Wilayah pesisir pantai Timur SumateraSelatan yang terletak di Kabupaten Banyuasin sebagian merupakan daerah MuaraSungai. Wilayah Banyuasin ini merupakan lahan pasang surut sehingga harus dikelolah dengan baik. Hal ini dikarenakan bahwa muarasungaiBanyuasin ini bermuara di Selat Bangka dan kini telah menjadi daerah lalu lintas transportasi air. Parameter oseanografi Arus laut menjadi salah satu parameter penyebab daerah ini pantas sebagai jalur lalu lintas. Arus laut didefinisikan sebagai perpindahan atau gerakan horizontal maupun vertikal dari suatu massa air, sehingga massa air tersebut mencapai kestabilan. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan kecepatan maksimum dan minimum serta arah arus umum maupun arus pasut di perairanmuarasungaiBanyuasin, menganalisis arus yang dominan di perairanmuarasungaiBanyuasin dan menentukan tipe arus pasang surutnya. Penelitian ini telah dilaksanakan tanggal 10 25 Februari 2014 di PerairanmuarasungaiBanyuasin. Data diolah di laboratorium Oseanografi Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Sriwijaya. Metode yang digunakan adalah metode Admiralty. Hasil penelitian ini kecepatan arus umum maksimum yang terdapat di muaraSungaiBanyuasin adalah 0,344 m/s dengan arah 224,8 0 , yaitu terjadi saat pasang, sedangkan kecepatan arus umum minimum yang terdapat di muaraSungaiBanyuasin adalah sebesar 0 m/s yaitu terjadi saat menuju surut. Kecepatan arus pasut maksimum yang terdapat di muarasungaibanyuasin adalah 0,350 m/s dengan arah 226,6 0 yaitu terjadi saat pasang, sedangkan kecepatan arus pasut minimum sebesar 0,004 m/s dengan arah 203,35 0 yaitu terjadi saat menuju pasang tertinggi, arus yang dominan adalah arus pasut dengan kecepatan rata-rata 0,131 m/s dan tipe arus pasutnya adalah campuran condong harian tunggal.
Analisisdata dilakukan secara deskriptif dengan melihat hasil pengukuran beberapa parameter perairan dan melihat hasil uji sampel di laboratorium dengan membandingkan baku mutu sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut, untuk biota dimana konsentrasi kandungan logam berat Pb dan Cu < 0.008 mg/L. Data untuk setiap parameter perairan di tabulasi dengan menggunakan software Microsoft Office Exel kemudian di deskripsikan melalui histogram yang terbentuk dari data yang telah diolah. Data identifikasi plankton meliputi kelimpahan, indeks keragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi plankton ditampilkan dalam sebuah tabel dan grafik.
Wilayah pesisir Pantai Timur SumateraSelatan khususnya yang terletak di Kabupaten Banyuasin merupakan daerah muarasungai atau daerah estuaria. Daerah muarasungai pada umumnya dipengaruhi oleh pasang surut, gelombang, arus yang mengakibatkan kondisi fisik pantai di daerah pesisir akan mengalami perubahan dan pada dasarnya pantai merupakan wilayah yang kompleks sebagai hasil dari berbagai interaksi antara faktor fisika, kimiawi dan biologis. Kawasan pantai merupakan kawasan yang sangat dinamis. Perubahan garis pantai merupakan salah satu bentuk dinamisasi kawasan pantai yang terjadi secara terus menerus. Perubahan garis pantai yang terjadi di kawasan pantai berupa pengikisan pantai (abrasi) dan penambahan pantai (sedimentasi atau akresi). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan perubahan garis pantai menggunakan citra landsat multi temporal di daerah pesisir Sungai Bungin MuaraSungaiBanyuasin dan menentukan kecepatan laju pengendapan sedimen di daerah pesisir Sungai Bungin MuaraSungaiBanyuasin. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10-24 Februari 2014 untuk pengambilan sampel sedimen menggunakan sediment trap di daerah pesisir Sungai Bungin MuaraSungaiBanyuasin, SumateraSelatan. Proses pengolahan data dilakukan di Laboratorium Penginderaan Jauh dan Laboratorium Oseanografi Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Sriwijaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penginderaan jauh dan survei lapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan garis pantai yang terjadi pada stasiun 1, 2 dan stasiun 4 mengalami sedimentasi dan stasiun 3, 5, 6 dan stasiun 7 mengalami erosi, dimana pada stasiun 7 merupakan laju pengendapan tertinggi yaitu 7,8861 kg/m 2 /hari, dimana bagian Timur
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2018 di MuaraSungaiBanyuasin dan MuaraSungai Musi, Kabupaten Banyuasin, ProvinsiSumateraSelatan. Metode yang digunakan dalam pengambilan data mangrove pada penelitian ini diperoleh melalui pengolahan data citra dan survei lapangan. Pengolahan data citra menggunakan analisis indeks vegetasi dengan menggunakan kombinasi band inframerah dekat (NIR) dan band merah (RED) yang meliputi Modified Soil Adjust Vegetation Index (MSAVI), Difference
Dari Tabel 2 menunjukkan, konsentrasi logam berat Timbal (Pb) pada semua stasiun berkisar antara 0,094-0,117 mg/L. Berdasarkan hal tersebut, apabila ditinjau dari ketetapan Pergub Sumsel No. 16 Tahun 2005 untuk baku mutu Pb dalam perairan yaitu 0,3 mg/L, maka Kandungan logam berat Pb tersebut masih tergolong rendah. Logam berat Pb pada air laut masih bisa bergerak bebas akibat pengaruh arus dan pasang surut sehingga terjadinya pengenceran [14]. Rendahnya kandungan logam berat Pb di kolom perairan disebabkan logam berat Pb yang masuk ke dalam perairan mengalami pengenceran akibat pengaruh pasang surut dan arus [10].
Taman Nasional Sembilang merupakan bagian dari Kawasan Taman Nasional Berbak Sembilang yang berada di Wilayah ProvinsiSumateraSelatan karena kawasan Taman Nasional Berbak Sembilang sendiri berada di di dua wilayah provinsi, yaitu Provinsi Jambi dan ProvinsiSumateraSelatan. Taman Nasional Sembilang merupakan kawasan konservasi yang didominasi dengan ekosistem perairan, baik berupa laut, pantai, rawa, hutan mangrove dan hutan tropis dataran rendah. Taman NAsional ini dikenal sebagai ekosistem perairan yang menjadi tempat singgah beragam jenis burung migran (migratory birds) yang berasal dari Siberia. Berbagai status internasional melekat pada Taman Nasional ini, yaitu sebagai Ramsar Site, Important Bird Area, Cagar Biosfer dan juga sebagai area penting bagi konservasi harimau sumatera. Kawasan ini sangat eksotik dengan hamparan hutan
dikarenakan adanya kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. Perbedaan warna antar per stasiun di permukaan perairan, dasar perairan dan kolom perairan memiliki peredaan warna. Padatan tersuspensi terdiri dari komponen terendapkan, bahan melayang dan komponen tersuspensi koloid. Padatan tersuspensi mengandung bahan anorganik dan bahan organik. Bahan anorganik antara lain berupa liat dan butiran pasir, sedangkan bahan organik berupa sisa- sisa tumbuhan dan padatan biologi lainnya seperti sel alga, bakteri dan sebagainya (Peavy et al., 1986).
MuaraSungaiBanyuasin sebagai salah satu rute pelayaran mendapatkan masukkan air dari 2 sungai yang berbeda, yaitu Sungai Lalan dan SungaiBanyuasin. Muara ini tidak hanya sebagai pusat aktivitas penangkapan ikan di SumateraSelatan, melainkan juga menjadi daerah pelabuhan penumpang yang menghubungkan Palembang dan Bangka. Wilayah disepanjang kedua hulu sungai banyak digunakan sebagai lahan pertanian dan industri. Kegiatan industri pada hulu sungaiBanyuasin dapat memberi dampak buruk pencemaran logam pada lingkungan perairan, terutama biota perairan. Hilir sungai banyak digunakan oleh sebagian besar penduduk sebagai tempat penangkapan ikan dan usaha keramba jaring apung atau bagan. Banyaknya kapal-kapal nelayan yang berada di bagian hilir serta kapal-kapal industri dibagian hulu yang melintasi MuaraSungaiBanyuasin dapat mengakibatkan cemaran logam dari masukan bahan bakar kapal yang mencemari perairan hingga mengendap di sedimen perairan (Syarifudin 2012).
Hal diduga berkaitan dengan keadaan atmosfer yang cerah sehingga cahaya matahari yang masuk ke perairan memiliki intensitas yang tinggi sehingga fotosintesis berlangsung dengan lebih efektif dan dapat terjadi pada lapisan yang lebih dalam. Pada musim timur PerairanMuaraSungai Lumpur mengalami musim kemarau (curah hujan rendah). Menurut Agussalim (2012), perubahan fungsi lahan menyebabkan terjadinya erosi, karena terkelupasnya lapisan tanah bagian atas yang disebabkan oleh pengerukan sehingga berkurangnya vegetasi.
Pengambilan data kedalaman perairan dilakukan dengan menggunakan peralatan GPS Maps Garmin 420s. Data kedalaman diambil sesuai jalur yang telah ditentukan. GPS Maps dipasang di kapal dengan kedalaman transducer sedalam 1 meter dari permukaan air pada aliran sungai dan 0,5 meter dari permukaan air pada muarasungai ke arah laut dikarenakan kondisi perairan di muara lebih dangkal. Lintasan pengambilan data kedalaman dibuat paralel dengan mengikuti lebar sungai agar data yang didapat sejajar dan tegak lurus sungai. Selain itu, lintasan dibuat paralel agar dapat diketahui kemiringan sungai berdasarkan lebar sungai. Panjang
Pengambilan data kedalaman perairan dilakukan dengan menggunakan peralatan GPS Maps Garmin 420s. Data kedalaman diambil sesuai jalur yang telah ditentukan. GPS Maps dipasang di kapal dengan kedalaman transducer sedalam 1 meter dari permukaan air pada aliran sungai dan 0,5 meter dari permukaan air pada muarasungai ke arah laut dikarenakan kondisi perairan di muara lebih dangkal. Lintasan pengambilan data kedalaman dibuat paralel dengan mengikuti lebar sungai agar data yang didapat sejajar dan tegak lurus sungai. Selain itu, lintasan dibuat paralel agar dapat diketahui kemiringan sungai berdasarkan lebar sungai. Panjang
MuaraSungaiBanyuasin sebagai salah satu rute pelayaran mendapatkan masukkan air dari 2 sungai yang berbeda, yaitu Sungai Lalan dan SungaiBanyuasin. Muara ini tidak hanya sebagai pusat aktivitas penangkapan ikan di SumateraSelatan, melainkan juga menjadi daerah pelabuhan penumpang yang menghubungkan Palembang dan Bangka. Wilayah disepanjang kedua hulu sungai banyak digunakan sebagai lahan pertanian dan industri. Kegiatan industri pada hulu sungaiBanyuasin dapat memberi dampak buruk pencemaran logam pada lingkungan perairan, terutama biota perairan. Hilir sungai banyak digunakan oleh sebagian besar penduduk sebagai tempat penangkapan ikan dan usaha keramba jaring apung atau bagan. Banyaknya kapal-kapal nelayan yang berada di bagian hilir serta kapal-kapal industri dibagian hulu yang melintasi MuaraSungaiBanyuasin dapat mengakibatkan cemaran logam dari masukan bahan bakar kapal yang mencemari perairan hingga mengendap di sedimen perairan (Syarifudin 2012).
Pengaruh arus pada fitoplankton sangat signifikan karena fitoplankton memiliki kemampuan gerak yang sangat terbatas sehingga arah dan penyebarannya ditentukan oleh kemana arah arus bergerak, begitu pula dengan klorofil-a (Arinardi, 1997). Sebaran klorofil-a dipengaruhi arus disetiap musimnya. Hubungan arus terhadap penyebaran klorofil-a, yaitu dengan adanya arus dapat menyebabkan terjadinya perbedaan komposisi kualitas air di perairan sehingga adanya perbedaan komposisi pada setiap stasiun pengambilan sampel di perairanMuaraSungai Lumpur Kabupaten OKI.
Konsentrasi TSS di perairanMuarasungaiBanyuasin lebih tinggi saat surut dibandingkan saat pasang yakni nilai TSS saat surut 208 mg/l – 1640 mg/l, sedangkan saat pasang 527 mg/l – 1116 mg/l. TDS lebih rendah saat surut dibandingkan saat pasang yakni nilai TDS saat surut 192 mg/l – 1081 mg/l, sedangkan saat pasang 779 mg/l - 1909 mg/l. Kondisi kualitas air MuarasungaiBanyuasin meliputi suhu dan salinitas bervariasi setiap lapisan kedalaman dan lebih dominan di lapisan permukaan perairan. Distribusi TSS saat pasang akan lebih besar di dasar dibandingkan permukaan dan kolom perairan dan TSS saat surut ke arah daratan akan lebih besar di kolom perairan dan pada stasiun mengarah ke laut akan lebih besar di dasar perairan. TDS saat pasang mengarah ke daratan akan lebih besar di lapisan kolom
Pengembangan budidaya laut di daerah muara merupakan usaha meningkatkan produksi perikanan selain dengan cara penangkapan. Salah satu kegiatan budidaya ikan yang dapat dilakukan di daerah muara yaitu budidaya Keramba Jaring Apung. Namun, kegiatan budidaya ikan Keramba Jaring Apung sering mengalami kendala. Pemilihan lokasi yang tepat merupakan salah satu optimalisasi dalam kelangsungan kegiatan budidaya. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kesesuaian kualitas perairan dan memetakan lokasi kesesuaian budidaya ikan Keramba Jaring Apung menggunakan aplikasi SIG. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis spasial overlay menggunakan teknik matching. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah penelitian di MuaraSungai
pengendapan pada stasiun 3 terlihat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun 2 dan stasiun 1, dan indikasi penyebabnya adalah stasiun 3 berada pada ujung pulau Anakan bagian selatan yang berhadapan langsung dengan sungaiBanyuasin dan sungai Lalan yang membawa sejumlah endapan-endapan dari daratan sehingga menyebabkan tingginya laju pengendapan pada stasiun tersebut. Hal tersebut didukung dengan data rata- rata arah arus (Lampiran 3) yang terjadi pada lokasi kajian menunjukkan pergerakan rata-rata arah arus menuju ke Timur Laut yaitu menuju stasiun 3. Tabel 4. Kecepatan Laju Pengendapan
Penentuan stasiun menggunakan metode purposive sampling. Penentuan lokasi pengambilan sampel berada pada daerah mulut MuaraSungaiBanyuasin dekat daerah Sungai Bungin dan Tanjung Api-api hingga ke Muara bagian luar Banyuasin (Gambar 1). Sesuai dengan kajian Parapat (2011) yang menyatakan tingginya kelimpahan fitoplankton pada lokasi tersebut yaitu 92 ind/L. Pengambilan sampel Klorofil- a dan Nutrien mengacu pada Raharja (2012) yaitu pada 0,2d m (0,2 dari diameter kedalaman perairan) pada saat pasang dan surut. Pada saat bersamaan dilakukan pengukuran parameter oseanografi secara in situ.
PerairanmuaraBanyuasinSumateraSelatan, merupakan salah satu muarasungai yang mengalami sedimentasi atau pengendapan, dimana dapat dinyatakan bahwa muaraSungaiBanyuasin masih mendapatkan pengaruh yang besar dari aktifitas daratan. Pengendapan yang terjadi sangat berpengaruh terhadap kondisi sekitarnya, diantaranya Pulau Anakan yang terdapat di MuaraSungaiBanyuasin. Terbatasnya informasi tentang laju pengendapan di lokasi kajian menjadi dasar pentingnya penelitian ini untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ukuran butir dan karakteristik sedimen serta menganalisis laju pengendapan sedimen yang terjadi di muara Pulau Anakan. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei Juni 2013. Penelitian ini dimulai dengan pengambilan sampel sedimen di lokasi kajian menggunakan sedimen trap yang telah dimodifikasi, yang berfungsi menangkap sedimen yang berada pada dasar serta permukaan sungai sehingga bisa ditentukan karakteristik maupun laju pengendapan di lokasi kajian sekaligus mendapatkan sumber sedimen tersebut berasal yang kemudian dilanjutkan dengan analisis sampel di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan karakterisitik sedimen pada Pulau Anakan didominasi lumpur dan lumpur berpasir dengan dominansi sedimen berasal dari masukan sungai/daratan. Laju pengendapan yang terdapat di Pulau Anakan sebelah Utara adalah 2,645 x 10 -11 m 3 /s, untuk sebelah Barat Daya adalah 1,421 x 10 -10
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sriwijaya “hak bebas royalti non-eksklusif” (non-exclusively royalty- free right) atas karya ilmiah saya yang berjudul “Keterkaitan Keanekaragaman Makrozoobentos Dengan Karakteristik Substrat Di Intertidal PerairanMuaraSungaiBanyuasinSumateraSelatan”. Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini Universitas Sriwijaya berhak menyimpan, mengalih, edit/memformatkan, mengolah dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat dan mempublikasikan tugas akhir atau skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Beberapa pencemaran di sungai tentunya diakibatkan oleh aktivitas disekitarnya baik pada sungai itu sendiri maupun perilaku manusia sebagai pengguna. MuaraSungai Way Belau adalah daerah pemukiman dengan jumlah penduduk yang tinggi pemukiman dan tidak tertata. Sebagian besar dari penduduk setempat memiliki mata pencarian sebagai nelayan dan pedagang. Setiap pinggiran muaraSungai Way Belau yang padat pemukiman dipastikan memiliki saluran-saluran buangan yang menuju ke badan air. Apabila diakumulasikan dari beberapa saluran buangan maka akan menjadi buangan dalam jumlah besar. Akibat buangan dari aktivitas rumah tangga tersebut menyebabkan terganggunya aktivitas Sungai Way Belau.