Pengembangan kemampuanberpikirkritis dan kreatif dapat dilakukan dengan pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengungkapkan bahwa matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah untuk membekali peserta didik dengan kemampuanberpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Pembelajaran matematika, selain menekankan penguasaan konsep, juga bertujuan untuk melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi dan penemuan, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi.
Kemampuanberpikirsiswa, baik berpikirkritis maupun berpikirkreatif merupakan kemampuan yang penting untuk dimiliki agar dapat memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam dunia yang senantiasa berubah. Pembelajaran matematika dengan pendekatanModel-ElicitingActivities (MEAs) merupakan suatu alternatif pendekatan yang berupaya meningkatkankemampuanberpikirkritis dan kreatifmatematiksiswa agar terus terlatih dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuanberpikirkritis dan kreatifmatematik antara siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatanMEAs dan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran biasa baik ditinjau secara keseluruhan maupun ditinjau secara kelompok siswa (kelompok atas dan kelompok bawah). Selain itu diungkap pula sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatanMEAs. Desain penelitian ini adalah pre-test post-test control group design. Penelitian ini dilakukan di SMA pada level menengah. Data penelitian dikumpulkan melalui tes dan angket. Analisis data dilakukan terhadap rerata gain ternormalisasi antara kedua kelompok sampel dengan menggunakan kesamaan dua rerata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuanberpikirkreatifmatematiksiswa yang belajar dengan pendekatanMEAs lebih baik secara signifikan daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa, dan peningkatan kemampuanberpikirkritismatematiksiswa yang belajar dengan pembelajaran biasa secara signifikan lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pendekatanMEAs. Selanjutnya peningkatan kemampuanberpikirkreatifmatematiksiswa baik kelompok atas maupun kelompok bawah yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatanMEAs lebih baik secara signifikan daripada siswa kelompok atas dan kelompok bawah yang mendapatkan pembelajaran biasa, dan peningkatan kemampuanberpikirkritismatematiksiswa baik kelompok atas maupun kelompok bawah yang belajar dengan pembelajaran biasa lebih baik secara signifikan daripada siswa kelompok atas dan kelompok bawah yang belajar dengan pendekatanMEAs. Selanjutnya analisis data angket sikap siswa memperlihatkan bahwa siswa menunjukan sikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatanMEAs.
(pemecahan masalah matematik). Soal seperti ini belum dibiasakan pada siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah. Selama ini penekanan pembelajaran matematika hampir selalu dengan metode ceramah yang mekanistik dengann guru menjadi pusat dari seluruh kegiatan belajar di kelas. Siswa mendengarkan, meniru atau mencontoh dengan persis sama cara yang diberikan guru tanpa inisiatif. Siswa hanya mengerjakan soal latihan rutin yang langsung diselesaikan dengan menggunakan rumus dan algoritma yang sudah diberikan. Konsekuensinya adalah ketika mereka diberikan soal tidak rutin mereka melakukan banyak kesalahan.
kesempatan untuk menghadirkan representasinya sendiri dalam proses pembelajaran. Selain itu, laporan hasil Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) (Laelatu ssa’adah, 2010) menunjukkan bahwa kemampuansiswa dalam merepresentasikan ide atau konsep matematis dalam beberapa materi termasuk rendah. Senada dengan hasil TIMSS, Hudiono (Widyastuti, 2010) menyatakan bahwa hanya sebagian kecil siswa dapat menjawab benar dalam mengerjakan soal matematika yang berkaitan dengan kemampuan representasi, sedangkan sebagian besar lainnya lemah dalam memanfaatkan kemampuan representasi yang dimilikinya, khususnya representasi visual.
Proses belajar mengajar matematika yang baik adalah guru harus mampu menerapkan suasana yang dapat membuat murid antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mampu mencoba memecahkan persoalannya (Mulyono, 2003:13). Sekarang ini mulai berkembang pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dimaksudkan untuk lebih memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk aktif belajar. Berbagai pendekatan tersebut juga mengupayakan agar pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher oriented) berubah menjadi terpusat kepada siswa (student oriented). Hal ini sesuai dengan pernyataan Oleinik (Hasratuddin, 2010: 21) yang mengatakan bahwa proses pembelajaran yang dapat meningkatkankemampuanberpikirkritissiswa adalah pembelajaran berpusat pada siswa.
Hanifah, T. F. (2013). Peningkatan KemampuanBerpikirKritisSiswa SMP melalui PendekatanModel-ElicitingActivities (MEAs) dalam Pembelajaran Matematika: Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa SMP Negeri 9 Cimahi Kelas VII. Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.
MEAs terbentuk pada pertengahan tahun 1970-an oleh Dr.Lesh dan Lamon, pendidik matematika yang berasal dari Amerika dan Australia. Menurut Scott, pendiri MEAs memiliki dua tujuan dalam membuat MEAs yaitu, first, MEAs would encorage students to create mathematical models to solve complex problems, just as applied methematicians do in the real world (Lesh & Doer). Second, MEAs were designed to enable researchers to investigate students mathematical thingking (NCTM). 17 Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa modelelicitingactivities (MEAs) ini bertujuan mendorong siswa untuk berkreasi membuat (membangun) model matematika untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan kehidupan nyata dan memungkinkan peneliti untuk meneliti kemampuanberpikirsiswa. Jadi, melalui MEAs ini diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuanmatematik dalam dirinya.
Penelitian ini merupakan suatu eksperimen berdisain kelompok kontrol pretes- postes yang membahas permasalahan pokok mengenai pengaruh model-elicitingactivities, kluster sekolah, dan kemampuan awal matematika siswa terhadap pencapaian dan perolehan kemampuan pemahaman, komunikasi, dan disposisi matematis siswa Sekolah Menengah Atas . Subyek penelitian sebanyak 219 siswa kelas X SMA yang berasal dari tiga SMA Negeri kluster tinggi, menengah, dan rendah di Kota Cimahi. Instrumen penelitian terdiri dari dua tes yaitu tes pemahaman matematis dan tes komunikasi matematis dan satu skala disposisi matematis siswa. Analisis data menggunakan Anova dua jalur, uji Scheffe dan uji-t. Penelitian menemukan bahwa: pendekatanmodel-elicitingactivities (MEAs), kluster sekolah, dan kemampuan awal matematika (KAM) siswa memberi pengaruh terhadap pencapaian dan perolehan (gain) kemampuan pemahaman, komunikasi, dan disposisi matematis. Semakin tinggi kluster sekolah dan KAM siswa, semakin tinggi pula pencapaian dan perolehan pemahaman dan komunikasi dan disposisi matematisnya. Namun, pengaruh pendekatanMEAs lebih unggul dibandingkan dengan pengaruh kluster sekolah, KAM siswa, dan pembelajaran konvensional dalam pencapaian dan perolehan kemampuan pemahaman dan komunikasi, dan disposisi matematis siswa. Siswa yang berasal dari sekolah kluster rendah dan menengah yang mendapat pembelajaran MEAs mencapai dan memperoleh gain kemampuan pemahaman dan komunikasi serta disposisi matematisnya lebih baik dari siswa yang berasal dari sekolah kluster tinggi yang mendapat pembelajaran konvensional. Temuan lainnya adalah tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kluster sekolah dan antara pendekatan pembelajaran dan KAM siswa terhadap pencapaian kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis. Terdapat asosiasi yang tinggi antara kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis, antara kemampuan pemahaman dan disposisi matematis, dan antara kemampuan komunikasi dan disposisi matematis.
Dalam pendekatanMEAs, kegiatan pembelajaran diawali dengan penyajian situasi masalah yang memunculkan aktivitas untuk menghasilkan model matematis yang digunakan dalam menyelesaikan masalah matematika. Jadi kemampuan komunikasi matematik inilah yang menjadi jalan untuk dapat menyelesaikan permasalahan matematika. Selain itu dalam pembelajaran MEAssiswa diharuskan berdiskusi dengan teman sekelompoknya kemudian mempresentasikan hasil diskusi tersebut kepada kelompok lain. Melalui cara seperti inilah siswa dapat mengembangkan kemampuan komunikasi matematiknya baik melalui representasi membentuk model, berdiskusi maupun presentasi hasil diskusi.
a. Kemampuan komunikasi matematika antar siswa selama diskusi kelompok pada pembelajaran dengan pendekatanModel-ElicitingActivities (MEAs) pada materi program linear di kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Krian termasuk dalam kategori sangat baik dengan skor 17 pada interval ≤ � ≤ yang ditandai dengan ciri-ciri siswa dalam kelompok menyumbangkan ide untuk menyelesaikan persoalan yang ada dengan benar, siswa bertanya dan memberikan pendapat untuk menyelesaikan persoalan yang ada, siswa sedikit mendominasi dalam diskusi kelompok, siswa tidak memotong pembicaraan siswa lain dalam kelompok yang sedang berpendapat dan mendengarkan pendapat siswa lain tersebut dengan baik, serta siswa ikut memutuskan penyelesaian persoalan yang ada secara bersama dengan benar. b. Kemampuan komunikasi matematika siswa secara
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan optimal dari kemampuanberpikirkritis dan kreatif berhubungan erat dengan cara mengajar. Salah satu metode pembelajaran yang dianggap dapat mengembangkan kemampuanberpikirkritis dan kreatif matematis siswa adalah PendekatanModelElicitingActivities (MEAs). Lesh dan Doerr mengatakan bahwa “Modelelicitingactivities (MEAs) are derive d from a models and modelling perspective on problem solving in mathematics, sciene, and engineering education and provide students with a future-oriented approach to learning” . 9 Dari penjelasan tersebut dapat dimaknai bahwa ModelElicitingActivities (MEAs) adalah kegiatan membuat (membangun) model dan perspektif pemodelan untuk pemecahan masalah dalam pendidikan matematika, ilmu pengetahuan dan teknik dengan pendekatan pembelajaran yang berorientasi masa depan. Melalui MEAs, siswa berulang kali mengungkapkan, menguji, dan memperbaiki atau merevisi cara berpikir mereka untuk menghasilkan sebuah model yang terstruktur dan paling efektif dan efisien untuk memecahkan masalah yang diberikan.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern sehingga mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuanberpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama (Permendiknas, 2006). Menyadari betapa perlunya matematika, setidaknya dapat kita lihat dalam kurikulum matematika di sekolah yang mendapat porsi jam lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya di semua jenjang pendidikan. Akan tetapi, dengan porsi jam pelajaran yang lebih banyak itu ternyata masih banyak siswa yang mengganggap matematika merupakan pelajaran yang sukar dipahami dan masih banyak siswa yang bertanya mengenai manfaat mempelajari matematika. Hal itu menyebabkan siswa mempertanyakan bagaimana mengaplikasikan konsep-konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
cara berkelompok. Pada kelas eksperimen, siswa dibiasakan untuk berbagi dan bertukar pendapat dengan temannya dalam menyampaikan lebih banyak ide untuk memecahkan masalah. Semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengemukakan atau menyampaikan hasil pengerjaannya di depan kelas. Selain itu, pada setiap pertemuan siswa mendapatkan LK sebagai bahan atau sumber belajarnya. Melalui LK tersebut siswa dapat membuat model atau langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah. Siswa terbiasa untuk membaca masalah dan mulai memikirkan bagaimana langkah yang tepat yang harus digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan adanya LK terse- but siswa merasa dirinya memiliki kesempatan untuk menyampaikan atau mengeluarkan idenya terkait penyelesaian yang harus dilakukan sehingga siswa cenderung aktif dalam proses pembelajaran baik itu untuk bertanya ataupun mengemukakan pendapatnya. Den- gan demikian, adanya perbedaan aktivitas dan suasana dalam pembelajaran tersebut da- pat mempengaruhi peningkatan kemampuanberpikirkreatif matematis yang dicapai kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Dengan demikian, penguasaan konsep akan diperoleh melalui bimbingan secara bertahap yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan kemampuanberpikirkritis dan kreatif. Melalui belajar dalam kelompok kecil dapat mendorong siswaberpikirkritis dan kreatif, sebagaimana Sumarmo (2005) menyarankan bahwa pembelajaran matematika untuk mendorong berpikirkreatif dan berpikir tingkat tinggi, dapat dilakukan melalui belajar dalam kelompok kecil, menyajikan tugas non-rutin dan tugas yang menuntut strategi kognitif dan metakognitif peserta didik serta menerapkan pendekatan scaffolding. MEAs dirancang untuk mengungkapkan proses berpikirsiswa dan diciptakan untuk memperoleh model dan mempresentasikan pemikiran mereka secara tertulis (Moore, 2007).
Siregar, I. (2012). Menerapkan Pembelajaran Matematika dengan PendekatanModel-ElicitingActivities untuk MeningkatkanKemampuan Brpikir Kreatif Matematis dan Self-Confidence Siswa SMP. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Menurut Sumarmo (2013:4) pembelajaran matematika mengacu pada prinsip siswa belajar aktif dan learning to learn yang rinciannya termuat dalam empat pilar pendidikan yaitu learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together. Pembelajaran yang berkualitas tergantung dari motivasi siswa dan kreatifitas guru dalam mengolah proses belajar tersebut. Oleh karena itu untuk membentuk karakter siswa agar aktif dalam proses belajar dan memiliki kemampuan pemecahan masalah dalam matematika maka diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat menunjang tujuan tersebut, salah satunya yaitu dengan pendekatanModel-ElicitingActivities (MEAs).
vii Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-Eliciting-Activities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP[r]
Leavitt, Della R. & Ahn, Cynthia M. (2013). A Middle Grade Teacher’s Guide to ModelElicitingActivities. Dalam Lesh, R. modeling students’ mathematical Modeling competencies, international perspectives on the teaching and learning of mathematical modelling. (hlm. 353-365). Chicago: University of Illinois.
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KELANCARAN PROSEDURAL PROCEDURAL FLUENCY MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL ELICITING ACTIVITIES MEAs Oleh Maghfiratun Rina Sebuah skripsi yang diajukan untuk meme[r]