Menurut Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah (dalam Respati, 2007), sekolah penyelenggara program percepatan belajar adalah sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa yang memiliki keberbakatan intelektual tinggi. Beberapa sarana belajar yang diharapkan tersedia diantaranya kelengkapan sumber belajar (seperti buku paket, buku pelengkap, buku referensi, buku bacaan, majalah, modul, lembar kerja, kaset video, VCD, CD-ROM), media pembelajaran (seperti radio, casette recorder, TV, OHP, wireless, slide projector, LD/LCD/VCD/ DVD Player, Komputer), serta adanya sarana Information Technology (IT) : seperti jaringan internet, dan lain-lain.
Taskcommitment is one of the criteria that a gifted student should have (Hawadi, 2002). Acceleration program is a study curriculum for a student with intellectual ability above average (Nasichin in Hawadi, 2002). Taskcommitment is a behavior that indicates the bound between tasks and responsibility. To develop such behavior, there are internal and external influences of the student (Saam, 2010). One of the internal influences in developing taskcommitment behavior is selfconcept. Person who have a positive selfconcept will recognize themself as a whole, have knowledge, expectation, and assessment of themself. In the context of academic, knowledge, hope, and assessment of selfacademic ability is called academicselfconcept (Wilson, 2009). Every student, including acceleration student has the academicselfconcept regardless of positive or negative.
Niyoko. (2010). Hubungan antara Konsep Diri Kemampuan Akademik dan Prestasi Belajar IPS dengan Kesehatan Mental Siswa Kelas V, SD Kanisius Demangan Baru Depok, Sleman, Daerah Ist1mewa Yogyakarta Tahun Pelajaran 2008/2009. Jurnal Sosialita.
Faktor individual pertama mencakup persepsi terhadap diri yaitu bagaimana remaja bersekolah memandang dan memahami kemampuan dirinya. Kedua, persepsi terhadap peran dan tugasnya sebagai siswa. Faktor individual yang ketiga adalah sikap orang tua. Sikap orang tua yang memfokuskan pada hasil tugas akhir, akan menghasilkan siswa yang lebih memiliki motivasi eksternal, sedangkan orang tua yang menghargai proses belajar dan berpendapat bahwa prestasi merupakan hasil dari proses belajar, maka akan membuat siswa memiliki komitmen yang lebih baik pada setiap tugasnya.
Dengan beban akademik yang lebih padat daripada siswa reguler, siswaakselerasi diharapkan memiliki a cademic selfconcept yang positif agar dapat melihat potensi atau kemampuan akademik yang mereka miliki dengan baik serta dapat mencapai kesejahteraan akademik mereka. Academicselfconcept pada siswaakselerasi di Medan berbeda-beda, sebagian dari mereka memiliki academicselfconcept yang cenderung positif walaupun ada beberapa yang tidak. Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari salah satu guru yang mengajar di salah satu SMAakselerasi di medan, yaitu:
Taskcommitment is one of the criteria that a gifted student should have (Hawadi, 2002). Acceleration program is a study curriculum for a student with intellectual ability above average (Nasichin in Hawadi, 2002). Taskcommitment is a behavior that indicates the bound between tasks and responsibility. To develop such behavior, there are internal and external influences of the student (Saam, 2010). One of the internal influences in developing taskcommitment behavior is selfconcept. Person who have a positive selfconcept will recognize themself as a whole, have knowledge, expectation, and assessment of themself. In the context of academic, knowledge, hope, and assessment of selfacademic ability is called academicselfconcept (Wilson, 2009). Every student, including acceleration student has the academicselfconcept regardless of positive or negative.
Rifaatul Mahmudah, 2016 PROGRAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSI SISWA BERBAKAT DI KELAS AKSELERASI SMA X MEDAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.ed[r]
Awal tahun 1998/1999, kelas akselerasi pertama kali diujicobakan pada dua sekolah swasta di Jakarta dan satu sekolah swasta di Jawa Barat. Kedua sekolah ini masih mendapatkan pengarahan dari Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Pada tahun 2000, programakselerasi ini dicanangkan oleh Menteri Pendidikan Nasional pada Rakernas Depdiknas untuk menjadi Program Pendidikan Nasional. Pada kesempatan tersebut Mendiknas melalui Dirjen Dikdasmen menyampaikan Surat Keputusan (SK) Penetapan Sekolah Penyelenggara Program Percepatan Belajar (akselerasi) kepada 11 sekolah terdiri dari 1 SD, 5 SMP dan 5 SMA di DKI Jakarta dan Jawa Barat. (http://asosiasicibinasional.wordpress.com, pada tanggal 4 September 2013). Berdasarkan hasil wawancara dengan Koordinator ProgramAkselerasi, yang sekaligus menjabat sebagai guru wali kelas akselerasi di SMA “X” Bandung, sekolah ini merupakan sekolah yang pertama kali mendapatkan kepercayaan dari Dinas Pendidikan Nasional untuk menjalankan proyek uji coba kelas akselerasi pada tahun 2000 di Bandung.
Penelitian perancangan program pengembangan kecerdasan emosi siswa, secara khusus bertujuan untuk : (1) Mengetahui kecerdasan emosi siswa; (2) Mengetahui distribusi kecerdasan emosi siswa untuk masing-masing aspek; (3) Memperoleh program kecerdasan emosi siswa berbakat. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian di lakukan di SMA X kota Medan yang melibatkan wakil kepala sekolah, wali kelas dan sejumlah siswa sebagai sumber data. Data dikumpulkan melalui angket dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan: (1) kecerdasan emosi siswa dalam kategori baik dengan skor 3,35 (84 skala 100); (2) Aspek kemampuan mengelola emosi dan empati memperoleh skor 3,3 (baik). Sedangkan untuk aspek kesadaran diri, kemampuan memanfaatkan emosi secara produktif dan kemampuan membina hubungan memperoleh skor 3,4 (baik); (3) Ada indikasi masalah yang muncul berupa depresi, sifat individualis yang berlebihan, kurangnya wadah untuk penyaluran minat bakat dan kreativitas siswa, serta perfeksionisme yang berlebihan (4) Program disusun dengan stuktur : judul, latar belakang, tujuan, materi, metode/strategi, waktu, dan evaluasi, untuk menanggulangi masalah-masalah yang muncul.
Tesis ini berjudul Program Pengembangan Kecerdasan Emosi Siswa Berbakat di Kelas AkselerasiSMA X Medan disusun dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, membahas tentang latar belakang penelitian, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab II Tinjaun Pustaka, merupakan tinjuan teoritik dari beberapa ahli tentang konsep dasar anak berbakat dan kaitannya dengan kecerdasan emosi. Bab III Metode Penelitian membahas tentang hal-hal yang terkait dengan prosedur dan perencanaan penelitian dalam rangka penyusunan tesis. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan mengemukakan tentang data yang diperoleh dalam penelitian serta deskripsi tentang hasil penelitian. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi mengemukakan kesimpulan tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan rekomendasi hasil penelitian kepada kepala sekolah dan guru SMA X Medan.
Menurut Gie (2000) Self Management berarti mendorong diri sendiri untuk maju, mengatur semua unsur kemampuan pribadi, mengendalikan kemampuan untuk mencapai hal-hal yang baik, dan mengembangkan berbagai segi dari kehidupan pribadi agar lebih sempurna. Sedangkan menurut Astriyani (2010) Self Management merupakan suatu kemampuan untuk mengatur berbagai unsur di dalam diri individu seperti pikiran, perasaan, dan perilaku, selain itu Self Management juga bermanfaat untuk merapikan diri individu seperti pikiran, perasaan, perilaku individu dan juga lingkungan sekitarnya lebih memahami apa yang menjadi prioritas, tidak membedakan dirinya dengan orang lain.
21 Saya suka mengganggu teman ketika guru sedang menjelaskan pelajaran 22 Saya sudah jauh-jauh hari belajar untuk ujian 23 Jika materi ujian terlalu banyak, saya hanya belajar[r]
Saguni, Fatimah., & Amin, Sagir M. (2013) Hubungan antara Peneyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Self Regulation Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas Akselerasi SMP Negeri 1 Palu. Jurnal Psikologi : STAIN Datokarama Palu.
Dalam masalah ini tinggi rendahnya prestasi tinggi pada saat kuliah juga dipengaruhi oleh academicself-efficacy yang dimiliki setiap mahasiswa di mana tentunya berpengaruh terhadap prestasi belajar. Academicself- efficacy menunjuk pada seseorang yang memiliki keyakinan bahwa mereka dapat berhasil dalam mencapai prestasi pada bidang akademik atau mencapai specific academic goal (Bandura; Eccles & Wigfield; Elias & Loomis; Gresham; Linnenbrink & Pintrich; Schunk & Pajares dalam McGrew, 2008).
Welsh dan Blosch (1978:104), seperti yang dikutip oleh Hall, berpendapat bahwa: The selfconcept is defined as the set of perceptions and feelings that and individual holds about himself. It also includes self esteem with all of its parts considered as a whole . Titik berat pada definisi ini adalah pada serangkaian persepsi-persepsi dan perasaan-perasaan tentang dirinya. Persepsi-persepsi ini mencakup pengetahuan, pengertian, interpretasi dan penilaian. Namun, masih ditegaskan lagi dalam evaluasi diri terhadap bagian-bagian, tingkatan yang dipertimbangkan sebagai suatu keseluruhan.
Dalam masalah ini tinggi rendahnya prestasi tinggi pada saat kuliah juga dipengaruhi oleh academicself-efficacy yang dimiliki setiap mahasiswa di mana tentunya berpengaruh terhadap prestasi belajar. Academicself-efficacy menunjuk pada seseorang yang memiliki keyakinan bahwa mereka dapat berhasil dalam mencapai prestasi pada bidang akademik atau mencapai specific academic goal (Bandura; Eccles & Wigfield; Elias & Loomis; Gresham; Linnenbrink & Pintrich; Schunk & Pajares dalam McGrew, 2008). Academicself-efficacy berdasar pada self-efficacy Bandura (dalam Golightly, 2007). Miner menyatakan (Luthans dalam Riyanti, 2007) bahwa individu yang memiliki high self-efficacy memiliki harapan-harapan yang kuat mengenai kemampuan diri untuk menunjukkan prestasi secara sukses dalam situasi yang sama sekali baru. Hal baru menurut Miner (Luthans dalam Riyanti, 2007) tersebut peneliti hubungkan dengan wirausaha, di mana mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW selama menempuh pendidikan di bangku kuliah tentunya memiliki academicself-efficacy yaitu dalam pendidikan psikologi dan mendapati bidang baru yaitu wirausaha.
Subyek penelitian adalah siswa- siswi salah satu SMA Katolik swasta di Surabaya usia 16-18 tahun yang berada pada tingkatan kelas XII dan mengambil minat jurusan IPA (N=241). Data dikumpulkan melalai hasil wawancara, angket terbuka dan skala diferensiasi. Analisis data menggunakan analisis regresi SPSS 13.00.
permasalahan psikologis bagi siswa. Evaluasi penyelenggaraan programakselerasi yang dilaksanakan oleh Zuhdi tahun 2006 juga menyebutkan bahwa terdapat beberapa dampak psikologis siswa setelah beberapa waktu penyelenggaraan programakselerasi, diantaranya pada masa transisi tiga bulan pertama, siswa mengalami stress karena merasa kaget dengan pemberian materi yang begitu cepat. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti yang menyebutkan bahwa mereka mengalami stress pada saat awal masuk programakselerasi. Materi disampaikan secara cepat, tugas sekolah banyak, dan ulangan mendadak menyebabkan mereka merasa tertekan.
57 Riffatul Mahmudah, 2016 PROGRAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSI SISWA BERBAKAT DI KELAS AKSELERASI SMA X MEDAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.[r]
Self-concept siswa tentang matematik dalam pembelajaran dengan menggunakan program Geogebra lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.. Self-conce[r]