Sejalan dengan peran di atas, pembelajaran bahasaInggris untuk SMP/MTs Kelas IX ini disusun untuk meningkatkan kemampuan berbahasa para siswa. Penyajiannya menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis teks, baik lisan maupun tulis, dengan menempatkan bahasaInggris sebagai sarana berkomunikasi. Pemahaman terhadap jenis, kaidah dan konteks suatu teks ditekankan sehingga memudahkan siswa menangkap makna yang terkandung dalam suatu teks maupun menyajikan gagasan dalam bentuk teks yang sesuai sehingga mudah dipahami orang lain. Mengingat bahasaInggris baru secara resmi diajarkan mulai Kelas IX SMP/MTs, komunikasi yang disajikan di sini adalah komunikasi sehari-hari. Bagi beberapa daerah yang telah mengajarkan bahasaInggris mulai dari kelas-kelas akhir SD/MI, materi yang disajikan perlu diperkaya dengan materi tambahan yang disesuaikan dengan kemampuan siswa, walaupun struktur pembelajarannya tetap mengacu pada model yang ada dalam buku ini.
Penilaian ketrampilan dilakukan guru dengan melihat kemampuan peserta didik dalam menyusun laporan telaah hasil diskusi, presentasi, kemampuan bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan atau mempertahankan argumentasi kelompok, kemampuan dalam memberikan masukan/saran pada saat menyampaikan hasil telaah tentang Sikap Positif terhadap Pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Lembar penilaian Penyajian dan laporan hasil telaah dapat menggunakan format portofolio dibawah ini, dengan ketentuan aspek penilaian dan rubriknya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta keperluan guru.
Model Pembelajaran Diskoveri (Discovery Learning) diartikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi jika pembelajaran tidak disajikan GHQJDQ SHODMDUDQ GDODP EHQWXN ¿QDOQ\D WHWDSL GLKDUDSNDQ VLVZD PDPSX mengorganisasi sendiri hasil belajarnya. Sebagai model pembelajaran, discovery learning mempunyai prinsip yang sama dengan pembelajaran inkuiri (inquiry-learning). Tidak ada perbedaan prinsip di antara kedua istilah ini. Discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan inquiry ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Dalam mengaplikasikan metode discovery learning, guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan NHSDGD VLVZD XQWXN EHODMDU VHFDUD DNWLI VHEDJDLPDQD SHQGDSDW JXUX KDUXV dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin mengubah kegiatan belajar-mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir sehingga siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan PHQJKLPSXQ LQIRUPDVL PHPEDQGLQJNDQ PHQJDWHJRULNDQ PHQJDQDOLVLV mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat simpulan- simpulan. Langkah-Langkah pembelajaran discovery-inquiry sebagai berikut.
Sebelum ibu dan bapak mengajarkan materi pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (PJOK) kepada para siswa kelas IX, penulis mengajak ibu dan bapak untuk menyamakan pandangan terhadap pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan selama ini dan dalam kaitan dengan maksud serta tujuan penerapan Kurikulum 2013. Manakala guru olahraga bertugas mengajar kepada sejumlah siswa, terangkum tujuan yang meluas pada sisi pengembangan gerak, sehat, bugar, berkarakter, bahkan sampai pada pemerolehan dan pengembangan keterampilan dasar atau teknik dasar kecabangan olahraga. Orientasi yang meluas ini berujung pangkal pada keinginan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat atau sering disebut sebagai gerakan sosialisasi olahraga. Saat ini, pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan perlu diorientasi dari belajar olahraga menjadi orientasi belajar siswa, yaitu sebuah proses pendidikan yang mengutamakan pengembangan kompetensi utuh siswa melalui keterjadian belajar siswa.
Implikasi dari teori Vygotsky dalam pelaksanaan pendidikan adalah sebagai berikut. Pertama, perlunya tatanan kelas yang memungkinkan terjadinya pembelajaran melalui interaksi sosial (pembelajaran kooperatif) VHKLQJJD SHVHUWD GLGLN GDSDW EHULQWHUDNVL GL VHNLWDU WXJDVWXJDV \DQJ VXOLW GDQ VDOLQJ PHPXQFXONDQ VWUDWHJLVWUDWHJL SHPHFDKDQ PDVDODK \DQJ efektif. Kedua, teori Vygotsky dalam pengajaran menekankan VFDɣROGLQJ, dengan semakin lama peserta didik semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri. Dengan kata lain peserta didik perlu belajar dan bekerja secara kelompok sehingga peserta didik dapat saling berinteraksi dan diperlukan bantuan guru atau teman sejawat lainnya yang lebih mampu serta dapat memberikan VFDɣROGLQJ, dorongan, dukungan untuk belajar dan memecahkan masalah. 6FDɣROGLQJ adalah pemberian sejumlah bantuan atau bimbingan pada peserta didik secara bertahap sampai peserta didik tersebut dapat melaksanakan proses belajarnya secara mandiri. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, pemberian contoh, uraian masalah menjadi lebih sederhana dan sebagainya.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi interaktif antara sumber belajar, guru, dan peserta didik yang saling bertukar informasi. Istilah prakarya dalam pembelajaran karya yang dihasilkan dengan tangan mengandung arti kecakapan melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan cekat, cepat, dan tepat. Kata cekat mengandung makna tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi dari sudut pandang karakter, bentuk, sistem, dan perilaku objek yang diwaspadai. Di dalamnya terdapat unsur kreativitas, keuletan mengubah kegagalan menjadi keberhasilan (adversity) serta kecakapan menanggulangi permasalahan dengan tuntas. Istilah cepat merujuk kepada kecakapan mengantisipasi perubahan, mengurangi kesenjangan kekurangan (gap) terhadap masalah, maupun objek dan memproduksi karya berdasarkan target waktu terhadap keluasan materi, maupun kuantitas sesuai dengan sasaran yang ditentukan. Kata tepat menunjukkan kecakapan bertindak secara presisi untuk menyamakan bentuk, sistem, kualitas maupun kuantitas dan perilaku karakteristik objek atau karya.
Berlakunya Kurikulum 2006 (Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP) yang berbasis pada kompetensi memberi ruang baru bagi penguatan pola penataan materi dan metode pembelajaran bahasa Indonesia dengan tujuan penguasaan bahasa secara baik dan benar. Namun, sayangnya KTSP yang dikembangkan tidak juga mampu membuat prestasi belajar bahasa Indonesia siswa menggembirakan. Hal ini dapat dibuktikan dengan rendahnya hasil ujian nasional (UN) siswa untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu, suatu hal yang cukup menyedihkan, bahwa berdasarkan berbagai studi yang dilakukan organisasi internasional, seperti studi yang dilakukan TIMMS ditemukan bahwa sebagian besar (95%) siswa Indonesia hanya mampu menjawab persoalan sampai tingkat menengah. Artinya, 5% siswa Indonesia hanya mampu memecahkan soal yang memerlukan pemikiran.Persoalannya, mengapa pelajaran bahasa Indonesia belum juga mampu membangun cara berpikir siswa, padahal fungsi utama bahasa selain sebagai sarana komunikasi juga merupakan sarana pembentuk pikiran. Ada apa dengan pelajaran bahasa Indonesia kita di sekolah-sekolah?
Dengan bimbingan dan arahan guru, siswa menanyakan dan mempertanyakan antara lain tentang perbedaan antara ungkapan (a) harapan atau doa dan (b) ucapan selamat atas suatu kebahagiaan dan prestasi, serta responnya, dalam bahasaInggris dengan yang ada dalam bahasa Indonesia, kemungkinan menggunakan ungkapan lain, akibat jika tidak melakukan, dsb. Mengumpulkan Informasi
Berbagai hal terkait dengan interaksi antara guru dan peserta didik selama proses pembelajaran tentang kegiatan dan tindakan di sekolah, rumah,dan sekitarnya dan yang relevan dengan kehidupan peserta didik sebagai pelajar dan remaja, dengan memberikan keteladanan tentang perilaku penuh empati, jujur, disiplin, percaya diri, dan bertanggung jawab.
- Membaca beberapa teks pendek yang berisi rencana dan kemauan untuk melakukan perbaikan diri - Bertanya jawab tentang rencana dan kemauan yang disebutkan dalam teks. - Menyimak, membaca, dan menirukan, guru membacakan teks-teks tersebut dengan suara lantang
6 Penggunaan nominal singular dan plural secara tepat, dengan atau tanpa a, the, this, those, my, their, dsb secara tepat dalam frasa nominal 7 Ucapan, tekanan kata, intonasi 8 Ejaan d[r]
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR 3.6 menerapkan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks interaksi transaksional lisan dan tulis yang melibatkan tindakan memberi dan mem[r]
12.2. Mengungka- pkan makna dan langkah retorika dalam esei pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk narrative dan report
Di dalam bab ini, materi utama yang akan dipelajari adalah mengenai pernyataan dan pertanyaan akan sebuah kegiatan atau kejadian yang sedang berlangsung. Dalam istilah tata bahasa, kita lebih mengenalnya dengan present continuouse tense atau present proggressive tense. Namun dalam proses pembelajarannya, akan lebih baik ketika peserta didik diperkenalkan di akhir mengenai konsep tata bahasanya. Hal ini dikarenakan ada kekhawatiran jika tata bahasa diperkenalkan di awal, maka peserta didik akan mengganggapnya sebagai suatu hafalan atau bahkan membuat rumus sendiri.
1. Guru masuk ke kelas dan langsung menyapa siswa dengan menggunakan bahasainggris “Good morning, students” agar English Environment dapat langsung tercipta. Setelah direspon, guru menanyakan keadaan siswa 2. Guru menanyakan kehadiran siswa dengan
pertemuan sebelumnya Mengarahkan peserta didik membaca pernyataan pada setiap soal hal 140 membaca pernyataan pada setiap soal hal 140 Membimbing peserta mengidentifikasi fungs[r]
Dengan bimbingan dan arahan guru, mengidentifikasi ciri-ciri (fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan) interaksi menyatakan dan menanyakan tindakan/ kegiatan/ kejadian tanpa perlu menyebutkan pelakunya dalam konteks yang benar.
2.3.1.Menunjukkan perilaku santun saat menggunakan ungkapan ungkapan harapan atau doa dan ucapan selamat atas suatu kebahagiaan dan prestasi, serta responnya 2.3.2.Menunjukkan perilaku p[r]
Kegiatan Pendahuluan Guru mengecek kesiapan peserta didik belajar baik secara fisik maupun psikologis berdoa, mengecek kehadiran dll Guru mereview kembali materi yang dipelajari pa[r]