anak atau orang dewasa. Di satu sisi mereka tidak bisa dan tidak ingin diperlakukan sebagai anak-anak. Namun di sisi lain, mereka belum mencapat taraf kedewasaan penuh sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai orang dewasa. Masa remaja juga dianggap sebagai masa penyesuaian. Maksudnya, individu mulai masuk dan menghadapi lingkungan orang dewasa, yang memiliki peraturan dan norma tersendiri yang harus dipatuhi, berbeda dengan peraturan dan norma yang berlaku saat ia masih anak-anak. Itu sebabnya remaja harus mempelajari peranan orang dewasa dan hidup sebagai orang dewasa di lingkungan orang dewasa pula.
Remaja mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi dan keinginan untuk memiliki banyak teman, namun kadang-kadang untuk membangun hubungan dengan orang lain tidak mudah. Berhubungan dengan orang lain memerlukan kemampuan berkomunikasi yang baik. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasiinterpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk 1. mengetahui apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kemampuankomunikasiinterpersonal pada remaja, 2. mengetahui tingkat kemampuankomunikasiinterpersonalremaja, 3. mengetahui kondisi konsep diri remaja, 4. mengetahui sumbangan efektif konsep diri terhadap komunikasiinterpersonal pada remaja. Sample dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di SMP Negeri 1 Pedan.
Remaja mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi dan keinginan untuk memiliki banyak teman, namun kadang-kadang untuk membangun hubungan dengan orang lain tidak mudah. Berhubungan dengan orang lain memerlukan kemampuan berkomunikasi yang baik. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasiinterpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk 1. mengetahui apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kemampuankomunikasiinterpersonal pada remaja, 2. mengetahui tingkat kemampuankomunikasiinterpersonalremaja, 3. mengetahui kondisi konsep diri remaja, 4. mengetahui sumbangan efektif konsep diri terhadap komunikasiinterpersonal pada remaja. Sample dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di SMP Negeri 1 Pedan.
Remaja dihadapkan pada masalah dari dalam yakni, kesulitan berkomunikasi atau sering disebut sebagai hambatan komunikasi (communication apprehension) (Rakhmat, 2007). Remaja yang mengalami hambatan komunikasi (communication apprehension) akan merasa sulit dan merasa cemas ketika harus berkomunikasi antar pribadi dengan manusia lain, sehingga tidak mampu mencerminkan rasa kehangatan, keterbukaan, dan dukungan. Peristiwa komunikasi antar pribadi sebenarnya mampu menimbulkan perasaan senang bagi pihak yang bersangkutan atau menjadi peristiwa yang tidak menarik, dan bahkan cenderung untuk dihindari.
Penelitian dalam Eramuslim (www.infobalitacerdas.com, 2005) menemukan bahwa ikatan emosional antara ayah dan anak akan terjalin baik apabila ada interaksi yang baik antara ayah dan anak sehingga akan sangat mempengaruhi kecerdasan emosional seorang anak yang membuatnya tumbuh menjadi sosok dewasa yang berhasil dalam hidupnya. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh J.S Volpe gambaran diri anak terhadap ayahnya yang cenderung negatif membuat ayah harus merubah sikapnya terhadap anaknya. Dengan demikian jelas bahwa komunikasi yang berkualitas perlu dilakukan oleh ayah setiap berinteraksi dalam keluarga untuk mendukung pembentukan konsep diri pada anak remajanya.
dan kecelakaan. Ini mengakibatkan adanya hambatan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Seperti rasa kurang percaya diri, kurang terbuka dan sering menghindar untuk menjalin komunikasi dengan orang lain. Penelitian di atas didukung oleh pendapat Daradjat (dalam Handayani, 2007), bahwa remaja tuna daksa mempunyai rasa rendah diri terhadap keadaan diriya yang tidak seperti teman sebayanya. Dalam perkembangan pribadinya, hambatan-hambatan yang sering timbul pada remaja tuna daksa umumya mempunyai perasaan yang berubah-ubah, mempunyai kestabilan emosi, adanya masalah-masalah yang berhubungan dengan jasmani, orang tua, sekolah atau pengajaran dan teman- teman. Hambatan- hambatan tersebut bila dibiarkan akan melahirkan tingkah laku menarik diri secara berlebihan, menunjukkan sikap selalu mengeluh, murung dan menyendiri.
Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Goleman dkk (dalam Irma, 2003) yang mengungkapkan bahwa individu yang memiliki kestabilan emosi mempunyai adaptabilitas, dalam arti luwes dalam menangani perubahan dan tantangan, mampu berfikir positif dalam segala hal, memiliki rasa harga diri yang tinggi dan optimis. Senada dengan hal tersebut, Darmawan (2008) mengungkapkan kestabilan emosi sebagai kemampuan individu untuk dapat mengendalikan dirinya sendiri dari berbagai situasi dan tidak bertindak emosional karena faktor dari luar dirinya. Costa dan McCrae (dalam MacIntyre, dkk, 1999) menjelaskan bahwa individu dengan kestabilan emosi yang tinggi akan lebih tenang dan merasa aman. Dengan demikian remaja dengan yang memiliki kestabilan emosi akan tidak mudah mengalami kecemasan dalam komunikasiinterpersonal.
Menurut Rita (2009) secara teoritis konsep diri menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan komunikasiinterpersonal. Begitu juga dengan Rakhmat (2015) yang menyatakan bahwa suksesnya komunikasiinterpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri. Remaja dengan konsep diri yang tinggi dapat menghasilkan komunikasiinterpersonal yang efektif dalam hubungan dengan ibunya. Individu yang memiliki pengetahuan mengenai dirinya akan meningkatkan keterbukaan dalam berkomunikasi. Kemudian individu yang mampu menilai dan menerima dirinya yang baik maupun yang buruk serta adanya keinginan untuk memperbaiki dan mencapai diri idealnya akan melahirkan komunikasiinterpersonal. Dengan demikian, semakin tinggi konsep diri remaja maka akan semakin efektif komunikasiinterpersonal dengan ibunya. Sebaliknya semakin rendah konsep diri remaja maka akan semakin kurang efektif komunikasiinterpersonal dengan ibunya.
Komunikasiinterpersonal ini sangatlah penting bagi mahasiswa pendatang dari daerah lain ke daerah perantauan untuk menyesuaikan diri sehingga dapat menjalin komunikasi yang baik dengan mahasiswa ataupun masyarakat lokal. Kelebihan mahasiswa pendatang adalah dapat belajar hidup mandiri dan bersosialisasi dengan teman baru serta lingkungan barunya dibandingkan dengan mahasiswa yang tinggal di kota bersama orang tuanya. Mahasiswa pendatang memiliki konsep diri dan budaya yang berbeda dari daerah perantauan dimana mereka akan tinggal. Gunarsa (dalam Adawiyah, 2012) menjelaskan bahwa konsep diri adalah penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri secara keseluruhan, baik fisik, psikis, sosial maupun moral. Penilaian terhadap diri sendiri tersebut sangat dipengaruhi oleh peniliaian lingkungan terhadap dirinya. Lingkungan tersebut adalah keluarga, sekolah, kampus dan lingkungan pergaulan diluar rumah, sehingga, apabila mahasiswa tidak dapat menyelaraskan antara konsep diri dengan kualitas komunikasiinterpersonal maka akan timbul konflik- konflik sosial. Hal ini juga dikuatkan oleh penelitian dari Yohana (2014), dalam jurnalnya menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif antara konsep diri dengan komunikasiinterpersonal. Yohana menambahkan pengaruh konsep diri terhadap komunikasiinterpersonal hanya sebesar 22,36%.
Masalah penting yang dihadapi anak-anak yang menginjak usia remaja cukup banyak. Problem tersebut ada yang mudah dan dapat dipecahkan sendiri, akan tetapi adakalanya masalah yang timbul sulit dipecahkan sendiri, sehingga memerlukan bantuan para pendidik dan orang tua agar tercapai kesejahteraan pribadi dan bermanfaat bagi masyarakat (Panut, 2005). Jenkins dan Marton (dalam Adilla, 2009) mengungkapkan bahwa salah satu masalah yang ada adalah bullying, bullying dikategorikan sebagai perilaku antisoal atau misconduct behavior dengan menyalah gunakan kekuatannya kepada korban yang lemah, secara individu ataupun kelompok, dan biasanya terjadi berulang kali.
Mahasiswa psikologi dalam masa remaja akhir, memiliki pemahaman diri yang lebih terintegrasi dan menjadi konsisten, serta sudah memiliki kematangan intelektual dan dapat berpikir logis. Bertambahnya pengalaman dan kemampuan untuk berpikir secara realistis, maka remaja akhir dapat melihat keadaan dirinya. Hal inilah yang menjadikan konsep diri itu tercipta. Konsep diri tersebut terbentuk melalui proses, di mana setiap individu memiliki pengetahuan yang baik mengenai dirinya sendiri, mengetahui apa yang menjadi harapan dirinya untuk dicapai dan memiliki penilaian tentang dirinya sendiri baik yang menjadi kekurangan atau kelebihannya. Hal tersebut menjadikan modal yang cukup untuk menjalin hubunganinterpersonal. Ketika mahasiswa psikologi mengetahui segala sesuatu tentang dirinya, dirinya akan mulai mempersepsikan segala sesuatunya sesuai dengan apa yang dirinya pikirkan dan berdampak pada tindakan yang akan dilakukannya untuk menjalin interaksi dengan orang lain. Dengan membentuk relasi sosial secara baik mahasiswa psikologi akan mengerti apa yang diinginkan serta diharapkan sehingga memudahkan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Hasil penelitian oleh Rusda (1999) tentang Kondisi-kondisi Yang Mempengaruhi Penerimaan Sosial Remaja Di sekolah, menyebutkan bahwa remaja yang mampu diajak berbicara atau berdiskusi tentang berbagai hal, terbuka, dan cocok sebagai tempat curahan hati; menduduki urutan kedua untuk alasan dipilihnya remaja bergaul yang menyenangkan di sekolah, dengan prosentase sebesar 10,7%. Sehingga dikatakan bahwa kemampuan berkomunikasi secara efektif yang dimiliki remaja dengan teman sebayanya merupakan salah satu faktor penting yang menentukan diterimanya remaja dalam kelompok teman sebaya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode peneltian kuantitatif korelasional. Variabel yang digunakan adalah variabel bebas (x) penerimaan diri, sementara variabel terikat (y) kemampuankomunikasiinterpersonal. Teknik pengumpulan data menggunakan skala penerimaan diri dan kemampuankomunikasiinterpersonal. Teknik pengambilan sampel menggunakan non random dengan sampel sebanyak 80 siswa. Analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment dimana teknik ini digunakan untuk mengungkapkan korelasi atau hubungan antara variable x dan variable y serta seberapa besar variable x berpengaruh terhadap variable y.
Hubungan antara konsep diri, penyesuaian diri dan komunikasi interpersonal yang efektif dengan teman sebaya pada Remaja SMA I Prembun.. Tesis Tidak diterbitkan Salatiga : UKSW..[r]
penelitian dengan nomor urut baru ..................................................... 57 8. Frekuensi dan Prosentase Skala Konsep Diri ..................................... 61 9. Frekuensi dan Prosentase Skala Kecemasan KomunikasiInterpersonal 62 10. Uji Hipotesis Product Moment dan Sumbangan Efeltif ...................... 63 11. Rangkuman Hasil Analisis Stepwise (Regresi) ................................... 65 12. Rangkuman Kategori, Frekuensi dan Prosentase Subjek Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empirik hubungankonsep diri terhadapa komunikasiinterpersonal pada remaja akhir. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara konsep diri dengan komunikasiinterpersonal pada remaja akhir. Subjek penelitian berjumlah 70 orang dengan usia 16-21 tahun. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat ukur skala komunikasiinterpersonal dan skala konsep diri. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan Analisa Korelasi Parsial. Diketahui nilai rxy sebesar 0,582 dengan p < 0.01. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan komunikasiinterpersonal. Dengan demikian, hasil analisis data ini mendasari bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima.
Mariani, K. 1991. Hubungan Antara Sifat Pemantauan Diri dengan Kecemasan Dalam komunikasiInterpersonal Pada Mahasiswa Psikologi dan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi Sarjana. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
MATERI KOMUNIKASI INTERPERSONAL Definisi, tujuan, manfaat, elemen, hakikat, hambatan komunikasi interpersonal Sistem komunikasi interpersonal: persepsi interpersonal, konsep di[r]
Suatu perusahaan yang menyediakan pelayanan jasa untuk maysarakat umu harus memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggannya sehingga tercipta hubungan yang baik antara perusahaan dengan pelanggannya. Customer service officer menjadi ujung tombak perusahaan dalam melayani pelanggan. Pelayanan yang baik bisa diwujudkan dengan kualitas komunikasiinterpersonal antara customer service officer dengan pelanggannya. Dalam penelitian ini pelanggan Mal Malioboro adalah pemegang member PC Card. Agar fasilitas dan fungsi PC Card bisa dimanfaatkan dengan baik oleh pelanggan, maka harus ada penyampaian informasi dengan baik dan jelas. Kualitas komunikasiinterpersonal yang baik antara customer service officer dengan pelanggan akan menciptkana kepuasan relasi. Hubungan ini semakin kuat bila ada reward atau ganjaran yang menguatkan hubungan tersebut.