya persediaan PT.X. Model probabilistik metode Q sesuai dengan penyelesaian masalah yang ada dalam perusahaan ini dikarenakan permintaan selama horison perencanaan bersifat probabilistik dan berdistribusi normal dengan rata-rata (D) dan deviasi standar. Hasil penelitian menunjukan total biaya dengan model probabilistik lebih rendah dibandingkan kebijakanperusahaan. Total cost persediaan yang dikeluarkan perusahaan selama tahun 2015 dengan menggunakan model probabilistik adalah sebesar Rp 83.643.450,66, sedangkan dengan menggunakan kebijakanperusahaan adalah sebesar Rp 83.666.250,65. Sehingga terdapat selisih total cost persediaan antara model probabilistik dan kebijakanperusahaan sebesar Rp 22.749,99.
Kuantitas produksi jamu PTX tidak sama untuk setiap periodenya. Oleh karena itu PTX dapat menerapkan metode pengendalianpersediaanbahanbaku yang disebut Material Requirement Planning (MRP) sebagai alternatif proses pengendalianpersediaan. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam metode MRP adalah penetapan kebutuhan kotor dari masing-masing jenis bahanbaku sesuai dengan rencana dan kapasitas produksi. Jika persediaan di tangan masih ada maka persediaan tersebut harus dihabiskan dulu baru ditentukan kebutuhan bersihnya yang merupakan hasil pengurangan dari kebutuhan kotor dengan penerimaan terjadwal dan persediaan di tangan. Kemudian ditentukan ukuran lot pemesanan bahanbaku berdasarkan teknik LFL, EOQ dan PPB.
Artinya:"Pengendalian intern mengandung susunan metode-me- todo yan;* hnrus diikuti oleh perusahaan untuk rnelindungi a&tiva,melindungi terhada* pengeluaran yang tidak v/ajar,me ltndungi torhadap kev/ajiban yang tidak v/ajar,untuk rnenja- 'irLn koa!<u?vi tan dan ketorgantungan dari scmua inf or-iiasi ke uan.an dan informasi atas operasifa## ditaatinya kebijsk- unnann perusahaan "♦ Sedangkan waktu kerja adalah jam kf:r ja y**ng Minif/haruskrui para karyawan berada di tompat kerja dan ;'iela!m' in pekerjaon pada jam-jam yang telah ditetapkan.
s e d i a a n p a d a PERUSAHAAN PENGOLAHAN COKLAT PT " X " CABANG SURABAYA, s e h i n g g a me n e j e me n d a p a t me mp e r o l e h g a mb a r a n - me n g e n a i k e mu n g k i n a n a d a n y a k e r u s a k a n d a n k e c u r a n g a n s e r t a k e r u g i a n l a i n n y a y a n g t e r j a d i a t a s p e r s e d i a a n n y a .
Sementara, untuk bahanbaku yang berada di kelas A, belum ada yang di VMI kan. Bahkan sebelum dilakukan VMI pun, baik pemasok maupun PT XYZ menemui kesulitan yang disebabkan production planning yang sering berubah. PT XYZ mendapatkan kesulitan saat pemasok tidak dapat memenuhi tenggat jadwal pengiriman, baik dikarenakan ketidak tersediaan produk pada mereka maupun proses transportasi yang jauh. Terutama untuk black cocoa powder yang dibeli secara impor. Padahal, pemasok black cocoa powder sudah dipilih secara global dan merupakan single supplier dimana PT XYZ sudah memiliki kontrak global dengan pemasok tersebut dan berdasarkan global quality policy hanya black cocoa powder yang diproduksi oleh pemasok tersebut saja yang boleh digunakan untuk proses produksi biskuit OR di PT XYZ. Pemasok tersebut, menjadi pemasok tunggal black cocoa powder untuk semua pabrik PT XYZ di kawasan Asia Pasifik. Berdasarkan ketentuan tersebut, seharusnya PT XYZ dapat memVMIkan black cocoa powder.
Dari hasil wawancara dan pengamatan penulis, dapat diketahui bahwa sering terjadi penumpukan bahanbaku di gudang. Sering terjadinya penumpukan bahanbaku di gudang ternyata diakibatkan dari kurang tepatnya metode pengendalianpersediaan yang diterapkan perusahaan selama ini. Perusahaan melakukan pemesanan dalam ukuran yang cukup besar karena adanya potongan harga ( quantity discount ) yang diberikan oleh pihak suplier. Selain daripada itu pemesanan dilakukan karena lebih bersifat praktis dan mengikuti kebiasaan masa lalu. Akan tetapi, dengan terjadinya penumpukan bahanbaku khususnya tepung tapioka, tepung terigu dan tepung susu menyebabkan cukup banyaknya bahanbaku yang terbuang karena bahanbaku tersebut tidak dapat bertahan lama ( lama penyimpanan maksimum : 2 bulan ) dan kualitas biskuit yang dihasilkannyapun menurun.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas pemerintah berusaha untuk meningkatkan pendapatan pada sektor riil atau pada sektor industri, di mana sektor industri pernah mengalami kemunduran akibat adanya krisis moneter yang melanda negara – negara di Asia Tenggara khususnya Indonesia. Krisis moneter di Indonesia yang terjadi pada tahun 1997 menyebabkan banyak perusahaan mengalami kebangkrutan karena kekurangan modal usaha akibat melemahnya nilai kurs mata uang rupiah terhadap dollar amerika yang menyebabkan kenaikan harga – harga barang secara umum dan peningkatan suku bunga pinjaman Bank yang semakin menyulitkan para pengusaha, dan kenaikan harga BBM ( Bahan Bakar Minyak ) tanggal 1 Oktober 2005 yang mencapai 150% semakin menambah persoalan pada sektor industri.
Seharusnya dengan adanya kebijakan persedian bahanbaku yang diterapkan dalam perusahaan, biaya persediaan tersebut dapat ditekan sedemikian kecil mungkin. Untuk meminimumkan biaya persediaan tersebut dapat digunakan analisis Economic Order Quantity (EOQ). EOQ adalah volume atau jumlah pembelian paling ekonomis untuk dilakukan pada setiap kali pembelian. Metode EOQ berusaha mencapai tingkat persediaan yang seminimum mungkin, biaya rendah dan mutu yang jauh lebih baik. Perencanaan metode EOQ dalam suatu perusahaan akan mampu meminimalisasi terjadinya sehingga tidak menggangu proses dalam perusahaan dan mampu menghemat biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Selain itu dengan adanya metode EOQ perusahaan akan mampu mengurangi biaya penyimpanan, baik, menyelesaikan masalah-masalah yang akan timbul dari banyaknya persediaan yang menumpuk sehingga mengurangi resiko yang dapat timbul karena persediaan yang ada digudang. Analisis EOQ ini dapat digunakan dengan mudah dan praktis untuk merencanakan berapa kali suatu bahan akan dibeli dalam kuantitas berapa kali pembelian.
Just-in-time (JIT) akan menghasilkan barang yang di perlukan, dalam jumlah yang di perlukan, dan pada waktu diperlukan. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) adalah perusahaan tebesar yang merupakan memproduksi mobil produk Toyota dan eksportir kendaraan dan suku cadang Toyota. Dalam hal Pengendalian dan pendistribusian persediaanbahanbaku di dalam perusahaan tarsebut adalah merupakan hal yang sangat wajar untuk dikendalikan dengan baik, setiap perusahaan yang menghasilkan produk akan memerlukan persediaan part dalam jumlah yang diperlukan. Di dalam hal ini tidak akan kecuali, baik perusahaan tersebut merupakan suatu perusahaan kecil, perusahaan menengah, maupun perusahaan besar. Namun cara pengendalian dan pendistribusian persediaanbahanbaku akan berbeda – beda untuk setiap perusahaan – perusahaan, baik dalam jumlah hal unit dari persediaanbahanbaku yang ada dalam perusahaan, maupun manajemen pengelolahan dari persediaanbahanbaku di dalam perusahaan yang bersangkutan.
Analisis Pengendalian Internal Persediaan Bahan Baku Terhadap Efektifitas Pengelolaan Persediaan Bahan Baku.Universitas SamRatulangi: Manado... Salangka, 2013.Penerapanakuntansipersed[r]
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem pengendalianpersediaanbahanbaku impor di PT Goodyear Indonesia, Tbk., menganalisis tingkat persediaan dan kebijakanpengendalianpersediaanbahanbaku impor yang optimal atau sesuai dengan kebutuhan perusahaan, menghasilkan model penentu kebijakanpengendalianbahanbaku impor dalam rangka menjaga kelancaran produksi dan meningkatkan efisiensi, mengetahui tingkat efisiensi metode yang digunakan oleh perusahaan dibandingkan dengan metode simulasi dalam hal penghematan biaya persediaanbahanbaku impor. Analisispengendalianpersediaanbahanbaku impor mengkaji beberapa aspek di antaranya analisis ABC, simulasi permintaan bahanbaku impor, jumlah pemesanan optimal (economic order quantity), persediaan pengaman (safety stock), titik pemesanan kembali (re-order point), dan total biaya persediaanbahanbaku impor.
Persediaan adalah salah satu aset penting dalam perusahaan karena mempunyai nilai yang cukup besar dan mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya biaya operasi, perencanaan, dan pengendalian. Persediaan juga merupakan suatu kegiata penting yang harus mendapat perhatian khusus dari manajemen perusahaan, karena setiap bagian dalam perusahaan memandang persediaan dari berbagai sisi yang berbeda seperti bagian pembelian yang cenderung membeli barang dalam jumlah besar dengan tujuan mendapatkan diskon sehingga dapat mengurangi harga per unit. Bagian produksi menghendaki tingkat persediaan yang besar untuk mencegah terhentinya produksi karena kekurangan bahan. Demikian pula bagian keuangan yang memilih untuk memiliki persediaan serendah mungkin agar dapat memperkecil investasi persediaan dari biaya pergudangan serta bagian pemasaran yang menghendaki persediaan yang tinggi agar dapat melayani permintaan pelanggan sebaik mungkin (Tersine, 1994). Mengendalikan persediaan yang tepat bukan hal yang mudah, apabila jumlah persediaan terlalu besar akan mengakibatkan timbulnya dana menganggur yang besar (yang tertanam dalam persediaan ), meningkatnya biaya penyimpanan, dan resiko kerusakan barang lebih besar. Namun, jika persediaan terlalu sedikit mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan persediaan (stock out) karena sering kali barang/bahan tidak dapat didatangkan secara mendadak dan sebesar yang dibutuhkan, yang menyebabkan terhentinya proses produksi, tertundanya keuntungan, bahkan kehilangan pelanggan (Tersine, 1994).
Pengumpulan data dilaksanakan pada PT Indomilk yang berlokasi di Jl. Raya Bogor Km 26,6 Gandaria, Jakarta selama bulan Juli 2005. Manajemen persediaanbahanbaku pada PT Indomilk dianalisis dan diuraikan secara deskriptif. Analisa yang dilakukan dibatasi hanya pada dua jenis bahanbaku utama, yaitu Skim Milk Powder (SMP) dan Butter Milk Powder (BMP). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Material Requirement Planning (MRP) dengan tiga teknik penentuan ukuran lot yang berbeda, yaitu teknik Lot-For-Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), dan Part-Period Total Cost Balancing (PPB). Perusahaan menerapkan periodic order cycle policy dalam pengendalianpersediaanbahan bakunya, dimana persediaan diawasi dan pada setiap periode tertentu sejumlah bahanbaku ditambahkan agar jumlah persediaan tetap berada pada tingkat persediaan yang telah ditentukan. Tingkat persediaanbahanbaku pada PT Indomilk diatur dalam standard buffer stock policy, dimana targeted buffer stock untuk bahanbaku SMP dan BMP adalah sebesar kebutuhan dua minggu produksi. Selama periode pengamatan (Juli 2004 – Juni 2005), total kuantitas pesanan untuk bahanbaku SMP adalah sebesar 6.194,75 ton dengan frekuensi pemesanan sebanyak 28 kali. Untuk bahanbaku BMP, total kuantitas pesanannya adalah sebesar 2.705,225 ton dengan frekuensi pemesanan sebanyak 20 kali.
Management inventory controlling of raw materials shirt is to supervising use of raw materials optimization, that is not occur deficit or surplus of raw materials which be able to enhancement inventory cost. PT. Unie Sakinah Busana is produce various kind of fashion, one of them is shirt. The objectives of this research are : 1. Understanding the system management and issue of supplies of raw materials currently in PT Unie Sakinah Busana. 2. Identify the most critical raw materials of have priority because it has a large effect on the production process on PT Unie Sakinah Busana. 3. Analysis of cost efficiency the storage of raw materials at PT Unie Sakinah Busana. To optimizing inventory of raw materials which it use, the calculation using ABC analysis, and Economic Order Quantity (EOQ) with software POM for windows 3. Based on calculating using ABC analysis, there are two raw materials in A category, they are polyester material and cotton materials. The total cost calculation inventory of raw materials is Rp 4 139 866 000, the value is smaller than corporation calculation is Rp. 4 145 424 009. That corporation is saving Rp 5 558 009 in a year.