Top PDF Mekanisme Pemberhentian Kepala Daerah Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah ( Studi Kasus Pemberhentian Bupati Garut pada Tahun 2013 )
kesatuan yang merupakan padanan negara bagian pada negara federasi. Identitas negara kesatuan adalah satu negara sebagaimana yang GLXQJNDSNDQ & ) 6WURQJ ³KDNLNDW Negara kesatuan adalah negara yang kedaulatannya tidak terbagi, atau dengan kata lain Negara yang kekuasaan pemerintah pusatnya tidak terbatas karena konstitusi negara kesatuan tidak mengakui adanya badan pembuat undang- undang pusat. Jika kekuasaan pusat berpendapat ada baiknya mendelegasikan kekuasaan itu kepada badan-badan tambahan, apakah badan tambahan itu berupa otoritas daerah atau otoritas kolonial maka hal itu bisa saja dilakukan mengingat otoritas pusat memiliki kekuasaan penuh, bukan karena konstitusi menetapkan demikian.
Gaji dan tunjangan PNS Daerah disediakan dengan menggunakan Dana Alokasi Dasar yang ditetapkan secara nasional, merupakan bagian dalam Dana Alokasi Umum (DAU) yang dinyatakan secara tegas. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mempermudah apabila terjadi mutasi pegawai antar daerah atau dari daerah ke pusat, dan atau sebaliknya serta untuk menjamin kepastian penghasilan yang berhak diterima oleh setiap pegawai. Pemberhentian pegawai negeri sipil daerah pada prinsipnya menjadi kewenangan Presiden, namun mengingat bahwa jumlah pegawai sangat besar maka agar tercipta efisiensi dan efektivitas maka sebagian kewenangan tersebut diserahkan kepada pembina kepegawaian daerah.
akan melaksanakan pemilihan kepaladaerah secara langsung dilakukan dengan terlebih dahulu Komisi Independen Pemilihan dan DPRD Kabupaten/Kota berkonsultasi dengan Penguasa Darurat Sipil Pusat melalui Penguasa Darurat Sipil Daerah dan aparat keamanan setempat. Untuk pelaksanaan pemihan kepaladaerah, maka sesuai Undang-Undang Nomer 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dibentuk Komisi Independen Pemilihan dengan 9 (sembilan) orang anggota. Anggota Komisi Independen Pemilihan dari unsur KPU diisi oleh ketua dan anggota KPUD provinsi. Hal ini dimaksudkan, karena pada saat Undang-UndangNomor 18 Tahun 2001 diundangkan belum ada ketentuan tentang KPUD yang bersifat tetap dan independen sesuai dengan konstitusi.
Dalam kasus Madel, presumptive evidence atau circumstancial evidence tersebut adalah fakta perihal telah dimulainya proses penuntutan terhadap seorang pejabat administrasi negara, in casu bupati, yang didakwa melakukan tindak pidana sebagaimana disebut dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang No. 32Tahun2004. Tatkala presumptive evidence demikian belum ada maka dengan sendirinya tindakan administratif pemberhentian sementara itu tidak dapat dilakukan. Dengan kata lain, jika dihubungkan dengan permohonan a quo, apabila berkas dakwaan atas dugaan kejahatan yang dilakukan oleh seorang kepaladaerah dan/atau wakil kepaladaerah, sebagaimana dimaksud oleh Pasal 31 ayat (1) UU Pemda, telah diserahkan ke pengadilan oleh penuntut umum maka berarti telah terdapat
Pada dasarnya setiap Undang-undang memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga Undang-undang berubah secara dinamis seiring dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat dalam menjawab tuntutan perubahan. Metode penulisan dalam tesis ini menggunakan analisis deskripsi studi pustaka yang mengandalkan analisa penulis sebagai instrumen penelitian dalam membandingkan Undang-undang melalui buku-buku, media elektronik dan sumber lainnya yang layak dipercaya dan dipertanggungjawabkan dalam penulisan karya ilmiah tesis ini.Otonomi dan desentralisasi yang diberlakukan pada tahun 2001 memberikan perubahan yang sangat berarti kepada setiap daerah untuk bersentuhan langsung dengan demokrasi dan secara penuh dijamin oleh Undang-undang. Otonomi dan desentralisasi memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengembangkan daerah sesuia dengan potensi masyarakat yang ada dengan tidak terlepasnya perhatian pemerintah kepada masyarakat yang ada didaerah. Perjalanan pemilihan kepaladaerah dimulai dalam UU No. 5 Tahun 1974 namun besarnya intervensi pemerintah berlaku hingga reformasi. Kelahiran UU No. 22 Tahun 1999 melalui otonomi-desentralisasi meskipun pemilihan kepaladaerah dipilih oleh DPRD hingga akhirnya disahkannya UU No. 32Tahun2004 memberlakukan pemilihan kepaladaerah secara langsung dengan mengembalikan hak rakyat sepenuhnya dalam alam demokrasi yang berhak dipilih dan memilih. Keterbukaan demokrasi juga melahirkan UU No. 12 Tahun 2008 yang memberikan peluang bagi setiap calon perseorangan. UU No. 22 Tahun 1999 dengan UU No. 32Tahun2004 memiliki beberapa persamaan yaitu kentalnya politik uang yang diberikan kepada DPRD dalam pencapaian kekuasaan di daerah serta masih rendahnya pendidikan politik masyarakat, UU No. 32Tahun2004 secara tersendiri mengatur tentang pemilihan kepaladaerah secara langsung untuk memberikan pemahaman dan pendidikan politik kepada masyarakat melalui partisipasi politik masyarakat namun kesalahan dalam UU No. 22 Tahun 1999 justru berpindah kepada UU No. 32Tahun2004 dimana praktek politik uang dalam bentuk memberikan uang kepada setiap pemilih.Pemilihan kepaladaerah sudah tidak seharusnya menggunakan uang dalam pencapain kekuasaan namun lebih menekankan pada kejujuran, keadilan serta tanggungjawab akan tugas yang diemban dalam mensejahterakan masyarakat. Rakyat berhak meminta pertanggungjawaban kepaladaerah sesuai dengan janji-janji yang telah diberikan namun bila tidak tercapai maka masyarakat akan menghukum kepaladaerah dengan tidak lagi memilihnya. Tugas kepaladaerah adalah memandirikan daerah sesuai dengan potensi daerah sesuai dengan kewenangan yang telah diberikan oleh pemerintah kepada daerah.
Tesis ini membahas masalah Revitalisasi Kecamatan Sebagai Perangkat Daerah Dalam Rangka Pembaharuan Undang-UndangNomor32Tahun2004 Tentang Pemerintah daerah. Dari hasil penelitian menggunakan metode penelitian hukum normatif diperoleh kesimpulan bahwa : 1. Pengaturan Kecamatan sebagai perangkat daerahberdasarkanUndang-UndangNomor32Tahun2004 Tentang PemerintahanDaerah adalah dibentuk di wilayah kabupaten/kota dengan Perda berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Kecamatan dipimpin oleh camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Selain tugas dimaksud camat juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan. Camat dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh perangkat kecamatan dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah kabupaten/kota. Perangkat kecamatan bertanggung jawab kepada camat. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan dengan peraturan bupati atau walikota dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah. 2. Pengaturan revitalisasi kecamatan sebagai perangkat daerah dalam rangka revisi Undang-UndangNomor32Tahun2004 Tentang PemerintahanDaerah, tentunya harus parallel dengan isue-isue strategis perubahan substansi Undang-UndangNomor32Tahun2004. Dengan demikian, Peran Camat tidak hanya menghubungkan kepentingan Bupati kepada Pemerintah Desa, namun juga sebaliknya, menghubungkan Pemerintah Desa dengan pemerintah Kabupaten. Selanjutnya direkomendasikan, dalam menormatifkan Kedudukan, Wewenang, Tugas, Fungsi, dan Tanggung Jawab Kecamatan sebagai perangkat Daerah ke dalam Pasal Undang-Undang haruslah jelas, tegas dan pasti agar tidak dapat ditafsirkan secara ganda atau multi tafsir sesuai asas legalitas. Undang-Undang sebaiknya memberikan kewenangan bersifat atributif kepada Camat, tanpa adanya wewenang delegatif dari Bupati/Walikota kepada Camat.
Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah dapat dilakukan melalui penyediaan sumber-sumber pendanaan berdasarkan kewenangan pemerintah pusat melalui asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan, untuk itu perlu diatur perimbangan antara pemerintah pusat dan daerah berupa sistem keuangan yang diatur berdasarkan pembagian kewenangan, tugas, dan tanggung jawab yang jelas antar susunan pemerintahan. Hubungan keuangan pusat dan daerah di Indonesia harus selalu selaras dengan sistem pemerintahandaerah, sejak keluarnya Undang-UndangNomor 22
“Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan di dorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial” 1 .
Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa karya tulis dengan judul : Kajian Yuridis Pemekaran Wilayah Kecamatan Dikabupaten Bondowoso BerdasarkanUndang-UndangNomor32Tahun2004 Tentang PemerintahanDaerah ; adalah hasil karya sendiri, kecuali jika disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan pada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Penulis bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Setiap hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan disajikan dalam sebuah dokumen yang disebut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai. Pemeriksaann keuangan akan menghasilkan opini yang merupakan pernyataan profesional Pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam pelaporan keuangan yang berdasarkan pada kriteria kesesuaian dengan standart akuntansi pemerintah, kecukupan pengungkapan (adequate disclousures), kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern. Terdapat empat jenis opini yang diberikan oleh Pemeriksa yaitu opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion), opini tidak wajar (adversed opinion), dan pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer opnion). Pemeriksaan kinerja akan menghasilkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi, sedangkan pemeriksaan dengan tujuan tertentu akan menghasilkan kesimpulan. Setiap laporan hasil pemeriksaan BPK disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangan ditindak lanjuti, antara lain dengan membahasnya bersama pihak terkait.
Rumusan Masalah meliputi : (1) Bagaimanakah prosedur pembentukan peraturan daerah menurut Undang-UndangNomor32Tahun2004 tentang Pemerintah Daerah ? dan (2) Bagaimanakah bentuk dan mekanisme penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembentukan Peraturan Daerah ? Tujuan umum Penulisan ini adalah : untuk memenuhi syarat-syarat dan tugas guna mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jember, menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum khususnya hukum tata negara. Metode penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan tipe penelitian yuridis normatif, artinya permasalahan yang diangkat, dibahas dan diuraikan dalam penelitian ini difokuskan dengan menerapkan kaidah- kaidah atau norma-norma dalam hukum positif. Tipe penelitian yang dipergunakan adalah yuridis normatif, sedangkan pendekatan masalah menggunakan pendekatan Undang-Undang dan pendekatan konseptual, dengan bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan bahan non hukum.
Untuk menjawab permasalahan di atas, penulisan ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan yuridis doktrinal. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Pertama, ruang lingkup, kewenangan pemerintahandaerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang pendidikan meliputi: Kebijakan, Pembiayaan, Kurikulum, Sarana dan Prasarana, Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, dan Pengendalian Mutu Pendidikan. Kedua, Peranan dan tanggung jawab Pemerintah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang pendidikan yakni menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional. Pemerintah Daerah provinsi melakukan koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan, pengembangan tenaga kependidikan, dan penyediaan fasilitas penyelenggaraan pendidikan tingkat kabupaten/kota untuk meningkatkan pendidikan dasar menengah. Pemerintah daerah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal.
Pilihan untuk memaknai ketentuan Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang berbunyi “Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilh secara demokratis” dengan memilih mekanisme pemilihan secara langsung sebagaimana diatur dalam Undang-UndangNomor32Tahun2004 Tentang PemerintahanDaerah merupakan pilihan yang sangat tepat dalam mengelola masa transisi Indonesia dari era otoritarian ke era demokratisasi yang sesungguhnya. Pemilihan KepalaDaerah semakin baik kualitasnya setelah Mahkamah Konstitusi memutus bahwa kesertaan Calon Perseorangan merupakan suatu keniscayaan, Putusan Mahkamah Konstitusi MK/No/05/PUU-V Tahun 2007. Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut membuka
dipilih terlebih dahulu oleh DPRD, kemudian kepaladaerah yang sudah terpilih mengajukan satu wakil kepaladaerah yang mampu untuk membantu tugas kepaladaerah, selanjutnya melalui mekanisme yang ditentukan dilakukan penetapan dan pengangkatan. Tanpa mengesampingkan kekurangan-kekurangan yang akan terjadi, pola pemilihan yang seperti ini dapat menghindari dualisme kepemimpinan dan perbedaan pendapat pada berbagai kebijakan yang harus diputuskan, tidak ada rivalitas dan lain sebagainya yang akan mengganggu kinerja dari kepala deareh dalam mewujudkan otonomi daerah.
bahwa jika kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah rendah, maka partisipasi politik cenderung pasif tertekan (apatis). Mexasai Indra menyebut para kandidat yang tampil di panggung Pemilihan Gubernur Riau Tahun 2013 ini dianggap hanya kalangan elitis (para pejabat), bukan dari kalangan yang muncul dari masyarakat. 15 Rendahnya kepercayaan masyarakat Kota Pekanbaru diketahui dari hasil penelitian penulis bahwa masyarakat Kota Pekanbaru cenderung tidak puas terhadap jalannya pemerintahan Provinsi Riau. Krisis kepercayaan masyarakat Kota Pekanbaru juga ditunjukkan dengan rendahnya penilaian masyarakat Kota Pekanbaru terhadap politik dan pemerintahan saat ini.
BerdasarkanUndang- UndangNomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, selayaknya dimaknai sebagai panduan bagi pemerintah desa yang menjembatani hadirnya partisipasi dan keikutsertaan warga. Namun Aparatur pemerintah desa justru tertutup jika masyarakat menanyakan masalah administrasi desa, seperti kemana dan untuk apa dana tersebut. Informasi mengenai pengelolaan dan penggunaan keuangan desa juga menjadi hak warga desa, dimana warga desa berhak untuk tahu bahkan terlibat didalamnya.
(7) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepaladaerah yang berasal dari calon perseorangan karena meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus-menerus dalam masa jabatannya dan masa jabatannya masih tersisa 18 (delapan belas) bulan atau lebih, kepaladaerah mengajukan 2 (dua) orang calon wakil kepaladaerah untuk dipilih oleh Rapat Paripurna DPRD.
Dalam beberapa tahun pelaksanaannya ada beberapa hal yang menjadi catatan kita, sbb banyak daerah pemekaran yang tidak memiliki cukup kemampuan. Akibatnya, pembangunan daerah tersebut jalan ditempat. Pemekaran daerah yang tidak direncanakan dengan baik, hasilnya tidak akan baik. Pemekaran harus dengan semangat yang muncul dari bawah, murni aspirasi masyarakat, buttom up planning dan diharapkan bukan kehendak pejabat, top down planning. Sehingga bertolak dari hasil evaluasi daerah-daerah otonom hasil pemekaran yang tidak berkembang, maka kedepan pemekaran daerah akan diperketat. Jika pemekaran daerah tidak di perketat, maka negeri ini akan dipenuhi oleh pegawai negeri dan pejabat, menjadi “negara PNS”. Karena dengan terbentuknya daerah baru, akan melahirkan banyak jabatan baru, baik kepaladaerah, kepala dinas, anggota DPRD, PNS baru, dsb. Dalam hal ini dalam pemekaran wilayah desa baru ada beberapa pihak yang seolah-olah hanya menincar jabatan dalam pemerintahan desa.
Semua pelaksanaan pembangunan harus mampu dipertanggungjawabkan kepada publik baik di jajaran Pemerintah Kabupaten Pekalongan maupun masyarakat umum. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan Instruksi Presiden melalui Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang kemudian dipertegas kembali melalui Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 tanggal 25 Maret 2003 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
KepalaDaerah dan Wakil KepalaDaerah secara langsung 6 . Seperti Bagi Manan menjelaskan kelebihan-kelebihan pemilihan presiden secara langsung, pemilihan kepaladaerah secara langsung oleh rakyat pun memiliki beberapa kebaikan- kebaikan sebagai berikut: Pertama, KepalaDaerah dan (Wakil KepalaDaerah) terpilih merupakan pemimpin rakyat yang riil dan memiliki ikatan langsung dengan rakyat. Tidak akan muncul lagi pemimpin yang semata–mata mengandalkan dukungan primordial tertentu terlebih lagi seperti “boneka” atau alat untuk mempertahankan kekuasaan rezim pemerintah yang berkuasa. Kedua, akan terjadi penyederhanaan infra struktur politik, terutama sistem kepartaian. Pemilihan langsung akan mendorong proses sentrifetal untuk mendapat hanya satu kursi KepalaDaerah dan Wakil KepalaDaerah. Ketiga, rakyat didaerah bersangkutan secara langsung menjadi hakim bagi kepemimpinan seseorang. KepalaDaerah dan Wakil kepalaDaerah yang ternyata kurang berprestasi, akan ditinggalkan rakyat dalam pemilihan yang akan datang. Dan ini mendorong tumbuhnya akuntabilitas yang lebih besar dari setiap pemimpin. 7