pernah” 4. Penilaian kinerja dalam penelitian ini mengunakan model penilaian atasan langsung dan diri sendiri oleh responden. Kinerja tinggi apabila nilai antara penilaian atasan langsung dan responden ≥ 95 median dan kinerja rendah apabila nilai < 95 median. Kuisioner penelitian ini sebelum dibagikan kepada responden peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas di RS Islam Ibnu Sina Pekanbaru dengan jumlah responden sebanyak 20 responden. Hasil uji instrumen (validitas dan reliabilitas) menggunakan tehnik korelasi Pearson product moment (r) Dikatakan valid jika r hasil > r table, dikatakan reliabel jika r alpha > r tabel (Hastono, 2011). Pada penelitian ini nilai r tabel yang digunakan (r = 0,444), hasil perhitungan pada penelitian diperoleh pada kuesioner mekanismekoping r hitung dalam rentang ( 0,512 – 0,742 ) terdapat tiga pertanyaan yang tidak valid untuk koesioner mekanismekoping dan 17 kuesioner yang valid untuk mekanismekoping, sedangkan nilai Cronbach's Alpha diperoleh sebesar 0,911 artinya kuesioner mekanismekoping reliabel. Hasil perhitungan pada kuesioner kinerja r hitung dalam rentang (0,462 – 0,859) terdapat enam pertanyaan kinerja yang tidak valid dan 32 pertanyaan yang valid, sedangkan hasil perhitungan nilai Cronbach's Alpha diperoleh nilai sebesar 0,959 artinya kuesioner kinerja bersifat reliabel.
Skripsi berjudul Hubungan antara Faktor Organisasi dengan KinerjaPerawatPelaksana di RuangRawatInap RSUD Dr. H. Moh. Anwar Kabupaten Sumenep telah diuji dan disahkan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember pada:
Kompetensi adalah kemampuan individu untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan benar dan memiliki ke unggulan menyangkut pengetahuan, keahlian dan sikap, kepala ruangan menjadi Frontline di ruangan untuk mengarahkan perawatpelaksana agar kinerjaperawatpelaksana baik dan lebih ditingkatkan. Tujuan dari penelitian ini adalah Teridentifikasinya hubungan kompetensi kepala ruang terhadap kinerjaperawatpelaksana dalam menerapkan asuhan keperawatan di RuangRawatInap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak, Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan studi korelasi, dengan pendekatan deskriptif cross sectional. Jumlah sampel 132 perawatpelaksana di 10 ruangrawatinap. Proses analisa data dengan SPSS 22 untuk menguji variable. Hasil penelitian diperoleh nilai P Value= 0.04, OR = 2.314, pada tingkat kepercayaan 95% (alpha 5%). Kesimpulan menunjukkan ada hubungan kompetensi ( pengarahan) kepala ruang terhadap kinerjaperawatpelaksana.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “ Hubungan Motivasi dan Beban Kerja dengan KinerjaPerawatPelaksana di RuangRawatInap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa”, disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Keperawatan di Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Kinerjaperawatpelaksana kontrak adalah hasil kerja yang dicapai oleh perawatpelaksana kontrak di RSUD Dr. Pirngadi Medan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien meliputi pengkajian keperawatan, diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi tindakan. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan tentang kinerjaperawatpelaksana kontrak di ruangrawatinap paling banyak adalah kategori kurang baik yaitu 50 orang (52,6%), kategori baik sebanyak 41 orang (43,2%) dan kategori tidak baik sebanyak 4 orang (4,2%), dapat diambil kesimpulan bahwa kinerjaperawatpelaksana kontrak dalam melaksanakan asuhan keperawatan belum optimal. Hasil penelitian ini sesuai dengan permasalahan pada perawatpelaksana kontrak yang kurang percaya diri dan ragu-ragu, lamban, kurang mandiri, kurang memahami tentang asuhan keperawatan, tidak semua asuhan keperawatan dilaksanakan dan pendokumentasian asuhan keperawatan yang masih tidak lengkap.
Segala Puji Syukur penulis hanya kepada Tuhan Yesus atas rencana indah yang Dia berikan dalam kehidupan penulis. Berkat pertolonganNya yang berlimpah, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “ Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Ruang dan Motivasi Intrinsik PerawatPelaksana terhadap KinerjaPerawatPelaksana di RuangRawatInap RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Supervisi keperawatan ditujukan untuk mengarahkan pada perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Pelaksanaan supervisi oleh kepala ruangan yang baik dapat mempengaruhi kinerjaperawatpelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dan hasil pendokumentasian lebih efisien bila supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan berjalan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerjaperawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di RuangRawatInap RSU.Sari Mutiara Medan Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi dengan desain cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 43 responden.Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Hasil penelitian didapatkan supervisi kepala ruang paling banyak adalah baik yaitu 27 responden (62,8%) dan kinerjaperawat dalam pendokumentasian askep yang paling banyak adalah adalah baik yaitu 30 responden ( 69,85%). Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan kinerjaperawatpelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan (pvalue=0.004) < 0,05. Sehingga disarankan bagi rumah sakit perlunya supervisi secara periodik terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan, bagi perawat diharapkan untuk lebih memperhatikan standar pendokumentasian asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh rumah sakit
Penelitian ini merupakan penelitian korelasi deskriptif dengan pendekatan potong lintang, bertujuan untuk melihat hubungan antara komunikasi organisasi dengan kinerjaperawatpelaksana, dan mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerjaperawatpelaksana. Hipotesis yang dibuktikan dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan antara komunikasi organisasi dengan kinerjaperawatpelaksana di ruangrawatinap RS”. Responden penelitian sebanyak 156 perawat pelakana. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti sesuai dengan teori terkait variabel yang diteliti yaitu kinerjaperawat berdasarkan standar praktik profesional (ANA, 2004; PPNI, 2010) dan komunikasi organisasi berdasarkan pendekatan mikro (Masmuh, 2010; Muhammad, 2009). Analisis bivariat menggunakan uji chi square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik berganda untuk mengidentifikasi faktor komunikasi organisasi yang paling berpengaruh terhadap kinerjaperawatpelaksana. Pengukuran KinerjaPerawat dan Komunikasi Organisasi menggunakan empat kriteria berdasarkan skala Likert, selanjutnya data dikelompokkan dalam dua kategori berdasarkan nilai median atau mean sesuai distribusi data. Prinsip etik memperhatikan hak responden untuk menentukan kesediaannya sebagai responden penelitian melalui pernyataan persetujuan. Peneliti menghormati hak subyek penelitian, dengan cara menjamin kerahasiaan identitas (anonymity), kebebasan pribadi (pri- vacy ), dan kerahasiaan data (confidentiality). Hasil
Metode tim adalah Metode penugasan pemberian asuhan keperawatan, dimana kepala ruangan membagi perawatpelaksana dalam beberapa kelompok atau tim, yang diketuai oleh seorang perawatpelaksana terdiri dari berbagi latar belakang pendidikan dan kemampuannya (Manurung, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penerapan metode tim dengan kinerjaperawatpelaksana di ruangrawatinap interna di RSUD Daya Kota Makassar. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Juli 2013 sampai 23 Juli 2013. Penelitian ini mengunakan metode penelitian Deskritif dengan pendekatan Cross Sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 35 responden. Pemilihan sampel dilakukan dengan Purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji statistic chi-square, dengan tingkat kemaknaan α=0,05. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara hubungan interpersonal, komunikasi, tanggung jawab dengan kinerjaperawat, dengan nilai kemaknaan p=0,032, p=0,013, p=0,013, dimana nilai p lebih kecil dari a=0,05. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara hubungan interpersonal, komunikasi, tanggunggung jawab dengan kinerjaperawatpelaksana diruang rawatinap interna di RSUD Daya Kota Makassar. Adapun saran, perlunya perawat melakukan upaya peningkatan diri baik pengetahuan maupun keterampilan melalui jenjang formal dan non formal guna mendukung upaya pencapaian kinerja yang lebih baik lagi.
Pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan jelas mempunyai kontribusi yang sangat menentukan kualitas pelayanan di rumah sakit, sehingga setiap upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit harus juga disertai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan faktor-faktor kinerjaperawatpelaksana di ruangrawatinap Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2017. Jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti sebagai pendekatan dalam penelitian adalah kuantitatif. Desain penelitiannya dengan pendekatan cross sectional study (studi potong lintang). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawatruangrawatinap Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan yang berjumlah 217 orang, dengan jumlah sampel 200 orang. Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian diperoleh motivasi (p=0,000), beban kerja (0,037), kompensasi (0,042), pengembangan karir (0,002), pendidikan (p=0,000) memiliki hubungan signifikan terhadap kinerjaperawat. Sedangkan iklim kerja (p=0,059), kemampuan kerja (p=0,135), dan masa kerja (p=0,697) memiliki hubungan signifikan terhadap kinerjaperawat. Motivasi kerja merupakan faktor yang dominan berhubungan dengan kinerjaperawat dengan nilai OR = 8,014. Dengan demikian Rumah Sakit Sari Mutiara perlu meningkatkan loyalitas, kepatuhan sesuai standar pelayanan yang berlaku dengan metode pelatihan budaya kerja. Sehingga motivasi yang merupakan faktor psikologis dilatih untuk lebih peka dan menumbuhkan semangat dan motivasi dalam bekerja.
From the result can be concluded that There were correlation between organization’s culture, and individual characteristic with staff nurse’s working performance with p value < 0,05 i[r]
Kinerja merupakan hasil karya yang dicapai seseorang yang dapat diukur atau dinilai secara kualitas dan kuantitas menurut ukuran yang berlaku dalam suatu organisasi Menurut As’ad (2004), kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Kinerjaperawatpelaksana merupakan serangkaian kegiatan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan (Marquis, 2000). Ilyas (2002). kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Sedangkan Wibowo (2007) kinerja merupakan suatu proses bagaimana pekerjaan berlangsung untuk mencapai hasil kerja. Simanjutak (2005) kinerja merupakan tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil karya yang dicapai seseorang yang dapat diukur atau dinilai secara kualitas dan kuantitas menurut ukuran yang berlaku dalam suatu organisasi. Kinerja yang baik merupakan cerminan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien di rumah sakit.
Tingginya tuntutan dari pasien, perubahan teknologi yang pesat, adanya berbagai kebijakan, pengaturan internal rumah sakit dan kadang tekanan dari pihak manajemen untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dapat berdampak terhadap lingkungan kerja yang pada gilirannya akan mempengaruhi kinerjaperawat (Rosnaniar dkk, 2013). Kompleksnya tuntutan pekerjaan dan tanggung jawab perawat menyebabkan profesi perawat rentan mengalami burnout (Lailani, 2012). Adanya burnout perawat akan sangat berpengaruh pada pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien dan keluarga, membuat hubungan antar rekan kerja menjadi renggang serta timbul perasaan negatif terhadap pasien, pekerjaan dan iklim organisasi (Tawale dkk, 2011). Hal ini berdampak pada menurunnya kinerjaperawat yang akhirnya berpengaruh pada kualitas mutu pelayanan.
Tugas dan tanggung jawab perawat bukan hal yang ringan untuk dipikul. Disatu sisi perawat bertanggung jawab terhadap tugas fisik, administratif dari instansi tempat ia bekerja, menghadapi kecemasan, keluhan dan mekanisme pertahanan diri pasien yang muncul pada pasien akibat sakitnya, ketegangan, kejenuhan dalam menghadapi pasien dengan kondisi yang menderita sakit kritis atau keadaan terminal, disisi lain ia harus selalu dituntut untuk selalu tampil sebagai profil perawat yang baik oleh pasiennya (Danang, 2009). Berbagai situasi dan tuntutan kerja yang dialami dapat menjadi sumber potensial terjadinya stres (Golizeck, 2005).
Manajemen keperawatan pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia. Untuk mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan keperawatan, pasien membutuhkan manajer perawat yang terdidik dalam pengetahuan dan keterampilan tentang perilaku manusia untuk mengelola perawat profesional serta pekerja keperawatan non profesional. Pimpinan yang mampu menyelesaikan masalah dengan efektif dan menciptakan kondisi untuk mewujudkan kepemimpinan yang efektif dengan membentuk suasana yang dapat diterima oleh bawahan, sehingga bawahan tidak merasa terancam dan ketakutan. Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan perlu memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada akhirnya akan terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional. Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penerapan pengaruh dan bimbingan yang ditujukan kepada semua staf keperawatan untuk menciptakan kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.
Rerata umur perawatpelaksana 37,73 tahun dengan standar deviasi 8,66 tahun. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rusdi (2009) rerata umur perawatpelaksana 35,8 tahun, dimana perawatpelaksana berada pada tingkat usia produktif yang dapat menunjang untuk berkinerja lebih baik. Secara teori umur ini tergolong umur produktif dengan kemampuan psikososial yang dapat dipertanggung jawabkan. Kondisi ini dapat digunakan untuk memperbaiki pelayanan dengan kinerja yang lebih baik yang berdampak terhadap mutu pelayanan rumah sakit.
kerja seseorang yaitu tuntutan fisik berupa lingkungan kerja yang panas, dingin atau AC dan tidak ada AC, pencahayaan, luas ruangan kerja,. Tuntutan peran seperti peran dan konflik yang dialami perawat. Tuntutan interpersonal terjadi apabila sikap dan tujuan dari setiap individu berbeda. Stres juga disebabkan oleh beban kerja yang berat sehingga kesulitan dalam mempertahankan kualitas pekerjaan yang tinggi. Penyebab organisasional berupa prosedur atau tindakan baru yang selalu mengikuti perkembangan teknologi. Sedangkan dari individual berupa pertentangan karier dan tanggung jawab keluarga, ekonomi, serta kejenuhan saat bekerja. Hal ini sejalan dengan penelitian Yesi (2010) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres kerja perawat dengan kinerjaperawat pelaksanadi RuangRawatInap Rumah Sakit Umum (RSUD) Pasaman Barat.