Top PDF HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN KONSEP DIRI DENGAN KEDISIPLINAN SISWA Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dan Konsep Diri Dengan Kedisiplinan Siswa.
Segala puji syukur bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada Rasulullah Muhammad SAW teladan bagi umatnya. Karya ini terinspirasi oleh fenomena pelanggaran kedisplinan yang banyak terjadi dilingkungan sekolah. Perilaku melanggar tersebut memunculkan pertanyaan: “Bagaimana pengaruh teman dan konsep diri siswa terhadap kedisiplinan atau tata tertib yang berlaku disekolah?”
Feist dan Feist (2009) mengemukakan bahwa organisme dan diri (self) adalah dua entitas yang dapat kongruen satu sama lain ataupun tidak. Inkongruensi antara konsep diri dan pengalaman organismik adalah sumber dari gangguan psikologis. Semakin besar ingkongruensi antara diri yang dirasakan (konsep diri) dengan pengalaman organismik, individu akan semakin rentan. Kaitannya dengan kedisiplinan, maka individu yang memiliki konsep diri rendah atau negatif maka memiliki potensi yang tinggi melanggar kedisiplinan dibandingkan idnvidu yang memiliki konsep diri tinggi atau positif.
Peraturan sekolah dibuat agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan tuntutan lingkungan sekolah. Disiplin sekolah dianggap sebagai sarana agar proses belajar dapat efektif. Karena tujuan disiplin di sekolah adalah efektifitas proses belajar mengajar, maka perilaku yang dianggap mendukung proses belajar mengajar dianggap masalah disiplin.
Tujuan penelitian mengetahui: 1) Hubungan antara harga diri dan interaksitemansebaya dengan stres belajar; 2) Sumbangan atau peran harga diri dan interaksitemansebaya terhadap stres belajar; 3) Tingkat harga diri, interaksitemansebaya dan stress belajar. Subjek penelitian yaitu siswa-siswi kelas XI salah satu SMA di Kecamatan Cawas sebanyak 140 siswa. Pengumpulan data menggunakan skala harga diri, skala interaksitemansebaya dan skala stress belajar. Teknik analisis data menggunakan regresi dua prediktor. Kesimpulan penelitian menyatakan ada hubungan yang sangat signifikan antara harga diri dan interaksitemansebaya dengan stres belajar. Implikasi dari penelitian ini bahwa guru dapat meminimalkan stres belajar siswa dengan mengoptimalkan harga diri dan interaksitemansebaya, yaitu dengan mengembangkan pola pembelajaran lebih aktif, kreatif, efektif menyenangkan yang mendorong kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan masalah belajar.
Lingkungan sosial mempunyai peranan besar terhadap perkembangan remaja. Lingkungan sosial sebagai bagian dari komunitas sosial memegang peranan yang strategis bagi kehidupan sosial masyarakat. Pada masa remaja lingkungan sosial yang dominan antara lain dengan temansebaya. Menurut Mappiare (1982) kelompok temansebaya merupakan lingkungan sosial pertama di mana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya. Lingkungan temansebaya merupakan suatu kelompok baru yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan rumah. Bahkan apabila kelompok tersebut melakukan penyimpangan, maka remaja juga akan menyesuaikan dirinya dengan norma kelompok. Remaja tidak peduli dianggap nakal karena bagi mereka penerimaan kelompok lebih penting, mereka tidak ingin kehilangan dukungan kelompok dan tidak ingin dikucilkan dari pergaulan. Sebagian dari remaja mengambil jalan pintas untuk menghindarkan diri dari masalah sehingga cenderung untuk keluyuran dan melakukan tindakan pergaulan yang salah dengan teman-temannya. Akibatnya banyak yang terjerumus dalam tindak kenakalan seperti menipu, berkelahi, mencuri dan sebagainya.
Fakta di atas juga diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan Fauziah (2007) terhadap siswa yang berbakat tinggi, sedang dan rendah pada sekolah SMU di Semarang dan Yogyakarta. Penelitian menunjukan bahwa siswa yang berbakat cenderung lebih formal dalam bersosialisasi, lebih menyukai kesendirian dan mempunyai altruism yang rendah. Oleh karena itu, Hartup (1992) menyimpulkan bahwa kualitas hubungan sosial yang baik merupakan prediktor terbaik bagi kemampuan adaptasi remaja pada masa dewasa.
sikap. Dalam hal ini, seorang siswa misalnya diharapkan selalu memiliki motivasi yang tinggi untuk berprestasi, memiliki nilai- nilai yang positif dan sikap yang baik, yang mencerminkan sebagai seorang kaum terpelajar. Ini berarti bahwa harapan meliputi semua aspek formal dari belajar dan harapan informal, seperti harapan dari teman, masyarakat, dan orangtua. Semua harapan peran ini dapat menjadi salah satu sumber stres bagi siswa, terutama ketika ia merasa tidak mampu memenuhi harapan- harapan peran tersebut. Selanjutnya ada faktor interpersonal demands (tuntutan interpersonal). Dimensi keempat dari tuntutan sekolah yang dapat menjadi sumber stres bagi siswa adalah tuntutan interpersonal. Di lingkungan sekolah, siswa tidak hanya dituntut untuk dapat mencapai prestasi akademis yang tinggi, melainkan sekaligus harus mampu melakukan interaksi sosial atau menjalin hubungan baik dengan orang lain. Bahkan keberhasilan siswa di sekolah banyak ditentukan oleh kemampuannya mengelola interaksi sosial ini. Hal ini adalah karena sebagian besar waktunya dihabiskan bersama orang-orang di luar lingkungan keluarganya, seperti temansebaya dan guru-guru.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara harga diri dan interaksitemansebaya dengan kepercayaan diri remaja awal. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Ampel Kab. Boyolali yang berjumlah 210 siswa, dengan sampel penelitian ini sebanyak 131 siswa. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah skala harga diri, skala interaksitemansebaya dan skala kepercayaan diri. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dan chow test. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara harga diri dan interaksitemansebaya dengan kepercayaan diri remaja awal. Harga diri memiliki kategori sedang serta interaksitemansebaya dan kepercayaan diri memiliki kategori rendah. Hasil analisis menunjukkan sumbangan efektif harga diri terhadap kepercayaan diri sebesar 4,68% dan sumbangan efektif interaksitemansebaya terhadap kepercayaan diri sebesar 25,12%. Total sumbangan efektif harga diri dan interaksitemansebaya terhadap kepercayaan diri adalah 29,8%. Meskipun demikian, pengaruh harga diri dan interaksitemansebaya terhadap kepercayaan diri antara laki-laki dan perempuan tidak berbeda secara signifikan.
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Tunas Bangsa Tawangsari Sukoharjo yang terdiri dari empat kelas. Teknik Penelitian menggunakan cluster random sampling. Alat Ukur yang digunakan adalah Skala interaksitemansebaya dan skala perilaku merokok. Metode Analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi non parametrik kendall tau-b dengan bantuan computer program SPSS for MS Windows Versi 16,00.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi masa kedewasaan. Namun pada dasarnya masa remaja adalah masa dimana seseorang dituntut untuk memilih sikap atau dapat juga dikatakan belajar merubah sikap kekanak-kanakan menjadi lebih dewasa, dimana pada masa ini si individu dapat menentukan sendiri kearah mana ia akan memulai berjalan dalam kehidupannya. Faktor yang mempengaruhi konsep diri, diantaranya adalah temansebaya (peer group). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara penerimaan kelompok temansebaya dengan konsep diri, serta mengetahui tingkat penerimaan kelompok temansebaya dan konsep diri siswa SMP Negeri 17 Surakarta dan sumbangan efektif penerimaan kelompok temansebaya terhadap konsep diri. Dengan hipotesis : ada hubungan positif antara penerimaan kelompok temansebaya dengan konsep diri pada siswa SMP Negeri 17 Surakarta
lekat dengan hasrat untuk memperoleh pengakuan dari teman-temannya. Takutnya remaja ketinggalan mode karena pengaruh teman-teman dan ingin konform dengan lingkungannya. Apabila tidak diimbangi konsep diri yang positif, maka arus konsumtivisme yang telah melanda kalangan remaja, memungut gaya hidup seperti ini merupakan cara paling tepat untuk dapat ikut masuk ke dalam kelompok sosial yang diinginkan.
Hasil analisis membuktikan bahwa variabel Interaksitemansebayasiswa SMP N 2 Surakarta tergolong dalam kategori sedang. Sedangkan variabel Penyesuaian sosial siswa SMP N 2 Surakarta tergolong dalam kategori sedang Sehingga siswa SMP N 2 Surakarta memiliki cukup komunikasi serta pergaulan antar siswa satu dengan yang lainnya serta telah mampu menyesuaikan dirinya dengan baik. Kategori sedang mungkin terjadi karena masa remaja yang masih dalam proses pencarian jati diri yang dilakukan melalui identifikasi tokoh yang dipilih melalui lingkungan sosialnya yaitu kelompok temansebaya memegang peranan penting dalam pemilihan tokoh yang diidentifikasikan (Ali,2004).
5. Kepribadian dan Konsep Diri. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku pembelian. Kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relative konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadian biasanya dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri seperti percaya diri, dominasi otonomi, ketaatan, kemampuan bersosialisasi, daya tahan, dan kemampuan beradaptasi. Kepribadian dapat menjadi variabel yang berguna dalam menganalisa perilaku konsumen. Jika jenis kepribadian dengan pilihan produk atau merk yang berkaitan dengan kepribadian adalah konsep diri (citra pribadi) seseorang. Pemasar berusaha mengembangkan citra merk yang sesuai dengan citra pribadi sasaran.
Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal dan Interaksi Teman Sebaya dengan Penyesuaian Sosial Pada Remaja di SMP Negeri 1 Sukoharjo.. Fakultas Psikologi Universitas Sebelas Maret..[r]
Kepercayaan diri (Self confidence) merupakan salah satu tujuan penting pendidikan dasar di Indonesia yang perlu diperhatikan dan ditumbuhkan pada siswa agar kelak mereka dapat menjadi manusia yang mampu mengontrol berbagai aspek yang ada pada dirinya, sehingga siswa lebih jernih dalam mengatur tujuan dan sasaran pribadi yang jelas dan lebih mampu dalam mengarahkan perilaku menuju keberhasilan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara interaksitemansebaya dengan persepsi terhadap perilaku deviasi seksual pada remaja. Populasi dari penelitian ini adalah siswa-siswi SMK Muhammadiyah Bandongan kabupaten Magelang. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI sebanyak 71 orang yang di peroleh dari dua kelas. Teknik sampling yang dugunakan adalah Purposive non random sampling, artinya tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi subjek penelitian.
kesenangan. Variabel perilaku merokok memiliki Rerata Empirik (RE) sebesar 67,40 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 87,5 yang berarti subjek pada penelitian ini memiliki perilaku merokok yang tergolong rendah. Kondisi ini dapat diinterpretasikan bahwa perilaku merokok pada remaja atau siswa tersebut tergolong rendah. Perilaku merokok yang rendah tersebut dimungkinkan karena adanya penerimaan tanpa syarat terhadap lingkungan temansebaya. Biasanya remaja ditandai dengan emosi yang masih labil sehingga demi diterimanya seorang individu dalam suatu kelompok ia akan melakukan apapun yang diperintahkan oleh kelompok teman sebayanya. Komalasari dan Helmi (2006) mengungkapkan bahwa remaja merokok lebih merupakan upaya-upaya untuk dapat diterima dilingkungannya.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi masa kedewasaan. Namun pada dasarnya masa remaja adalah masa dimana seseorang dituntut untuk memilih sikap atau dapat juga dikatakan belajar merubah sikap kekanak-kanakan menjadi lebih dewasa, dimana pada masa ini si individu dapat menentukan sendiri kearah mana ia akan memulai berjalan dalam kehidupannya. Faktor yang mempengaruhi konsep diri, diantaranya adalah temansebaya (peer group). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara penerimaan kelompok temansebaya dengan konsep diri, serta mengetahui tingkat penerimaan kelompok temansebaya dan konsep diri siswa SMP Negeri 17 Surakarta dan sumbangan efektif penerimaan kelompok temansebaya terhadap konsep diri. Dengan hipotesis : ada hubungan positif antara penerimaan kelompok temansebaya dengan konsep diri pada siswa SMP Negeri 17 Surakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interaksitemansebaya dengan penyesuaian sosial pada siswa. Hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu ada hubungan positif antara interaksitemansebaya dengan penyesuaian sosial pada siswa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jumlah responden sebanyak 118 orang. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interaksitemansebaya yang berjumlah 29 aitem dan skala penyesuaian sosial berjumlah 32 aitem. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,523 ; p = 0,000 (p < 0,01), sehingga hipotesis yang diajukan diterima. Artinya bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara interaksitemansebaya dengan penyesuaian sosial. Sumbangan efektif antara interaksitemansebaya dengan penyesuaian sosial menunjukkan bahwa koefisien determinan (r2 ) sebesar 0,273, sehingga variabel interaksitemansebaya memberikan sumbangan efektif sebesar 27,3%, dalam mempengaruhi penyesuaian sosial pada siswa, sedangkan sisanya 72,7% dipengaruhi oleh variabel lain di luar interaksitemansebaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara interaksitemansebaya dengan penyesuaian diri di sekolah pada siswa baru di SMK Kristen Salatiga tahun ajaran 2015/2016. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif korelasional. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Kristen Salatiga. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 95 siswa, pengambilan dengan menggunakan teknik ninprobability sampling. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode angket berupa skala likert untuk interaksitemansebaya dan penyesuaian diri. Analisa data penelitian ini menggunakan teknik korelasi, dengan bantuan SPSS versi 16.0 forWindows. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa r = 0,384, p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara interaksitemansebaya dengan penyesuaian diri pada siswa, semakin tinggi interaksi yang dengan temansebaya maka, semakin tinggi penyesuaian diri.Hasil analisa menunjukkan interaksitemansebaya berada dalam kategori sedang dengan jumlah prosentase 72,63% sebanyak 69 siswa. Hasil analisa penyesuaian diri berada dalam kategori tinggi dengan jumlah prosentase 69,47% sebanyak 66 siswa.Sumbangan efektifnya 14,75%, yang berarti 85,25% penyebab penyesuaian diri di sekolah dapat disebabkan oleh fator lain seperti motif, harga diri, persepsi, sikap, intelegensi dan minat, kepribadian, keluarga, kondisi sekolah, prasangka sosial, hukum dan norma sosial.