Kita hidup dalam dunia yang sangat kompetitif dan sering berubah, organisasi terus berhadapan dengan kebutuhan atas cara mendapatkan informasi yang baru, lebih cepat, dan lebih andal. Demi memenuhi kebutuhan ini, sisteminformasi harus terus mengalami perubahan, dari penyesuaian kecil hingga ke pergantian besar. Kadang kala, perubahan yang dibutuhkan begitu drastisnya hingga sistem yang lama dibuang serta diganti semuanya dengan sistem yang baru. Perubahan begitu konstan dan sering hingga sebagian besar organisasi senantiasa terlibat dalam beberapa peningkatan atau perubahan sistem. Perusahaan biasanya mengubah sistem mereka untuk perubahan kebutuhan pemakai atau bisnis, perubahan teknologi, peningkatan proses bisnis, keunggulan kompetitif, perolehan produktivitas, pertumbuhan (Romney dan Steinbart, 2003).
PT. Prabu Jaya merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pengolahan kayu. Produk utama yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah pintu kayu. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Patumbak No. 10-A Km 8 Medan Tanjung Morawa, Medan-Sumatera Utara. Rumusan masalah di perusahaan ini adalah adanya kesulitan untuk mendapatkan informasi pada bagian persediaanbahanbaku dikarenakan belum adanya sisteminformasipersediaanbahanbaku yang terintegrasi ke departemen yang membutuhkan data persediaanbahanbaku termasuk belum akuratnya perhitungan bahan yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian perancangan ini adalah untuk merancang sisteminformasipersediaanbahanbaku berbasis komputer yang dapat diimplementasikan sebagai pendukung perencanaan dan pengendalianpersediaanbahanbaku di PT. Prabu Jaya.
SistemPersediaan Spare part pada PT. X merupakan salah satu divisi atau bagian yang sangat berperan penting terhadap suatu perusahaan yang bergerak di bidang jasa transportasi khususnya bengkel penjualan spare part dan service, pada bagian gudang berperan sebagai pengadaan spare part yang dibutuhkan oleh bengkel untuk menggantikan spare part motor yang rusak, selain itu bagian gudang juga melakukan pengolahan spare part, diantaranya mencatat setiap barang baik yang masuk maupun yang keluar. Pengecekan data yang tidak akurat dan sering kehilangan spare parts karena tidak adanya informasi tentang persediaan yang tidak akurat.
Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan kuesioner untuk memperoleh informasi yang diinginkan. Berdasarkan metode tersebut di atas diperoleh hasil bahwa pada PT “X” mempunyai pengendalianpersediaanbahanbaku yang kurang baik yaitu sebesar 46% dan tingkat kelancaran maupun kontinuitas proses produksi pun rendah, yaitu sebesar 47%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada PT “X”, pengendalianpersediaanbahanbaku memiliki keterkaitan terhadap kelancaran dan kontinuitas proses produksi.
Tahap verifikasi bertujuan untuk memastikan bahwa penerjemahan skenario ke dalam formula dan fungsi yang ada pada Microsoft Excel telah benar dan sesuai harapan. Sedangkan validasi bertujuan melakukan pemeriksaan terhadap suatu model, apakah sudah sesuai dengan sistem yang sebenarnya. Kedua proses ini menjadi sangat penting untuk menjaga kebenaran atas sumber informasi yang didapat sebelum melakukan perhitungan.
Analisis Pengendalian Internal Persediaan Bahan Baku Terhadap Efektifitas Pengelolaan Persediaan Bahan Baku.Universitas SamRatulangi: Manado... Salangka, 2013.Penerapanakuntansipersed[r]
metode FIFO (First-In First-Out) dalam persediaan, sebab metode ini mencerminkan harga pasar sesungguhnya dari persediaan, sehingga penerapan metode ini dapat memperbaiki posisi laporan keuangan asgar lebih realistis dan juga mencegah kemungkinan terjadinya selisih pencatatan persediaan. Penulis pun mengusulkan penggunaan sistemakuntansi Accurate 5 dalam pencatatan ataupun pembuatan laporan, sebab sistem ini mempermudah penggunanya dalam mencatat maupun mengontrol persediaan. Sisteminformasiakuntansi pengeluaran barang persediaan di PT Sriwijaya Baja Sakti memiliki kendala pada pencatatan persediaanya, hal ini diketahui karena sistem dan prosedur penerbitan dokumen penjualan yang kurang optimal, sehingga mengakibatkan kekeliruan dalam pencatatan persediaan, kurangnya kontrol yang baik atas piutang pelanggan, serta kurangnya pengarsipan yang lengkap pada bagian keuangan yang dapat perpengaruh terhadap pelaporan keuangan. Maka penulis mengususulkan adanya kontrol piutang pada bagian keuangan, sehingga bagian keuangan difungsikan secara optimal untuk perusahaan, Penulis juga mengusulkan adanya sedikit perubahan sistem prosedur pada bagian penjualan dimana pencetakan dokumen faktur dilakukan saat suatu transaksi penjualan benar – benar terjadi, sehingga meminimalisisr terjadinya kesalahan pencatatan persediaan. Penulis juga mengusulkan penggunaan sistemakuntansi Accurate 5 untuk proses pengeluaran barang, sehingga pengguna maupun pimpinan dapat dengan mudah mengetahui rincian penjualan secara detil yang terjadi pada periode tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa (1) SistemInformasiAkuntansipersediaanbahanbaku di UD. Utama Jati Yogyakarta masih manual. (2) Bagan alir yang ada meliputi: (a) Prosedur Pembelian, (b) Prosedur Retur Pembelian. (3) Perancangan SistemInformasiAkuntansipersediaanbahanbaku UD. Utama Jati Yogyakarta menggunakan metode SDLC sebagai berikut: (a) Analisissistem meliputi analisis PIECES, analisis kebutuhan sistem dan kelayakan sistem. Hasil dari analisissistem menunjukkan bahwa sistem layak untuk dikembangkan, layak karena sistem baru sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam menghasilkan laporan terkait persediaanbahanbaku. Secara ekonomi, sistem juga layak dikembangkan, dengan masa payback period 7 bulan, NPV Rp 3.027.510. (b) Desain sistem menggunakan software microsoft access sebagai pengolah database dan microsoft visual basic 6 sebagai desain interface, dari desain tersebut terdapat 8 tabel yang meliputi: Tabel jenis barang, supplier, pembelian, pembelian detail, order barang, retur pembelian, transaksi serta login dan 6 form yang meliputi: form jenis barang, form pemasok, form pembelian, retur pembelian, order barang, serta pengeluaran bahanbaku. (c) Implementasi sisteminformasiakuntansipersediaanbahanbaku pada UD. Utama Jati Yogyakarta dimulai dengan tahapan persiapan implementasi, pelatihan kepada calan user, dan pengujian sistem. Pada saat melakukan pengujian sisteminformasiakuntansipersediaanbahanbaku terbukti mampu memberikan informasi yang dibutuhkan, yaitu : (a) Laporan PersediaanBahanBaku, (b) Laporan Pembelian, (c) Laporan Retur Pembelian, (d) Laporan Transaksi Pengeluaran BahanBaku, (e) Laporan Suplier, (f) Laporan Order Barang. Merode konversi yang dilakukan adalah metode konversi langsung.
Selaras pada saat ini menggunakan sistem manual dengan menggunakan buku stok persediaanbahanbaku dalam pengelolaan persediaannya. Sistem ini masih mengandung beberapa kelemahan diantaranya adalah pencatatan persediaan masuk dicatat berdasarkan supplier dan tidak dicatat berdasarkan jenisnya dan pencatatan persediaan keluar dicatat berdasarkan kavling konsumen dan bukan berdasarkan jenisnya. Ketika perusahaan ingin mengetahui stok persediaan sewaktu-waktu, manajemen akan kesulitan mengidentifikasikan jumlah persediaanbahanbaku yang tersedia. Manajemen PT Jogja Graha Selaras seringkali melakukan pembelian barang berdasarkan acuan dari petugas gudang yang hanya berdasarkan hitungan harian dan tidak berdasarkan kartu stok. Jumlah stok persediaan yang didapatkan oleh manajemen adalah jumlah stok fisik sehingga kemungkinan terjadi pemborosan material atau kerusakan material sulit teridentifikasi.
Hasil penelitian yang dilakukan Dhika Permana (2015), dengan judul “Perancangan SistemInformasiAkuntansiPersediaanBahanBaku pada UD. Utama Jati Yogyakarta” diketahui bahwa (1) SistemInformasiAkuntansipersediaanbahanbaku di UD. Utama Jati Yogyakarta masih manual. (2) Bagan alir yang ada meliputi: (a) Prosedur Pembelian, (b) Prosedur Retur Pembelian. (3) Perancangan SistemInformasiAkuntansipersediaanbahanbaku UD. Utama Jati Yogyakarta menggunakan metode SDLC sebagai berikut: (a) Analisissistem meliputi analisis PIECES, analisis kebutuhan sistem dan kelayakan sistem. Hasil dari analisissistem menunjukkan bahwa sistem layak untuk dikembangkan, layak karena sistem baru sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam menghasilkan laporan terkait persediaanbahanbaku. Secara ekonomi, sistem juga layak dikembangkan, dengan masa payback period 7 bulan, NPV Rp 3.027.510. (b) Desain sistem menggunakan software microsoft access sebagai pengolah database dan microsoft visual basic 6 sebagai desain interface, dari desain tersebut terdapat 8 tabel yang meliputi: Tabel jenis barang, supplier, pembelian, pembelian detail, order barang, retur pembelian transaksi serta login dan 6 form yang meliputi: form jenis barang, form pemasok, form pembelian, retur pembelian, order barang, serta pengeluaran bahanbaku. (c) Implementasi sisteminformasiakuntansipersediaanbahanbaku pada UD. Utama Jati Yogyakarta dimulai dengan tahapan persiapan implementasi, pelatihan kepada calan user, dan pengujian sistem. Pada saat melakukan pengujian sisteminformasiakuntansipersediaanbahanbaku terbukti mampu memberikan informasi yang dibutuhkan, yaitu : (a) Laporan PersediaanBahanBaku, (b) Laporan Pembelian, (c) Laporan Retur Pembelian, (d) Laporan Transaksi Pengeluaran BahanBaku, (e) Laporan Suplier, (f) Laporan Order Barang. Merode konversi yang dilakukan adalah metode konversi langsung.
4.1.2 Alternatif Struktur Organisasi yangMemisahkan Fungsi dan Pembagian Tanggung Jawab Secara Tegas .............................. 37 4.2 Sistem Otorisasi Wewenang dan Sistem Pencatatan .......................... 38 4.2.1 AnalisisSistem Otorisasi Wewenang dan Sistem Pencatatan 38 4.2.2 Alternatif Sistem Otorisasi Wewenang dan Sistem Pencatatan 38 4.3 Analisis Terhadap Karyawan Yang Mutunya Sesuai Dengan
optimum 4 had sekali, gula pasir dilakukan sebanyak 16 kali pemesanan, kuantitas pemesanan scbesar 17 000 kg per pemesanan dan waktu pemesanan optimum setiap 7 hari sekali Baker's fat dilakukan sebanyak 24 kali pemesanan, kuantitas pemesanan untuk baker's fat beragam mulai dari 2 250 kg sampai 7 500 kg per pemesanan dan waktu pemesanan optimum 6 hari sekali. Pada gula pasir dengan met ode perusahaan, terjadi kekurangan bahan yang tr.enyebabkan timbulnya biaya kekurangan bahan sebesar R, 410 320. Total biaya persediaan selama enam bulan untuk tepung terigu Rp 1 504 865 985, gula pasir Rp 1 171 148 694 dan baker's fat sebesar Rp 576 895 709.3.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Allah karena atas kasih karunia yang dilimpahkan – Nya kepada penulis. Atas berkat dan penyertaan – Nya pula penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEMINFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAANBAHANBAKU PADA PT INDUKTORINDO UTAMA”.
3. Untuk memperbaiki pengendalianakuntansi dan pengecekan intern, yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan ( relia bility ) informasiakuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan. Akuntansi merupakan alat pertanggungjawaban kekayaan suatu organisasi. Pengembangan sistemakuntansi seringkali ditujukan untuk memperbaiki perlindungan terhadap kekayaan organisasi sehingga pertanggungjawaban terhadap penggunaan kekayaan organisasi dapat dilaksanakan dengan baik. Pengembangan sistemakuntansi dapat pula ditujukan untuk memperbaiki pengecekan intern agar informasi yang dihasilkan oleh sistem tersebut dapat dipercaya.
Bahanbaku disimpan dalam gudang yang berukuran 5 m x10 m. Gudang penyimpanan bersifat terbuka tanpa pembatas dengan atap berupa terpal sebagai pelindung dari panas dan hujan. Tidak ada perawatan khusus untuk bahanbaku selama penyimpanan. Dalam operasinya, perusahaan masih menyewa pabrik seluas 1600 m² dengan biaya sewa sebesar Rp 80.000.000,00 per tahun sehingga biaya sewa gudang dapat didekati melalui perbandingan luas gudang dengan luas pabrik dikalikan dengan biaya sewa tahunan. Data bahanbaku yang dianalisis dalam penelitian ini hanya sembilan bulan sehingga biaya sewa gudang harus dikonversi ke sembilan bulan penyewaan. Besarnya biaya sewa gudang yaitu Rp.2.500.000,00 per tahun atau Rp 1.875.000,00 untuk periode sembilan bulan.
Simplisia yang digunakan PTX dalam proses produksi sebagian besar diperoleh dari pemasok yang berada di Yogyakarta. Jauhnya jarak dari pemasok dan sifat simplisia yang tergantung pada alam membuat pihak perusahaan perlu merencanakan suatu sistempengendalianpersediaanbahanbaku secara efektif dan efisien. Pada bulan Januari tahun 2003 PTX sempat mengalami kekurangan simplisia dipasok dari Yogyakarta. Untuk menghindari kekurangan pasokan simplisia maka pada periode produksi selanjutnya jika perusahaan akan memesan salah satu atau beberapa jenis simplisia yang dipasok dari Yogyakarta maka simplisia lainnya yang juga dipasok dari daerah tersebut juga dipesan sehingga terjadi penumpukan stok simplisia dalam jumlah yang sangat besar.
Sedari dulu sampai sekarang, permasalahan penggelapan persediaan merupakan permasalah klasik yang selalu terjadi di setiap perusahaan, terutama perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan dan manufaktur. Hal tersebut terjadi karena perusahaan dagang dan manufaktur memiliki jumlah persediaan yang cukup besar, sehingga apabila terjadi kelalaian dalam pengawasan persediaan, akan membuka celah yang sangat besar untuk dilakukannya penggelapan persediaan. Persediaan merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam mendukung aktivitas produksi. Persediaan yang dimaksud adalah bahan- bahan yang dipersiapkan untuk proses produksi. Sisterm persediaan yang baik dapat mendukung kelangsungan produksi suatu perusahaan. Namun, penggelapan persediaan bukanlah perkara yang mudah untuk diselesaikan, karena meskipun telah dilakukan berbagai tindakan preventif, masih tetap ada pihak- pihak yang dapat melihat celah untuk melakukan penggelapan tersebut.
PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang home industry yang membuat produk karpet. Produk karpet ini mempunyai 3 bahanbaku utama yaitu busa, kain alas dan kain utamanya. Pada penelitian ini bahanbaku busa yang diteliti karena bahanbaku busa tidak dipengaruhi permintaan konsumen sedangkan kain alas dan kain utamanya dipengaruhi permintaan konsumen yang beragam misalnya seperti warna dan bahan yang berbeda. Bahanbaku busa ini perlu diperhatikan persediaannya karena selama ini PT.X mengelola persediaanbahanbaku dengan melakukan pemesanan dengan tidak terjadwal secara pasti, dimana PT.X akan melakukan pemesanan kepada pemasok jika bahanbaku sudah hampir habis. PT.X rupanya perlu memperhatikan jumlah yang tepat dari bahanbaku yang tersedia di gudangnya, serta melakukan pengendalian terhadap bahanbaku secara berkelanjutan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sistempengendalianpersediaanbahanbaku impor di PT Goodyear Indonesia, Tbk., menganalisis tingkat persediaan dan kebijakan pengendalianpersediaanbahanbaku impor yang optimal atau sesuai dengan kebutuhan perusahaan, menghasilkan model penentu kebijakan pengendalianbahanbaku impor dalam rangka menjaga kelancaran produksi dan meningkatkan efisiensi, mengetahui tingkat efisiensi metode yang digunakan oleh perusahaan dibandingkan dengan metode simulasi dalam hal penghematan biaya persediaanbahanbaku impor. Analisispengendalianpersediaanbahanbaku impor mengkaji beberapa aspek di antaranya analisis ABC, simulasi permintaan bahanbaku impor, jumlah pemesanan optimal (economic order quantity), persediaan pengaman (safety stock), titik pemesanan kembali (re-order point), dan total biaya persediaanbahanbaku impor.
Persediaan merupakan bagian utama dari modal kerja yang merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan. Dalam suatu perusahaan persediaan mempunyai arti penting karena akan mempengaruhi tingkat produksimaupun penjualan. Untuk menjamin agar pengelolaan persediaan sesuai dengankebijakan manajemen perusahaan, maka dibutuhkan suatu sistem yang mampu menjamin tercapainya tujuan perusahaan. Salah satu sistem tersebut adalah sistemakuntansipersediaanbahanbaku. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) Metode pencatatan persediaanbahanbaku pada PT. Metro Medan, (2) Bagaimana prosedur yang membentuk sistempersediaanbahanbaku pada PT. Metro Medan, (3) Bagaimana pengendalian intern yang terdapat dalam sistemakuntansipersediaanbahanbaku pada PT. Metro Medan.