Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan tersebut dikurangi sampai suatu batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya. Keun- tungan produk hasil pengeringan adalah awet, lebih ringan, volume lebih kecil sehingga memudahkan penyimpanan dan transportasi, serta menimbulkan citarasa khas. Selain itu, banyak bahan yang hanya dapat digunakan apabila telah dikeringkan, misalnya tembakau, kopi, teh, biji-bijian, dan lain- lainnya. Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan secara merata, dan uap air dikeluarkan dari seluruh permukaan bahan tersebut. Faktor-faktor yang memengaruhi pengeringan terutama adalah luas permukaan bahan, suhu pengeringan, aliran udara, dan tekanan uap di udara. Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan suatu alat pengering (artificial drier), atau dengan penjemuran (sun drying), yaitu pengeringan dengan menggunakan energi langsung dari sinar matahari.
Kekayaan alam Indonesia dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk Indonesia yang hidup tersebar di seluruh negeri. Setiap daerah memiliki sumber pangan yang khas, yang dapat dimanfaatkan selain untuk kebutuhan sehari-hari juga dapat diolah menjadi produk pangan olahan yang dapat dinikmati oleh orang lain. Bahan pangan nabati dan hewani yang belum diolah memiliki daya tahan yang terbatas. Setelah diawetkan, bahan pangan akan memiliki memiliki daya tahan yang lebih lama sehingga memung- kinkan untuk didistribusikan ke luar daerah bahkan hingga ke luar negeri. Selama manusia masih membutuhkan makan dan minum, kebutuhan akan bahan pangan tidak pernah akan berhenti. Artinya peluang untuk wirausaha di bidang pengawetan pangan pun selalu terbuka. Kreativitas dan inovasi untuk wirausaha di bidang pangan sangat terbuka lebar, banyak hal bisa dilakukan, sejalan dengan keinginan manusia yang tanpa batas dan selalu mengharapkan pembaruan. Wirausaha juga tidak mengenal usia, jika ada yang bertanya kapan seseorang sebaiknya memulai wirausaha, maka jawabnya adalah: sekarang.
Dalam melakukan usaha, ada dua kemungkinan, yaitu kegagalan dan keberhasilan. Setiap orang pada umumnya tidak mau menerima kegagalan. Hanya sedikit orang yang mau memahami bahwa sesungguhnya kegagalan itu hanya sementara saja karena kegagalan merupakan awal dari keberhasilan. Jika seseorang mempunyai mental dan pribadi wirausaha, dia tidak akan putus asa jika mengalami kegagalan. Ia akan berusaha bangkit lagi sampai ia berhasil memperoleh apa yang menjadi harapannya. Biasanya setelah mengalami kegagalan sekali, ia gunakan pengalaman dan tidak akan mengulangi kegagalan serupa. Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan kegagalan usaha adalah sebagai berikut:
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan seorang wirausahawan itu dikatakan berhasil atau gagal. Secara umum, ada 2 faktor penyebab keberhasilan/kegagalan tersebut, yaitu faktor internal (diri sendiri) dan faktor eksternal (luar diri). Sebagai seorang wirausaha, keberhasilan dan kegagalan merupakan dua sisi mata uang, ini berarti bahwa sewaktu-waktu ia dapat mencapai hasil yang baik, tetapi di waktu lain ia kurang berhasil. Untuk itu, perlu diidentiikasi faktor apa saja yang menyebabkan ia gagal atau berhasil.
Secara etimologi , wirausaha berasal dari kata wira dan usaha . Kata wira memiliki arti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Sedangkan usaha berarti perbuatan, amal, atau berbuat sesuatu. Konsep wirausaha secara lengkap dikemukakan oleh Josep Schumpeter (...tahun:halaman...) , sebagai orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru, atau mengolah bahan baku baru. Definisi tersebut dapat dijabarkan sebagai orang yang berani melakukan hal-hal baru atau melakukan hal-hal yang sudah dilakukan dengan cara baru. Termasuk di dalamnya adalah penciptaan produk baru dengan kualitas, metode produksi, pasar, sumber pasokan, dan organisasi yang benar-benar baru.
Kekayaan fauna dan lora Indonesia dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk melalui teknik-teknik pengolahan. Setiap daerah memiliki sumber daya fauna dan lora yang khas, yang dapat diolah menjadi produk nonpangan, di antaranya produk pembersih. Produk pembersih, terutama produk pembersih alami yang tidak berbahaya bagi lingkungan, saat ini dan di masa datang sangat sesuai dengan makin tingginya kepedulian kita terhadap kelestarian bumi. Produk pembersih alami potensial untuk dijadikan wirausaha karena selain diminati oleh kita sendiri juga diminati oleh orang-orang di daerah lain bahkan negara lain.
Wirausaha, menurut asal katanya terdiri atas kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha, berarti perbuatan amal, bekerja, berbuat sesuatu. Pengertian wirausaha, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun kegiatan untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta memasarkannya. Pelaku wirausaha, dikenal juga dengan sebutan wirausahawan atau entrepreneur, adalah seseorang yang memiliki kualitas jiwa kepemimpinan dan inovator pemikiran dalam melakukan usaha. Entrepreneur dapat diartikan juga sebagai seseorang yang mampu mewujudkan ide ke dalam sebuah inovasi yang sukses. Kewirausahaan, atau entrepreneurship memiliki pengetian yang lebih luas lagi. Kewirausahaan, seperti tercantum dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Entrepreneurship adalah sikap dan perilaku yang melibatkan keberanian mengambil risiko, kemampuan berpikir
Kurikulum 2013 membekali peserta didik pada Pendidikan Menengah dengan kemampuan kewirau- sahaan yang lahir dan tumbuh dalam sektor nyata. Diawali dengan pengamatan terhadap produk yang ada di pasar beserta ciri-cirinya, analisis struktur komponen pembentuk produk, analisis struktur dan rangkaian proses beserta peralatan yang diperlukan, termasuk analisis pasar, biaya, dan harga. Untuk mendukung keutuhan pemahaman peserta didik, pembelajarannya digabungkan dengan pembelajaran Prakarya sehingga peserta didik bukan hanya mampu menghasilkan ide kreatif tetapi juga merealisasikannya dalam bentuk purwarupa karya nyata dan dilanjutkan sampai pada kegiatan penciptaan pasar untuk mewujudkan nilai ekonomi dari kegiatan-kegiatan tersebut. Sebagai bagian dari Kurikulum 2013, pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan bagi peserta didik pada jenjang Pendidikan Menengah Kelas X harus mencakup aktivitas dan materi pembelajaran yang secara utuh dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlu- kan untuk menciptakan karya nyata, menciptakan peluang pasar, dan menciptakan kegiatan bernilai ekonomi dari produk dan pasar tersebut. Pembelajarannya dirancang berbasis aktivitas terkait dengan sejumlah ranah karya nyata, yaitu karya kerajinan, karya teknologi, karya pengolahan, dan karya budidaya dengan contoh-contoh karya konkret berasal dari tema-tema karya populer yang sesuai untuk peserta didik Kelas X. Sebagai mata pelajaran yang mengandung unsur muatan lokal, tambahan materi yang digali dari kearifan lokal yang relevan sangat diharapkan untuk ditambahkan sebagai pengayaan dari buku ini.
Keselamatan dalam bekerja perlu diingatkan agar diperhatikan oleh peserta didik. Guru juga harus mengawasi dengan baik, terutama dalam penggunaan bahan dan alat, juga pembuangan sampah sisa hasil produksi. Keselamatan kerja berhubungan dengan cara memperlakukan alat dan bahan kerja, serta bagaimana mengatur alat dan benda kerja yang baik dan aman karena berhubungan dengan keselamatan. Sampah yang ditimbulkan dari hasil pengolahan makanan khas daerah dapat pula dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari, misalnya batok kelapa dapat dibuat kerajinan tangan, sampah tanaman bisa dijadikan pupuk, dan lain sebagainya. Sebaiknya, peserta didik dibimbing untuk selalu memperhatikan hal ini dengan baik. Penguatan sikap perlu diperhatikan seperti jujur, percaya diri, dan mandiri dalam membuat karya, dan hemat dalam menggunakan bahan serta peduli kebersihan lingkungannya.
Sabun dikenal mulai sejak manusia mengenal proses saponifikasi, yaitu reaksi antara minyak yang berasal dari bahannabati atau hewani. Reaksi ini dapat menghasilkan senyawa yang berfungsi untuk membersihkan kotoran. Sabun yang berasal dari bahannabati contohnya berasal dari minyak kelapa, minyak sawit, minyak zaitun dan minyak jarak. Sedangkan sabun yang berasal dari bahanhewani adalah minyak ikan, lemak kambing, dan lemak sapi. Bahannabati dan hewani tersebut dicampur dengan bahan kimia sehingga menghasilkan sabun
Peserta didik melakukan diskusi tentang rancangan gagasan (desain) proses produksi (teknik, bahan, alat, jenis dan kualitas produk/jasa), dan ketentuan keselamatan kerja yang berkaitan dengan pembuatan produk makanan khas daerah sumatra agar terbangun rasa ingin tahu sehingga dapat mensyukuri anugerah Tuhan.
Menanya Melakukan diskusi tentang aneka karya yang berkaitan dengan bahan dasar, alat, teknik, dan prosedur pembuatan produk pengolahan dari bahan nabati dan hewani menjadi makanan kh[r]
3. Teknik Pengolahan Makanan Khas Daerah Untuk mengolah suatu makanan, diperlukan teknik-teknik tertentu agar dihasilkan suatu produk makanan seperti yang diharapkan yang bercitarasa baik. Adapun teknik-teknik proses pengolahan untuk membuat makanan khas daerah di antaranya :
Menetapkan desain proses produksi produk pembersih dari bahan pangan nabati dan hewani berdasarkan prosedur berkarya jenis, manfaat, kandungan, teknik pengolahan, dan pengemasan 3.6 Men[r]
2.3Menghayati sikap bekerjasama, gotong royong, bertoleransi, disiplin, bertanggung jawab , kreatif dan inovatif dalam memahami kewirausahaan dan membuat produk pengolahan di wilayah setempat dan lainnya dengan memperhatikan estetika produk akhir untuk membangun semangat usaha.
Melalui praktik siswa dapat menggunakan perangkat untuk melakukan proses produksi desain dan pengemasan hasil pengolahan dari bahannabati dan hewani, menyajikan hasil proses produksi brupa desain dan pengemasan dari hasil pengolahanbahannabati dan hewani, membuat produk dan pengemasan hasil proses produksi pengolahan dari bahannabati dan hewani, membuat laporan tertulis, mempresentasikan hasil prakrik dan bekerja dengan teliti, jujur, dan penuh tanggung jawab. Selama proses pembelajaran dilakuan penilaian proses pada aktivitas di kelas dan hasil tugas mandiri.
3.3 mengevaluasi kegiatan usaha pengolahan makanan khas daerah yang dimodifikasi dari bahan pangan nabati dan hewani 4.3 menyusun rencana pengembangan usaha pengolahan makanan khas daer[r]
sikap be- kerja sama, gotong ro- yong, berto- leransi, di- siplin, ber- tanggung ja- wab, kreatif, dan inovatif dalam me- mahami ke- wirausahaan dan mem- buat karya kerajinan dan rekaya- sa, melaksa- nakan budi daya, dan membuat produk pengolahan di wilayah setempat dan lainnya dengan me- merhatikan estetika pro- duk akhir untuk mem- bangun se- mangat usa- ha
coba dengan siswa dilakukan hanya sekali terhadap lima siswa kelas VIII. Siswa dipilih secara acak oleh guru keterampilan, siswa tersebut tersebut adalah, Ludvia Prameswati dari kelas VIII F, Manggar Vona A. S. dari kelas VIII A, Drastian Mihatma Sari dari kelas VIII A, Fina Ania Mufida dari kelas VIII E, dan Lutfiana Maulida R. dari kelas VIII C. Sesi uji coba dimulai dengan memperkenalkan multimedia interaktif kepada siswa dan kemudian menjelaskan bagaimana aplikasi tersebut digunakan. Awalnya siswa merasa bingung dalam mengoperasikan multimedia, hal itu disebabkan karena mereka belum pernah menggunakan multimedia pembelajaran interaktif. Namun setelah diarahkan, mereka mampu dengan mudah menjalankan multimedia tersebut. Selama menjalankan aplikasi multimedia makrame siswa terlihat asik dan aktif bertanya, serta memperhatikan materi yang disampaikan. Salah satu siswa bertanya, kenapa domba dijadikan sebagai maskot? Peneliti menjelaskan bahwa, bulu domba merupakan salah satu bahan untuk membuat benang, sedangkan bahan pokok untuk membuat makrame adalah benang atau tali, sehingga domba dipilih sebagai maskot karena dirasa mampu mewakili unsur-unsur dalam berkarya makrame, selain itu maskot juga dibuat dengan karakter yang lucu. Selanjutnya adalah sesi wawancara, terdapat 15 butir pertanyaan yang harus dijawab oleh masing-masing siswa.