Pekerja sosial membantu anak-anak terlantar dalam menciptakan situasi serta kesempatan-kesempatan yang memungkinkan mereka berusaha untuk melakukan perbaikan-perbaikan kondisi kehidupannya, kebebasan bagi mereka agar muncul sikap kemandirian berkelompok dengan kekuatan kerja sama mereka. Dalam peranan ini pekerja sosial membantu anak asuh mengaktualisasikan kebutuhan-kebutuhan mereka, menjelaskan dan mengidentifikasi kemampuan mereka serta upaya yang mungkin dilakukan dalam memecahkan masalah-masalah mereka secara efektif.
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan memiliki tanggung jawab sesama manusia. Juga mengarahkan sehingga mereka tidak hanya sekedar menjadi manusia yang memiliki skiil tetapi juga memiliki moral dan sikap sosial yang baik serta mampu melaksanakan fungsi sosial dalam masyarakat, atau bahkan hanya menjadi bibit yang dapat bertindak anarkis karena tidak adanya arahan pendidikan dan pembinaan yang baik.
Kalau untuk klien “R” sama klien “V” ya ngga cuma mereka sih ya, untuk setiap anak kita langsung kan yah setelah memang mereka masuk disini, langsung kita kasih kegiatan kayak pendidikan itu udah pasti, keagamaan kayak misalnya diajarkan mengaji, terus baca surat yasin, sama praktek sholat, terus ada lagi konseling seperti kalau misalnya mereka ada masalah baik itu di sekolah ataupun di dalam panti, mereka bisa melakukan konsultasi sama psikolog yang ada atau sama peksosnya untuk membantu mereka menyelesaikan masalah atau misalnya psikolog membuat kegiatan ke mereka seperti permainan yang sifatnya untuk kebutuhan konseling, terus ada pemeriksaan kesehatan yang biasa dilakukan oleh dokter atau dokter memberikan penyuluhan mengenai kesehatan, sama keterampilan, disini ada beberapa keterampilan yang kami siapkan untuk anak- anak selain sebagai modal dia juga untuk mengisi waktu luang dia di panti. Jadi mereka disini tidak diam saja, ada kegiatan juga untuk mereka.
Berdasarkan Berita Acara Evaluasi Dokumen Penawaran dan Kualifikasi Nomor 05/ PAN- PSAA/ JBI / 2013 Tanggal 21 Januari 2013 pada pekerjaan Pengadaan Bahan Permakanan Bagi 100 Orang (Klien Dan Petugas Piket) PantiSosialAsuhanAnak Alyatama Jambi Tahun Anggaran 2013, kami berkesimpulan bahwa dokumen penawaran yang Saudara sampaikan pada pekerjaan tersebut diatas telah memenuhi syarat evaluasi koreksi aritmatik, administrasi, teknis, kewajaran harga, dan penilaian kualifikasi.
Gangguan dalam keutuhan keluarga misalnya kematian salah satu atau kedua orangtua, perceraian, dan peran orangtua yang tidak mampu memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani menyebabkan masalah keterlantaran dialami oleh anak dan berakibat pada terganggunya tumbuh kembang anak (Hawari, 1999).
PANITIA PELELANGAN UMUM PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK ALYATAMA JAMBI TAHUN ANGGARAN 2012 PENGUMUMAN PELELANGAN UMUM DENGAN PASCAKUALIFIKASI Nomor : 01/ PAN-PSAA/ JBI / 2012 Panitia Pel[r]
PERANAN PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER KEPEDULIAN SOSIAL Studi Deskriptif di Panti Sosial Asuhan Anak Al-Kautsar Lembang Oleh: Tris Yuniar 1105068 Sebuah sk[r]
Panti tidak punya tempat konseling khu- sus akan tetapi anak biasa menyendiri di mas- jid. Tidak ada juga ruangan atau tempat khusus untuk pengunjung bagi anak. Di tempat mana pun anak bisa ditemui oleh keluarganya. Perse- diaan kebersihan dan perawatan diri (personal hygiene) diberikan langsung oleh pengasuh ke- pada masing-masing anak untuk dimiliki dan dipakai secara pribadi oleh anak. Namun menu- rut anak-anak, mereka menerima perlengka- pan panti dari PA secara tidak tentu. Anak- anak pernah menerima sabun, odol, sabun cuci, dan shampo, akan tetapi tidak rutin. Seringkali jatah yang diberikan habis sebelum masa pem- bagian bulan berikutnya datang. Kalau persedi- aan perlengkapan mandi mereka habis, mereka tidak berani meminta kepada pengurus. Menu- rut penuturan mereka karena panti juga tidak punya, panti sedang susah, sedang butuh biaya untuk membangun. Anak-anak sering diberi perlengkapan mandi oleh Mas Burhanudin, orang yang sering datang ke panti. Anak-anak juga biasa membelinya dengan uangnya sen- diri jika mereka membutuhkannya, demikian yang dikatakan koordinator anak asuh, ”Anak akan cari sendiri dengan uang yang dimilikinya.” 93
kebiasaannya di rumah yang memang tidak pernah melakukan pekerjaan rumah, karena pekerjaan itu selalu dikerjakan oleh ibunya. Atas perceraian kedua orang tuanya yang membuat anak tersebut dititipkan di pantiasuhan karena sudah tidak mampu mengurusi dan membiayai anak tersebut, setelah keberadaannya di PantiSosialAsuhanAnak Bhakti Pertiwi, anak ini tetap tidak bisa beradaptasi sehingga mengganggu kestabilitasan panti karena anak yang lain pun berontak meminta keadilan. Di sini peneliti ingin mengetahui mengapa sampai saat ini terdapat beberapa anak yang memiliki sikap kurang peduli / acuh tak acuh, padahal mereka sudah ditampung oleh pengurus panti dan diberikan fasilitas yang memadai.
72 4.2.1 Pola Asuh yang Digunakan Pengurus Panti Asuhan dalam Meningkatkan Solidaritas Sosial Antar Anak di Panti Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi Kabupaten Bandung .... 72 4.2.2 Pera[r]
Disiplin adalah proses bimbingan yang memiliki tujuan untuk menanamkan pola perilaku tertentu dan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Sebenarnya disiplin adalah membiasakan anak untuk menaati peraturan yang ada dilingkungannya. Tujuan awal dari disiplin adalah untuk melatih dan mengontrol anak, untuk mencapai itu dibutuhkan orang dewasa untuk mengajarkan kedisiplinan. Ketika anak sudah disiplin dengan sendirinya anak akan dapat mengarahkan dirinya sendiri tanpa pengaruh atau disuruh oleh orang lain, dalam hal ini berarti anak sudah mampua menguasi tingkah lakunya sendiri dengan berpedoman pada norma-norma yang jelas , standar-standar dan aturan-sturan yang sudah menjadi milik sendiri, untuk itu orang dewasa atau orang tua harus secara aktif dan terus menerus melakukan pendampingan pada anak.
Berada di Pantiasuhan bagi anak asuh tentu saja berbeda dengan kondisi anak-anak lain yang tinggal bersama orang tuanya. Bagaimanapun, anak-anakpanti harus menjalankan kegiatan-kegiatan dalam panti, mulai dari kegiatan belajar, sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang lainnya setiap hari. Anak asuh harus dapat menyesuaikan diri terhadap keadan panti serta pelayanan-pelayanan yang ada dan tentunya dengan didikan ataupun dibina dengan baik oleh petugas panti. Berdasarkan dari uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut dalam suatu karya ilmiah dengan judul : “PENGARUH PELAYANAN SOSIAL TERHADAP PERILAKU ANAK ASUH DI PANTIASUHAN BAIT ALLAH MEDAN”.
Seperti yang dikemukakan Winarno (2012:7), “Sesuai dengan penggagas awal Ir. Soekarno, Pancasila itu digali dari bumi Indonesia sendiri dan dikristalisasikan dari nilai-nilai yang berkembang dalam kehidupan rakyat Indonesia yang beraneka ragam”. Pancasila wajib ditanamkan atau diwariskan pada generasi muda bangsa Indonesia. Pancasila tidak hanya ditanamkan melalui pendidikan formal, melainkan juga di tempat-tempat non formal dan informal, seperti pada lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan juga di tempat- tempat yang berbentuk yayasan seperti pondok atau pantiasuhan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Praktek pengamalan nilai-nilai Pancasila diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh keluarga besar panti antara lain, Kepela Panti, Pengasuh, dan anak asuh PSAA Mardhatillah Kartasura. 2) Bentuk-bentuk penanaman nilai-nilai Pancasila antara lain: a) Pemberian contoh (imitasi) dari sikap dan perilaku para pengasuh; b) Pemberian latihan-latihan; c) Suritauladan dari para pengasuh. 3) Pelaksanaan penanaman nilai-nilai Pancasila, berupa contoh, latihan-latihan dan suritauladan dari pengasuh, pihak PSAA Mardhatillah memberikan motivasi kepada anak asuh berupa pemberian hadiah dan mengundang motivator dari luar. Selama mengikuti kegiatan anak asuh melakukan kegiatan dengan baik, mereka melakukannya dengan ihklas. Hasil yang didapat dari upaya penanaman nilai-nilai Pancasila di PSAA Mardhatillah anak asuh memiliki kepribadian yang baik, mandiri dan bisa diterima oleh masyarakat dengan baik.
Dalam Konvensi Hak Anak (pasal 20), anak berhak untuk mendapatkan keluarga atau keluarga pengganti agar kehidupan dan perkembangannya bisa dipenuhi dengan baik. Keluarga atau keluarga pengganti tersebut bertanggung jawab untuk memenuhi hak-hak dasar anak. Negara berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah agar hak-hak anak untuk memperoleh keluarga atau keluarga atau keluarga pengganti dapat terpenuhi dan agar keluarga atau keluarga pengganti dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan maksimal. Secara umum, ketentuan-ketentuan yang tercakup, dalam kelompok lingkungan keluarga atau pengasuhan pengganti meliputi antara lain: tanggung jawab keluarga dalam pengasuhan anak, penempatan bagi anak-anak yang terpisah dari keluarganya, yatim piatu, terlantar dan sebagainya. (dengan kafalah sebagaimana yang dikenal dalam hukum islam, adopsi atau panti-panti yang dikelola oleh Negara), serta melindungi anak-anak dari tindakan kekerasan oleh orang tua, keluarga atau keluarga pengganti.
Prabawa, J. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Konsep Diri Remaja PantiAsuhan Kristen Tanah Putih Semarang Dilihat dari Teori Rogers. Skripsi. Universitas Katolik Soegijapranata Semarang: Fakultas Psikologi