Dalam hukuminternasional Negara dianggap sebagai subjek hukun utama. Dalam suatu hubungan antar subjek hukuminternasional khususnya Negara. Sebagai mana kita ketahui saat ini, keseluruhan kaidah yang sangat diperlukan untuk mengatur sebagaimana besar hubungan- hubungan antar Negara-Negara, tanpa adanya kaidah – kaidah ini sungguh tidak muungkin bagi mereka untuk melakukan tetap dan terus-menerus. Sesungguhnya hukuminternasional merupakan persoalan dengan keperluan hubungan timbal balik atar Negara-negara. Dalam hal ini adanya suatu system hukum internsional, maka masyarakat internasional Negara-negara tidak dapat menikmati keuntungan-keuntungan perdagangan dan komersial, saling pertukaran gagasan dan komunikasi rutin yang sewajarnya.
mempunyai hak berdaulat. Hak berdaulat negara pantai tidak terpengaruh oleh keadaan wilayah di atasnya. Negara pantai mempunyai hak eksklusif atas sumber kekayaan alam non hayati di landas kontinen tanpa dipengaruhi hak negara lain. Kewajiban negara pantai bila lebar landas kontinennya hingga 350 mil adalah membayar kontribusi pada badan otorita internasional sebesar 1 % dari nilai 350 mil mulai tahun ke-6 setelah berproduksi dan naik 1% tiap tahun hingga tahun ke 13.
Pada bab pertama buku ini dapat menambah pemahaman kita tentang apa dan bagaimana tentang hukuminternasional sesungguhnya, baik secara teori maupun praktik sehari-hari. Dengan demikian, dengan kita membaca buku ini kita dapat lebih memahami sifat hukuminternasional, kekurangan- kekurangannya sehingga lebih lanjut dapat memahami manfaat hukuminternasional bagi masyarakat hukuminternasional pada umumnya dan masyarakat Indonesia pada khususnya. Lebih jauh lagi, dengan membaca buku ini kita dapat mengkritisi bagaimana supaya Indonesia bisa memanfaatkan keberadaan hukuminternasional ini bagi kepentingan nasional Indonesia.
BMADS bahan baku detergen sodium tripolyphosphate (STTP) asal China yang diduga telah melakukan praktik dumping dan mengancam stabilitas produsen STTP dalam negeri (PT. Petrocentral). Ditinjau dari sisi persaingan usaha tindakan dumping sangat menguntungkan konsumen karena banyak alternatif pilihan barang dan harga yang bersaing. Berdasarkan dari contoh hasil monitoring KPPU tersebut di atas, maka praktik dumping dapat dikatakan dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat apabila tujuan pengenaan BMADS/BMAD hanya untuk mendapatkan posisi dominan di pasar bersangkutan dan menjadi mengarah pada monopoli ataupun oligopoli. Untuk menyatakan bahwa perbuatan praktik dumping itu berdampak pada persaingan usaha yang tidak sehat atau tidak maka perlu adanya pembuktian. Sementara itu untuk mengatakan adanya persaingan usaha tidak sehat harus dibuktikan bahwa adanya persaingan antara pelaku usaha yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha (Pasal 1 angka 6).Ketentuan-ketentuan dalam UU No. 5 Tahun 1999 meliputi perjanjian yang dilarang dan kegiatan yang dilarang. Terhadap perjanjian yang dilarang yang terkait dengan penetapan harga adalah pasal 5, pasal 6, pasal 7, dan pasal 8. Namun pendekatan yang digunakan dalam pasal 5 dengan pasal 7 dan 8 berbeda, pasal 5 sedangkan pasal 7 dan 8 termasuk rule of reason. Terhadap kegiatan yang dilarang terkait dengan menjual di bawah harga pasar adalah pasal 20 (rule of reason).Jika diperhatikan pengertian dumping sebagaimana yang telah dibahas di atas maka prkatek dumping harus memenuhi 3 kriteria sebagaimana telah disinggung di atas bahwa untuk bisa mengenakan BMAD harus memenuhi kriteria :
Pada awalnya memang kedaulatan negara memang dianggap tak terbatas dan amat kuat, tapi dengan semakin berkembangnya hubungan internasional kedaulatan negara sekarang dapat dianggap sebagai residuum of power (sisa2 kekuasaan) dalam batas-batas yang ditetapkan hukuminternasional (T.M. Rudy, 2005:38)
Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB (United Nations atau UN) adalah sebuah organisasi internasional yang anggotanya hampir seluruh negara di dunia. Lembaga ini dibentuk untuk memfasilitasi dalam hukuminternasional, pengamanan internasional, lembaga ekonomi, dan perlindungan sosial. Perserikatan Bangsa-bangsa didirikan di San Fransisco pada tanggal 24 Oktober 1945 setelah Konferensi Dumbarton Oaks di Washington DC, namun sidang umum yang pertama dihadiri wakil dari 51 negara dan baru berlangsung pada 10 Januari 1946 (di Church House, London). Dari 1919 hingga 1946, terdapat sebuah organisasi yang mirip, bernama Liga Bangsa-bangsa, yang bisa dianggap sebagai pendahulu PBB. Sejak didirikan di San Fransisco pada 24 Oktober 1945, sedikitnya 192 negara menjadi anggota PBB. Semua negara yang tergabung dalam wadah PBB menyatakan independensinya masing-masing, selain Vatikan dan Takhta Suci serta Republik Cina (Taiwan) yang tergabung dalam wilayah Cina pada 1971. Hingga tahun 2007 sudah ada 192 negara anggota PBB. Sekretaris Jendral PBB saat ini adalah Ban Ki-Moon asal Korea Selatan yang menjabat sejak 1 Januari 2007.
Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun 2015, merupakan tantangan tantangan utama dalam pembangunan diseluruh dunia. Pada September 2000, Pemerintah Indonesia, bersama-sama dengan 189 negara lain, berkumpul untuk menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York dan menandatangani Deklarasi Milenium. Deklarasi berisi sebagai komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan dalam Milenium ini (MDGs), sebagai satu paket tujuan terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan.
Setelah berdiri sejak tahun 2002, kondisi KPK semakin memprihatinkan. Selain KPK, dalam tata negara Indonesia, telah lahir banyak komisi atau dapat juga disebut Lembaga Non Struktural (LNS). Lembaga Non Struktural juga terdiri dari berbagai macam, yaitu ada yang dibentuk karena berdasarkan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden atau juga Keputusan Presiden. 1 Sedangkan dari KPK sendiri dibentuk berdasarkan Undang-
Wilayah. Setiap negara menduduki tempat tertentu di muka bumi dan mempunyai perbatasan tertentu. Kekuasaan negara mencakup seluruh wilayah, tidak hanya tanah, tetapi juga laut disekelilingnya dan angkasa diatasnya. Karena kemajuan teknologi dewasa ini masalah wilayah lebih rumit daripada di masa lampau. Sebagai contoh, jika pada masa lampau laut sejauh 3 mil dari pantai (sesuai dengan jarak tembak meriam) dianggap sebagai perairan teritorial yang dikuasai sepenuhnya oleh negara itu, maka peluru-peluru missile sekarang membuat 3 mil tidak ada artinya. Oleh karena itu, beberapa negara (termasuk Indonesia) mengusulkan agar perairan teritorial diperlebar menjadi 12 mil. Di samping itu kemajuan teknologi yang memungkinkan penambangan minyak serta mineral lain di lepas pantai, atau yang dinamakan landas benua (continental self) telah mendorong sejumlah besar negara untuk menuntut penguasaan atas wilayah yang lebih luas. Wilayah ini diusulkan selebar 200 mil sebagai economic zone agar juga mencakup hak menangkap ikan dan kegiatan ekonomis lainnya. Dalam mempelajari wilayah suatu negara perlu diperhatikan beberapa variabel, antara lain besar kecilnya suatu negara. Menurut hukuminternasional, berdasarkan prinsip the sovereign equality of nations, semua negara sama martabatnya. Tetapi dalam kenyataan sendiri negara kecil sering mengalami kesukaran untuk mempertahankan kedaulatannya, apalagi kalau tetangganya negara besar.
- Saudara perempuan sebapak (ukhti li abi) satu atau lebih mendapat bagian 1/6 (seperenam) dengan syarat (a) bersamaan dengan saudara perempuan kandung (ukhti syaqiqah) satu yang mendapat bagian pasti; (b) tidak ada ahli waris asabah atau saudara lakinya; (c) tidak ada keturunan yang mewarisi (anak, cucu); (d) tidak ada orang tua (aslul waris) yang mewarisi dari pihak laki seperti ayah, kakek, dst; (e) tidak ada saudara kandung satu atau lebih. - Saudara perempuan sebapak (ukhti li abi) satu atau lebih mendapat bagian asabah dengan syarat (a) apabila bersama dengan ahli waris asabah yaitu saudara lakinya, maka yang laki mendapat dua kali lipat; (b) bersamaan dengan keturunan yang mewarisi dari pihak perempuan seperti anak perempuan.
EEC atau MEE adalah suatu kerja sama antara negara-negara Eropa untuk menciptakan keselarasan anggota-anggotanya dalam hal ekonomi, sosial, dan kestabilan politik di Eropa. EEC didirikan pada tanggal 1 Januari 1958 oleh Sembilan negara dengan tujuan untuk bekerja ke arah pengembangan aktivitas ekonomi yang serasi, ekspansi berkesinambungan dan seimbang, pemantapan stabilitas, memacu peningkatan standar kehidupan, dan ikatan lebih erat di antara sesame anggotanya.
Hampir semua jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan selalu mengalami kekunoan atau keusangan dan harus di ganti dengan barang yang baru. Dalam tahap ini, barang baru harus sudah dipasarkan untuk menggantikan barang lama yang sudah kuno. Meskipun jumlah pesaing sudah berkurang tetapi pengawasan biaya menjadi sangat penting karena permintaan sudah jauh menurun. Apabila barang yang lama tidak segera ditinggalkan tanpa mengganti dengan barang baru, maka perusahaan hanya dapat beroperasi pada pasar tertentu yang sangat terbatas. Altematif-alternatif yang dapat dilakukan oleh manajemen pada saat penjualan menurun antara lain: 1) Memperbarui barang (dalam arti fungsinya).
Negara-negara perlu hidup bersama-sama. Hukuminternasional disusun dan lahir karena kebutuhan dan dirancang untuk mencapai ketertiban dan perdamaian dunia. Suatu sistem yang bertujuan untuk men-cap suatu negara sebagai “bersalah” dan negara lain sebagai “tidak bersalah” dan partisiapasi utama dari sistem hukuminternasional yaitu negara-negara yang semuanya diperlakukan sebagai pemilik kedaulatan yang sama.Hubungan-hubungan internasional yang diadakan antar negara tidak selamanya terjalin dengan baik.Seringkali hubungan itu menimbulkan sengketa di antara mereka.Sengketa dapat bermula dari berbagai sumber potensi sengketa.Sumber potensi sengketa antar negara dapat berupa perbatasan, sumber daya alam, kerusakan lingkungan, perdagangan, dll.Manakala hal demikian itu terjadi, hukuminternasional memainkan peranan yang tidak kecil dalam penyelesaiannya.
Dalam RPJP-N, dinyatakan pula pembangunan nasional di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan deraj[r]
Narkoba adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan berbahaya lainnya yang merupakan zat atau obat yang sangat berbahaya jika disalahgunakan. Penyalahgunaan Narkoba mengakibatkan ketergantungan, mengganggu sistem syaraf pusat dan dapat menyebabkan ganguan fsik, jiwa, sosial dan keamananan. Adapun kerugian akibat penyalahgunaan Narkoba memiliki dampak terhadap pribadi, kehidupan keluarga, kehidupan social bermasyarakat serta kehidupan berbangsa dan bernegara. Jumlah penduduk yang besar, letak goegrafs yang strategis dan kondisi sosial politik tengah berada pada proses transisi dimana stabilitas politik dan keamanan masih sangat labil dan rapuh telah mendorong Indonesia yang dahulunya hanya sebagai daerah transit/ lalu lintas Narkoba menjadi daerah tujuan perdagangan bahkan telah pula terindikasi sebagai Negara penghasil / produksi Narkoba. Upaya penanggulangangan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba wajib dilakukan oleh pemerintah melalui aparat penegak hukum dan instansi /fungsi terkait. Namun demikian peran serta masyarakat dalam menanggulangi Narkoba juga mutlak diperlukan agar upaya tersebut dapat berjalan optimal.
Pengakuan terhadap perubahan pandangan “The Responsibility to Protect” atau yang saya sebut sebagai prinsip “Limited Non-Intervention” , sebagai lawan prinsip “non- intervention”, telah menumbuhkan ketentuan baru dalam hukuminternasional tentang “Collective-Security-Responsibility to Protect”(CSRPt). Pengakuan atas ketentuan hukum baru ini dikemudian hari secara evolusioner akan melemahkan arti dan sifat kedaulatan (hukum) bagi suatu negara secara signifikan, sesuatu yang selama ini menguasai secara dominan dan dianut banyak negara di dunia hampir seratus tahun lamanya. Dalam kondisi perkembangan pandangan internasional seperti ini maka penerapan prinsip universal (universality principle) semakin dirasakan penting, relevan dan mendesak dalam mewujudkan prinsip “Collective-Security-Responsibility to Protect” dalam kerangka menciptakan satu dunia baru yang bebas dari Enam Kelompok Ancaman dan Tantangan sebagaimana telah diuraikan di atas.
pada negara sedang berkembang lebih rendah daripada pajak langsung dari negara-negara maju. Hal ini dikarenakan pada negara-negara yang sedang berkembang lebih rendah golongan berpenghasilan tingginya. Dalam perkembangannya akan terjadi proses pergeseran dari dominasi pajak tidak langsung menjadi pajak langsung sesuai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi diiringi dengan peningkatan pendapatan perkapita penduduknya. Dalam jangka panjang peranan pajak langsung akan semakin penting seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat dan ditunjang pula dengan teknologi canggih menuju era globalisasi. Selain berfungsi sebagai pemerataan karena struktur tarifnya bersifat progresif, perkembangan hubungan internasional yang semakin maju kearah liberal dan global mengharuskan pemerintah untuk menurunkan tarif impornya dalam rangka peningkatan daya saing ekonomi domestic di ekonomi dunia. Konsekuensinya penerimaan pajak tidak langsung akan menjadi turun. Alternatifnya adalah memobilisasi penerimaan pajak yang bertumpu pada pajak langsung seperti pajak penghasilan.
didukung oleh faktor politik yang semula beraplikasi dari Inggris, tuntutan otonomi menjadi bagian khusus. Tidak ikut serta dalam penandatanganan dokumen pembentukan Negara Myanmar dan dugaan keterlibatan dengan organisasi Al-Qaeda merupakan faktor penyebab timbulnya diskriminasi. Kebijakan Pemerintah Myanmar terhadap minoritas Rohingnya, terbukti melanggar hukuminternasional, baik yang terkait dengan status hukum ysng didasarkan pada UU Keimigrasian dan kewarganegaraan maupun pada upaya- upaya untuk menutup akses kesejahteraan bagi minoritas Rohingnya termasuk pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan kesejahteraan. Secara sosial ekonomi mereka menjadi masyarakat yang miskin, dan begitu mudah dapat dijadikan obyek pengusiran, perampasan harta kekayaan mereka, termasuk juga penyiksaan yang tidak didasarkan peraturan hukum. Tragedi sejarah hitam penindasan terhadap minoritas Muslim Rohingnya tidak dapat disembunyikan. Fakta tersebut mengindikasikan, praktek-praktek kekerasan dan pembunuhan yang sistematis dan meluas. Penegasan pemerintah yang terlibat dan membiarkan tindakan kekerasan itu berlangsung dan menempatkan minoritas Rohingnya sebagai penduduk yang tidak berkewarganegaraan adalah bukti pelanggaran terhadap konvensi anti-diskriminasi dan konvensi genosida. Upaya untuk membebaskan Minoritas Islam Rohingya di Myanmar, negara-negara yang tergabung di OKI, ASEAN telah memfasilitasi adanya kesepakatan untuk memberikan tidak saja bantuan.
- Manusia memiliki dua keadaan: keadaan hidup dan keadaan mati, kebanyakan hukum yang ada dalam ilmu Faraidh berhubungan dengan mati, maka Faraidh bisa dikatakan setengah dari ilmu yang ada, seluruh orang pasti butuh kepadanya. - Pada zaman Jahiliyyah dahulu, mereka hanya membagikan harta untuk orang- orang dewasa tanpa memberi kepada anak-anak, kepada laki-laki saja tidak kepada wanita, sedangkan Jahiliyyah pada zaman ini memberikan jatah kepada para wanita apa-apa yang bukan hak mereka dari kedudukan, pekerjaan maupun harta, sehingga bertambahlah kerusakan, sedangkan Islam telah berbuat adil kepada wanita dan memuliakannya, memberikan hak yang sesuai untuk mereka seperti pemberian kepada lainnya.
Perdagangan bebas ataupun kerja sama regional diharapkan dapat menimbulkan efisiensi dan meningkatkan kesejahteraan, tetapi kerja sama perdagangan juga akan meningkatkan kompetensi antaranggota. Namun apabila hal tersebut disikapi dengan bijak maka manfaat yang dapat dipetik antara lain adalah peningkatan spesialisai dan peningkatan perdagangan itu sendiri. Setiap negara dapat berfokus pada produksi yang mempunyai keunggulan komparatif sehingga akan terjadi realokasi faktor produksi. Pada jangka panjang akan tercipta keseimbangan harga yang lebih murah dan produksi yang lebih banyak sehingga menciptakan kesejahteraan lebih besar terhadap negara-negara yang terlibat. 1