Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lansia perempuan cenderung tidak mengalami depre- si sedangkan lansia laki-laki cenderung me- ngalami depresi ringan. Meskipun demikian, banyak penelitian yang menyatakan bahwa wanita berisiko lebih tinggi mengalami depresi dibandingkan laki-laki (Haralambous, et al., 2009; Buchtmann, 2012). Peneliti meyakini berdasarkan hasil observasi bahwa tingginya keaktifan lansia perempuan dalam melakukansenam berdampak pada rendahnya kejadian depresi yang dialami. Lansia perempuan cen- derung aktif mengikuti aktivitas senam yang dapat bermanfaat untuk meningkatkan kese- hatan jiwa dan mencegah depresi serta meka- nisme koping yang digunakan.
Elderly is the final stage of human growth, when a person enters elderly stage, they will experiencing a variety of changes that cause depression. Depression in the elderly can lead to absence of social motivation, loss attention to the situation around and suicide, therefore it’s required activities that can used as effort of depression preventive in the elderly. Congregational prayers is a worship which in practice involves a spiritual dimension, emotional, and physical interaction that able to make someone be closer to Allah Swt. as well as fellow. The purpose of this study was to determine the relationship between the congregational prayers with depression rate in the elderly at PantiSosIalTresnaWerdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna South Jakarta. This type of research is quantitative with cross sectional study of 30 elderly who have a habit perform congregational prayers in the mosque routinely. Data collected by using congregational prayers questionnaire and depression questionnaire. Statistical test results obtained using Spearman correlation r = -0.657 with P-value 0.000 so it means Ha accepted. Research results generally showed there is strong relationship between prayer in congregation with depression rate in the elderly at PantiSosIalTresnaWerdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna South Jakarta with negative direction (-).
hormon ACTH, yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal. Dimana, ACTH menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi kadar gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran darah ditambah aktivitas neural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik berperan dalam respons fight or flight. Respon fight or flight menyebabkan individu dapat berespon cepat terhadap situasi yang mengancam. Akan tetapi bila keadaan fisiologis dan psikologis yang reaktif terhadap rangsangan tersebut tinggi dan terus menerus muncul dapat membahayakan kesehatan individu (Pinel, 2009). Oleh karena itu untuk membantu menurunkan kadar dari hormon stres yang dikeluarkan oleh tubuh, maka dapat dilakukan dengan melakukansenam otak.
Depresi merupakan penyakit mental yang paling sering ditemukan pada lansia berusia di atas 60 tahun dan merupakan contoh penyakit yang paling umum dengan tampilan gejala yang tidak spesifik atau tidak khas pada populasi lansia (Soejono, Probosuseno, & Sari, 2006 dalam Sudoyo, 2006). Prevalensi depresi pada lansia semakin tinggi. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya depresi pada lansia. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor biologis, fisik, psikologis, dan sosial. Depresi pada lansia adalah masalah yang besar yang mempunyai konsekuensi medis, sosial, dan ekonomi (Soejono, Probosuseno, & Sari, 2006 dalam Sudoyo, 2006). Hal ini menyebabkan lansia dan keluarganya menjadi semakin menderita, seperti semakin buruknya kondisi kesehatan lansia dan biaya yang harus dikeluarkan keluarga untuk mengobatinya. Dengan demikian, pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana tingkatdepresilansia dan bagaimana faktor internal (usia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit) dan faktor eksternal (status perkawinan, pekerjaan, dan dukungan keluarga) mempengaruhi tingkatdepresi pada lansia di PantiSosialTresnaWerdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan.
Insomnia merupakan gangguan tidur yang sering dialami pada lansia. Lansia yang mengalami insomnia di Indonesia 9,3 juta lansia. Masalah yang muncul pada lansia yang mengalami insomnia yaitu kesulitan untuk tidur, sering terbangun lebih awal, sakit kepala di siang hari, kesulitan berkonsentrasi, dan mudah marah. Dampak yang lebih luas akan terlihat depresi, insomnia juga berkontribusi ketika mengerjakan pekerjaan rumah maupun berkendara, serta aktivitas sehari-hari dapat terganggu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang insomnia pada lansia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan desain study cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 71 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan pertanyaan terstruktur menggunakan kuesioner. Analisa yang dilakukan adalah univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase responden laki-laki sebesar 37 orang (52,1%)), presentase responden yang telah tamat sekolah dasar yaitu 29 orang (40,8%), lansia yang memiliki pengetahuan insomnia yang baik adalah 37 orang (52,1%), sedangkan lansia yang memiliki pengetahuan baik mengenai definisi insomnia adalah 62 orang (87,3%), yang memiliki pengetahuan baik mengenai etiologi insomnia adalah 45 orang (63,4%), yang memiliki pengetahuan baik mengenai gejala insomnia adalah 55 orang (77,5%), yang memiliki pengetahuan buruk mengenai klasifikasi insomnia adalah 37 orang (52,1%), yang memiliki pengetahuan baik mengenai dampak insomnia adalah 38 orang (53,5%) dan yang memiliki pengetahuan baik mengenai penetalaksanaan insomnia adalah 56 orang (78,9%). Saran untuk penelitian selanjutnya menggunakan metode yang berbeda seperti metode eksperimen.
Depresi adalah reaksi psikologis terhadap hilangnya kesehatan, orang yang dicintai, atau rasa harga diri seseorang (Semiun,2010). Menurut Francis Bacon depresi adalah keadaan menyedihkan dari pikiran untuk memiliki sedikit hal diinginkan, dan banyak hal ditakuti. depresi adalah kondisi kesehatan yang tersebar luas. Depresi merupakan masalah sosial dan pribadi yang signifikan (McKay dan DinkMeyer,2008). Depresi termasuk dari kelainan afektif. Istilah kelainan afektif mencakup penyakit-penyakit dengan gangguan afek (mood) sebagai gejala primer, semua gejala lain bersifat sekunder. Afek bisa terus menerus depresi atau gembira (dalam mania) dan kedua episode ini bisa timbul pada orang yang sama, karena itu dinamai “psikosis manik depresf”. Penyakit hanya dengan satu jenis serangan dinamai unipolar , dan jika episode manik dan depresif keduanya ada disebut bipolar. Semua gejala ini adalah depresi primer. Depresi sekunder bisa mengikuti kelainan psiaktri lain atau penyakit fisik (Ingram,Timbury dan ,Mowbray 1995).
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mencari asisten peneliti untuk membantu jalannya penelitian dari awal hingga akhir. Kemudian dijelaskan maksud dan tujuan dari penelitian ini, sehingga asisten peneliti memiliki persepsi yang sama mengenai prosedur kerja dan cara penelitian. Pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan cara mendatangi responden satu persatu. Kepada masing-masing responden, peneliti menjelaskan terlebih dahulu tujuan dan manfaat dari penelitian ini serta penjelasan informasi sebagai persetujuan keterlibatan dan perlindungan terhadap kerahasiaan identitas responden. Kuesioner di berikan pada setiap responden yang telah di tentukan sesuai dengan kriteria sampelpenelitian setelah dilakukan informed consent dan responden telah menyetujui untuk menjadi responden. Apabila responden sudah mengerti dan setuju untuk berpartisipasi, maka peneliti memberikan satu bendel angket untuk diisi oleh responden. Dalam hal ini, peneliti mendampingi responden dalam proses pengisian, karena seluruh responden adalah lansia yang memiliki kemungkinan tidak dapat memahami sepenuhnya apa yang ditanyakan dalam kuesioner. Dalam pelaksanaan pengisian kuesioner ini peneliti menggunakan bantuan dari asisten peneliti. Setelah responden menyelesaikan pengisian kuesioner, maka kuesioner tersebut akan kembali diteliti untuk memastikan bahwa seluruh item telah terisi baik. Data dari hasil pengisian kuesioner yang sudah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dengan langkah- langkah yaitu editing, coding, scoring, tabulating.
2. Marwiati (2010), Hubungan mekanisme coping dengan terjadinya depresi pada lansia di Panti Wredha Tresna Wherda Wening Wardoyo ungaran kabupaten Semarang, menggunakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional dan responden sebayak 46 orang. Hasil uji univariat didapatkan gambaran mekanisme koping adaptif (69,6%) lebih besar dari pada mekanisme coping maladaptif (30,4 %) gambaran terjadinya depresi (56,5 %) lebih besar dibandingkan non depresi (43,5 %). Uji bivariat menggunakan chi square didapatkan bahwa ada hubungan antara mekanisme koping terhadap depresilansia. Perbedaan dengan penelitian sekarang yaitu obyek atau lokasi penelitian dan penelitian sekarang lebih ditekankan pada tingkat efektifitas pemberian suport emosional dan mekanisme coping.
Senam kegel adalah senam untuk menguatkan otot panggul atau senam yang bertujuan untuk memperkuat otot – otot dasar panggul terutama otot puboccygeal sehingga seorang wanita dapat memperkuat otot – otot saluran kemih.Senam kegel juga dapatmenyembuhkan ketidakmampuan menahan kencing (inkontinensia urine) (Widianti dan Proverawati, 2010).Senam kegelberguna untuk mengencangkan dan memulihkan otot di daerah alat genital dan anus (Cendika & Indarwati, 2010).
Hasil penelitian di PantiSosialTresnaWerdha Belai Kasih Bireuen menunjukkan bahwa responden yang mengalami depresi berat mayoritas memiliki status gizi underweight sebanyak 15 orang (57,7%) dan responden yang mengalami depresi ringan memiliki status gizi underweight sebanyak 7 orang (77,8%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di panti-pantiWerdha di Amerika yang menemukan bahwa lebih dari sepertiga lansia menderita gizi kurang (underweight) dan beberapa faktor penyebab terjadinya malnutrisi pada lansia diantaranya adalah depresi berat, pemakaian obat-obatan serta penyakit infeksi (Litbang Kesehatan, 2006). Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nisa (2004) terhadap 182 lansia di PantiWerdha Pemerintah DKI Jakarta menyimpulkan bahwa prevalensi status gizi kurang (IMT < 18,5) masih sangat tinggi (32,97%) dan didapatkan bahwa depresi merupakan salah satu faktor determinan yang tidak berhubungan dengan status gizi lansia. Didapatkan bahwa faktor determinan yang berhubungan langsung dengan status gizi lansia adalah pendidikan, partisipasi kegiatan, gigi asli, serta interaksi penyakit penyerta dan konsumsi energi.
Masa lanjut usia (lansia) merupakan periode alamiah yang dialami setiap individu melalui proses menua. Menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang dan biasanya ditandai dengan adanya kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan bertambah buruk, gerakan lambat, serta postur tubuh yang tidak proporsional. 1
Senamlansia sangat baik bagi penderita hipertensi karena dapat meningkatkan kesehatan pada lansia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh SenamLansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di PantiSosialTresnaWerdha Jelambar Jakarta Barat. Instrumen yang digunakan peneliti untuk mengukur tekanan darah menggunakan alat sphygmomanometer, stetoskop dan lembar observasi. Serta menggunakan video senamlansia. Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperiment. Sampel dalam penelitian ini 30 lansia. Metode pengambilan sampel Total Sampling. Berdasarkan hasil penelitian tekanan darah pre sistol distol sebesar 0,600 dan penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi diperoleh post sistol diastol sebesar 0,667. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Paired Sampel t-test diperoleh nilai p value 0,000 (p value < 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini ada pengaruh senamlansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Panti Sasana TresnaWerdha Jelambar Jakarta Barat. Saran dari penelitian ini diharapkan dalam penanganan lansia yang mengalami hipertensi dengan pemberian intervensi senamlansia.
Muna, N., Arwani & Purnomo . (2013). Hubungan Antara Karakteristik Dengan Kejadian Depresi Pada Lansia di PantiWerdha Pelkris Pengayoma Kota Semarang. (Skripsi). Semarang: Stikes Telogorejo Semarang. Murtutik, L & Dewi U. ( 2012). “Hubungan TingkatDepresi Dengan tingkat
tempat yang mefasilitasi lansia untuk dapat hidup secara berkelompok adalah pantisosial. Pantisosial merupakan suatu institusi hunian bersama dari para lansia yang secara fisik dan kesehatan masih mandiri dimana kebutuhan harian dari para penghuni biasanya disediakan oleh pengurus panti (Darmodjo & Martono, 1999). Tempat ini dikelola oleh pemerintah dan ada yang dikelola oleh swasta. Di pantisosial para lansia akan menemukan banyak teman sehingga mereka dapat saling berinteraksi untuk memberikan bantuan, dukungan dan perhatian. Selain itu, dalam melakukan aktivitas di pantisosiallansia dibantu oleh orang lain yang lebih muda untuk dapat menjalankan kegiatan sehari-harinya (Soni, 2007).
Ketika seseorang dihadapkan pada suatu keadaan yang cendrung menimbulkan perasaan tertekan, stress, dan depresi, maka mereka akan berusaha untuk mencari sebuah kompensasi agar perasaan yang dirasakan tersebut bisa diatasi (Lazarus & Folkman, 1984, dikutip dari Semiun, 2006). Salah satu strategi kompensasi yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengurangi beban dari masalah-masalah yang mereka hadapi adalah dengan lebih mendekatkan diri pada sang Pencipta, melalui ritual kegamaan dan penyembahan. Dalam hal ini tingkat religiusitas yang tinggi sangat dibutuhkan agar mereka terhindar dari perasaan depresif (Koenig, 2001, dikutip dari Ward, 2010).
Juliantika, Prabowo, & Amigo. (2015). Perbedaan tingkatdepresilansia wanita yang tinggal bersama keluarga di Kelurahan Wirogunan dengan tinggal di Panti Wredha Hanna Yogyakarta. Jurnal Keperawatan Respati , Vol. II, No. 1, Maret 2015.
Menurut studi epidemiologi dilaporkan bahwa Inkontinensia urin dua sampai lima kali lebih sering pada wanita dibanding pria. Inkontinensia urin menyebabkan gangguan dari fungsi kandung kemih, yang memberikan masalah gangguan tidur, masalah pada kulit, masalah fisik, isolasi sosial dan masalah psikologis. Sejumlah studi telah meneliti efek dari inkontinensia urin pada lansia. Populasi juga menemukan efek negative pada pasien fisik, status depresi, emosional, dan sosial kehidupan. Dikomunitas wanita dan pria lanjut usia masalah inkontinensia urin ini berhubungan dengan depresi, menjauh dari pergaulan, dan kualitas hidup (Onat, et al 2014).
Afifah, H, N. (2014). Efektifitas terapi musik terhadap penurunan skor depresi pada lansia di upt pantisosialtresnawerdha mulia dharma kabupaten kubu raya (Skripsi; Universitas Tanjungpura Pontianak, Pontianak). Alexopoulos G.S. (2005). Depression in the elderly : Weill Medical College of