Thinner (New), Wip Up Solvent, F/C R258 Winning Red, dan T/C Clear Base. Jenis yang termasuk kedalam kategori B, yaitu U/C NH-177M Vestock Silver Met, U/C Pink R258 For Winning Red, SGI U/C Thinner New , SGI F/C Thinner, sarung tangan nylon, Polyure Mightlac Hardener, Thinner Laquer Central, dan U/C NH-A 30M Digital Silver. Sedangkan jenis bahanbaku yang termasuk dalam kategori C adalah Masking Tape, Sand Paper, masker kain, tag rag, Tessa Flexible Fineline, sarung tangan, High Performance Cloth, Majun B, koran bekas dan Scoth Brate. Berdasarkan hasil analisis ABC, penelitian ini lebih difokuskan pada jenis bahanbaku yang termasuk kedalam kelas A karena kelas A memiliki tingkat volume penggunaan tinggi dan biaya persediaannya juga tinggi.
Pengumpulan data dilaksanakan pada PT Indomilk yang berlokasi di Jl. Raya Bogor Km 26,6 Gandaria, Jakarta selama bulan Juli 2005. Manajemen persediaanbahanbaku pada PT Indomilk dianalisis dan diuraikan secara deskriptif. Analisa yang dilakukan dibatasi hanya pada dua jenis bahanbaku utama, yaitu Skim Milk Powder (SMP) dan Butter Milk Powder (BMP). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Material Requirement Planning (MRP) dengan tiga teknik penentuan ukuran lot yang berbeda, yaitu teknik Lot-For-Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), dan Part-Period Total Cost Balancing (PPB). Perusahaan menerapkan periodic order cycle policy dalam pengendalianpersediaanbahan bakunya, dimana persediaan diawasi dan pada setiap periode tertentu sejumlah bahanbaku ditambahkan agar jumlah persediaan tetap berada pada tingkat persediaan yang telah ditentukan. Tingkat persediaanbahanbaku pada PT Indomilk diatur dalam standard buffer stock policy, dimana targeted buffer stock untuk bahanbaku SMP dan BMP adalah sebesar kebutuhan dua minggu produksi. Selama periode pengamatan (Juli 2004 – Juni 2005), total kuantitas pesanan untuk bahanbaku SMP adalah sebesar 6.194,75 ton dengan frekuensi pemesanan sebanyak 28 kali. Untuk bahanbaku BMP, total kuantitas pesanannya adalah sebesar 2.705,225 ton dengan frekuensi pemesanan sebanyak 20 kali.
Berdasarkan permasalahan yang dialami oleh PT.X, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan membutuhkan adanya pengendalianpersediaanbahanbaku dengan metode yang tepat. Oleh karena itu, sudah selayaknya bila dilakukan penelitian di PT.X pada bagian bahan bakunya, agar bisa dicarikan jalan keluar untuk menetapkan jumlah bahanbaku yang memadai sehingga kelancaran proses produksi dapat terjamin. Hasil penelitian ini akan dilaporkan dalam bentuk karya ilmiah atau skripsi dengan judul “ AnalisisPengendalian
Sistem perekrutan dan pengelolaan sumber daya manusia di PT. Mondrian dimulai dengan penyebaran informasi penerimaan karyawan baru melalui beberapa media seperti surat kabar, radio dan kampus-kampus yang terkait dengan spesifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan. Setelah itu diadakan proses penyeleksian lamaran calon karyawan yang melamar ke perusahaan yang selanjutnya diadakan wawancara terhadap calon karyawan. Apabila calon karyawan dinyatakan lulus wawancara maka akan dilanjutkan dengan serangkaian test sesuai dengan bidang masing-masing. Calon karyawan yang lulus test akan menjalani masa job training kurang lebih tiga bulan sebelum diangkat menjadi karyawan tetap.
Melihat begitu pentingnya nilai persediaan dalam perusahaan, dan praktek kecurangan yang terjadi dalam perusahaan banyak terletak pada bagian yang berhubungan dengan persediaan, maka penulis memilih topik pengendalianpersediaan. Penulis menemukan perusahaan yang memiliki sistem informasi akuntansi pengendalianpersediaan yang masih tradisional dan dipandang membutuhkan sistem yang lebih baik. Maka penulis memilih PT.X sebagai objek penelitian. Penulis berpendapat bahwa persedian perusahaan yang lebih rawan untuk terjadinya penyelewengan dan pencurian adalah persediaanbahanbaku. Maka dari itu, penulis mengangkat topik persediaanbahanbaku sebagai topik penelitian.
Pengendalianpersediaan merupakan masalah vital yang mempengaruhi kelancaran proses produksi yang berimbas terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Dikarenakan biaya penyimpanan bisa sangat mahal, maka perlu diperhatikan metode pengendalianpersediaan yang sesuai dengan situasi perusahaan. Menyimpan terlalu banyak persediaan akan merugikan perusahaan dengan biaya simpan yang terlalu besar sedangkan kekurangan persediaan akan menghambat proses produksi yang akan berimbas pada kehilangan penjualan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah akan ada efisiensi biaya dengan membandingkan biaya total aktual perusahaan dan biaya total jika perusahaan menggunakan metode EOQ, serta untuk mengetahui angka ROP dan safety stock sebagai model probabilistiknya. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,observasi serta studi pustaka. Penelitian ini dilakukan di PT Dharma Satya Nusantara Temanggung. Bahanbaku yang diteliti adalah kayu sengon. Sedangkan pengukuran data dilakukan secara matematis. Analisa dilakukan secara deskriptif dengan menjabarkan poin-poin yang ditemukan dengan bantuan tabel maupun gambar. Metode pembelian bahanbaku dengan metode EOQ ini diharapkan dapat meminimalkan biaya total persediaan. Sedangkan permintaan bahanbaku yang tidak menentu diharapkan dapat diatasi dengan menetapkan ROP serta Safety Stock. Hasil penelitian menunjukkan adanya efisiensi biaya pada tiap jenis kayu sengon dengan menggunakan metode EOQ. Penelitian juga menghasilkan titik ROP untuk tiap jenis kayu sengon yang dapat digunakan sebagai titik pemesanan kembali serta persediaan pengaman yang perlu disimpan oleh perusahaan dalam antisipasi permintaan yang tidak menentu.
Penelitan tentang pengendalianpersediaan telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah Lusi Miftakhoridyah (1999) dan Muhammad Subki Rifa’i (2011). Lusi Miftakhoridyah melakukan penelitian pada tahun 1999 yang berjudul “Model PengendalianPersediaanBahanBaku untuk Produk Udang Beku di PT. Lola Mina, Muara Baru Jakarta”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui teknis penyediaan bahanbaku dan mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan titik pemesanan optimum belum dicapai di PT. Lola Mina. Metode yang digunakan adalah metode studi kasus dengan menggunakan rumus formula economic order quantity . Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah bahwa teknis penyediaan bahanbaku untuk produk udang beku didasarkan pada ketersediaan udang yang dimiliki oleh petambak yang datang ke PT. Lola Mina dan dalam pembelian bahanbaku ini belum dilakukan dengan perencanaan yang baik. Faktor-faktor yang menyebabkan titik pemesanan optimum belum dicapai adalah kontinuitas pengumpulan bahanbaku udang yang tidak stabil, kurang diterapkan perencanaan yang baik dalam pembelian udang, dan jumlah serta waktu pembelian udang tidak menentu.
Tabel 7 merupakan hasil analisis ABC atas bahanbaku, dimana penentuan tersebut didasarkan pada penggunaan bahanbaku yang paling banyak dalam proses produksi dan mengeluarkan biaya dalam jumlah yang tinggi. Bahanbaku yang termasuk kedalam kategori penting dengan persentasi kumulatif biaya yang digunakan mencapai 70 persen agar mendapatkan perhatian lebih dalam pengendalian persediaannya. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 7, bahanbaku yang berada di kelas A yaitu gula, tepung terigu dan bubuk cokelat yang secara berurutan memiliki persentase biaya kumulatif sebesar 30,59 persen, 50,37 persen dan 69,83 persen. Di kelas B, setelah bubuk cokelat adalah shortening dengan presentase kumulatif biaya sebesar 82,37 persen. Di kelas C, menggenapi presentase biaya sampai dengan 100 persen yaitu pewarna berupa lake brilliant blue dan perasa berupa butter flavor dengan jumlah penggunaan per tahun sebesar 0,05 ton dan 0,11 ton.
Salah satu unit usaha Garment berskala menengah. PT Unie Sakinah Busana (USB) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertekstilan atau pakaian jadi. PT. USB memproduksi kemeja pria/wanita, blouse, wanita, rok, baju anak- anak, dan sebagainya. PT Unie Sakinah Busana merupakan salah satu perusahaan yang cukup mendapat perhatian dari pemerintah karena perusahaan ini termasuk kedalam perusahaan yang mampu bertahan dan dapat berkembang dengan baik semenjak tahun 1998. Namun dalam pengelolaan manajemen perusahaan belum tertata dengan baik, khususnya dalam pengelolaan persediaanbahanbaku.
Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost) terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kualitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah: Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas atau pendingin), biaya modal (oportunity cost of capital, yaitu alternatif pendapatan atas dana yang di infestasikan dalam persediaan ), biaya keusangan, biaya penghitungan fisik dan kondisi laporan, biaya asuransi persediaan, biaya pencurian, pengrusakan atau pengrampokan, biaya penanganan persediaan, dan sebagainya.
Simplisia yang digunakan PT X dalam proses produksi sebagian besar diperoleh dari pemasok yang berada di Yogyakarta. Jauhnya jarak dari pemasok dan sifat simplisia yang tergantung pada alam membuat pihak perusahaan perlu merencanakan suatu sistem pengendalianpersediaanbahanbaku secara efektif dan efisien. Pada bulan Januari tahun 2003 PT X sempat mengalami kekurangan simplisia dipasok dari Yogyakarta. Untuk menghindari kekurangan pasokan simplisia maka pada periode produksi selanjutnya jika perusahaan akan memesan salah satu atau beberapa jenis simplisia yang dipasok dari Yogyakarta maka simplisia lainnya yang juga dipasok dari daerah tersebut juga dipesan sehingga terjadi penumpukan stok simplisia dalam jumlah yang sangat besar.
optimum 4 had sekali, gula pasir dilakukan sebanyak 16 kali pemesanan, kuantitas pemesanan scbesar 17 000 kg per pemesanan dan waktu pemesanan optimum setiap 7 hari sekali Baker's fat dilakukan sebanyak 24 kali pemesanan, kuantitas pemesanan untuk baker's fat beragam mulai dari 2 250 kg sampai 7 500 kg per pemesanan dan waktu pemesanan optimum 6 hari sekali. Pada gula pasir dengan met ode perusahaan, terjadi kekurangan bahan yang tr.enyebabkan timbulnya biaya kekurangan bahan sebesar R, 410 320. Total biaya persediaan selama enam bulan untuk tepung terigu Rp 1 504 865 985, gula pasir Rp 1 171 148 694 dan baker's fat sebesar Rp 576 895 709.3.
Salah satu alasan para pendiri PT. BASIRIH INDUSTRIAL CORPORATION dalam membangun industri di jawa dikarenakan sejalan dengan perkembangan usahanya dalam memenuhi kebutuhan kayu lapis atau polywood serta melihat potensi industri kayu lapis khususnya yang berbahan baku sengon cukup tersedia di pulau Jawa. Dengan melihat prospek perusahaan dan kebutuhan untuk industri hilirnya yang begitu bagus, maka para eksekutif PT. Abhirama Kresna berupaya membangun industri kayu lapis (plantation wood industry) agar dapat menampung dan mengolah kayu bulat sengon menjadi polywood dan veneer plan. 2. Tujuan Perusahaan
Penelitian mengenai manajemen persediaan dilakukan Astuti (2002), yang melakukan penelitian tentang pengendalianpersediaanbahanbaku susu bubuk pada PT Mirota KSM Inc, Yogyakarta. Analisispengendalianpersediaan susu bubuk PT Mirota KSM Inc menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) dan model persediaan probabilistik yang terdiri dari persediaan pengaman (Safety Stock) dan titik pemesanan kembali (Reorder Point). Penggunaan model EOQ ini atas dasar sifat bahanbaku yang mudah rusak mengharuskan susu bubuk digunakan secara kontinu serta letak pemasok yang jauh dari lokasi perusahaan sehingga perusahaan membutuhkan suatu model pengendalianpersediaan yang mudah diterapkan perusahaan dan membantu perusahaan dalam menentukan persediaan pengaman agar proses produksi berjalan lancar. Hasil analisis menunjukkan bahwa biaya persediaan berdasarkan kebijakan pengendalianpersediaan dengan metode EOQ lebih kecil dibandingkan dengan biaya persediaan berdasarkan kebijakan pengendalian yang dilakukan perusahaan. Perusahaan dapat menghemat biaya persediaan jika menggunakan metode EOQ sebagai model pengendalian persediaannya.