Resiko terhadap bahaya longsor bagi pembangunan diatas tanah lereng sangatlah tinggi dan untuk menghindari bahaya tersebut, tanah lereng harus memiliki kekuatan yang cukup serta dayadukungpondasi yang cukup pula untuk menahan beban diatasnya. Salah satu metode perkuatan tanah yang dapat digunakan pada lereng adalah dengan pemasangan material geogrid pada lapisan lereng. Oleh sebab itu, dilakukan sebuah penelitian guna memperoleh parameter sudutkemiringanlereng dan lebarpondasi yang dapat menghasilkan dayadukung paling optimum pada sebuah lereng dengan perkuatan geogrid, sehingga resiko kelongsoran dapat diminamalisir.Pada penelitian ini dilakukan pengujian model fisik lereng dengan perkuatan geogrid. Variasi yang diterapkan pada sampel model lereng berupa sudutkemiringanlereng dan lebarpondasi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh terhadap dayadukung pada lereng dengan perkuatan geogrid dibandingkan dengan dayadukung pada lereng tanpa perkuatan geogrid. Berdasarkan penelitian ini, peningkatan dayadukung terbesar terletak pada sudutkemiringan 46° dan lebarpondasi 4 cm.
Resiko terhadap bahaya longsor bagi pembangunan diatas tanah lereng sangatlah tinggi dan untuk menghindari bahaya tersebut, tanah lereng harus memiliki kekuatan yang cukup serta dayadukungpondasi yang cukup pula untuk menahan beban diatasnya. Salah satu metode perkuatan tanah yang dapat digunakan pada lereng adalah dengan pemasangan material geogrid pada lapisan lereng. Oleh sebab itu, dilakukan sebuah penelitian guna memperoleh parameter sudutkemiringanlereng dan lebarpondasi yang dapat menghasilkan dayadukung paling optimum pada sebuah lereng dengan perkuatan geogrid, sehingga resiko kelongsoran dapat diminamalisir.Pada penelitian ini dilakukan pengujian model fisik lereng dengan perkuatan geogrid. Variasi yang diterapkan pada sampel model lereng berupa sudutkemiringanlereng dan lebarpondasi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh terhadap dayadukung pada lereng dengan perkuatan geogrid dibandingkan dengan dayadukung pada lereng tanpa perkuatan geogrid. Berdasarkan penelitian ini, peningkatan dayadukung terbesar terletak pada sudutkemiringan 46° dan lebarpondasi 4 cm.
Shields bersama dengan peneliti lainnya telah mencoba melakukan penelitian terhadap faktor dayadukung Nγq untuk sebuah pondasi pada lereng yang memiliki sudut geser yang rendah. Pada penelitian yang dilakukan oleh Shields ia menggunakan pemodelan box pasir berukuran besar dengan panjang 15 m dan lebar 2 m dan tinggi 2,2 m. Sebuah lereng dengan perbandingan H : V yaitu 2 : 1 dipilih sebagai pemodelan karena dianggap ukuran tersebut adalah uluran standar dari sebuah lereng, lereng dibuat dengan faktor- faktor penentu yang ada. Dari percobaan tersebut Shields melaporkan prosentase dayadukung tanah datar yang ia temukan dengan menggunakan persamaan Gemperline untuk menghitung nilai Nγq dan menggunakan persamaan dayadukung Meyerhof untuk tanah datar.
Pembangunan bangunan di atas suatu lereng sangat riskan dan beresiko terjadi kelongsoran karena komponen gravitasi cenderung untuk menggerakan massa tanah. Penelitian ini dilakukan dengan membuat model lereng tanah pasir tanpa perkuatan serta lereng tanah pasirmenggunakan perkuatan geotekstil dengan RC 74%. Kemiringansudutlereng yang digunakan di sesuaikan dengan variasi yang ditentukan dengan penempatan pondasimenerus diatas lareng yang memiliki beberapa variasi dimensi lebar. Perkuatan yang digunakan berupa geotekstil jenis woven yang terbuat dari bahan polypropylene silt. Dari data hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil, semakin besar kemiringanlereng maka dayadukung yang dihasilkan semakin kecil. Sedangkan untuk variasi lebarpondasi, semakin besar lebarpondasi yang digunakan maka dayadukung yang dihasilkan semakin kecil . Kontribusi perkuatan yang di pakai sangat berpengaruh terhadap penentuan lebarpondasi yang paling optimum menghasilkan dayadukung. Peningkatan dayadukung ultimit yang paling maksimal terjadi pada saat kemringan lereng 46 dan lebarpondasi 4 cm yaitu sebesar 4,040.
In this research, the physical model of strip footing is tested with geogrid reinforcement. The variations used in the sample test are the number of layers of geogrid and the depth of the foundation. The main objective of this study was to compare the bearing capacity of strip footing on the sand soil without the reinforcement of geogrid and with geogrid reinforcement. This study was conducted by modeling the WF profile steel as a strip footing and using poorly graded sand soil with 70% relative compaction. For samples with geogrid reinforcement also used variation in depth d / B = 0; d / B = 0.5; And d / B = 1. The reinforcement is used by the number of geogrid n = 1, n = 2, and n = 3. The loading is using a hydraulic jack. Load readings and foundation decrement are seen through load cell and LVDT. Load and decrement is read every 50 kg load increase until the samples are set to collapse by 10%. All models vary the number of layers of geogrid and depth using the same foundation width by 10 cm. From the experiment is known that the highest value of ultimate bearing capacity is in d/B = 1. And for the variation of geogrid number the highest value is in n = 3. Key words: bearing capacity, strip footing, geogrid reinforcement, variation of the number of geogrid,
Hasil yang didapatkan berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan pengaruh variasi lebarpondasi dan jumlah lapisan geotekstil pada pemodelan fisik lerengpasir dengan sudut 51° dan RC 74% menunjukkan terjadi peningkatan dayadukungpondasimenerus pada lereng dengan menggunakan perkuatan geotekstil dibandingkan dengan lereng tanpa perkuatan. Dan semakin lebarpondasi yang digunakan, maka semakin besar beban runtuh yang mampu ditahan oleh pondasi, akan tetapi dayadukungpondasi semakin menurun. Semakin banyak junlah lapis geotekstil yang digunakan, maka semakin besar dayadukung yang diberikan oleh pondasi. Berdasarkan analisis BCIqu dan BCIs yang terjadi, maka lebar dan jumlah lapis geotekstil yang paling maksimum terdapat pada B = 8 cm dengan jumlah lapisan geotekstil 3 lapisan.
Penelitian ini menggunakan sampel tanah pasir dengan kepadatan relatif 70%. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kenaikan dayadukung yang diberikan oleh perkuatan berupa Geogrid tipe biaksial ketika diaplikasikan ke dalam tanah pasir. Variasi yang digunakan pada penelitian ini adalah rasio jarak lapis geogrid teratas terhadap dasar pondasi dan rasio jumlah lapisan Geogrid yang digunakan. Hasil dari dayadukung tanah pasir dengan perkuatan Geogrid ini nantinya akan dibandingkan dengan dayadukung tanah pasir terhadap pondasi yang tidak menggunakan perkuatan. Uji model yang dilakukan di laboratorium mengunakan pondasimenerus dengan lebar 6 cm dan kedalaman pondasi sebesar 3 cm. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah pengaruh efek jarak lapisan geogrid teratas (U) dan pengaruh jumlah lapisan geogrid (n) terhadap dayadukung ultimit dan penurunan pada pondasimenerus. Rasio yang digunakan adalah variasi rasio U/B sebesar 0.25; 0,5; 0.75 dan variasi rasio n sebesar 1; 2; 3. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa nilai dayadukung ultimit terbesar pada rasio U/B terletak pada nilai rasio sebesar 0.5. Sementara pada variasi n, nilai optimum yang didapatkan pada kenaikan dayadukung tanah pasir terhadap pondasi adalah saat menggunakan perkuatan sebanyak 3 lapis. Analisis yang digunakan sebagai pembanding dayadukung tanah pasir adalah Bearing Capacity Ratio. Analisis ini dapat membandingkan nilai dayadukung dari tanah pasir ketika berada di satu titik penurunan tertentu. Nilai dayadukung yang dianggap ultimit adalah ketika pondasi mengalami penurunan sebesar 0.1 B atau 10% dari lebarpondasi yang digunakan
Pembangunan suatu struktur diatas tanah yang tidak datar yang mempunyai sudutkemiringan yang besar mempunyai resiko kelongsoran yang cukup besar dikarenakan faktor gravitasi yang berpotensi untuk menggerakkan tanah. Pada penelitian ini digunakan pemodelan fisik lereng tanah pasir dengan dan tanpa perkuatan geogrid dengan Rc 74% dengan variabel tetap yaitu kemiringansudut 46° dan jumla lapis perkuatan geogrid sebesar 3 lapis, sedangkan untuk variasi yang digunakan yaitu lebarpondasi dan variasi rasio jarak pondasi ke tepi lereng terhadap lebarpondasi. Bahan perkuatan yang digunakan yaitu geogrid biaxial miragrid 40/40 yang diproduksi oleh PT.Tetrasa Geosinindo. Setelah penelitian ini dilakukan maka didapatkan hasil yaitu semakin lebarpondasi maka dayadukung yang dihasilkan akan semakin kecil, sedangkan untuk variasi jarak pondasi ke tepi lereng, semakin jauh jarak pondasi ke tepi lereng maka dayadukung yang dihasilkan akan semakin besar. Kontribusi perkuatan geogrid sangat mempengaruhi terhadap dayadukung yang dihasilkan. Peningkatan dayadukung ultimit yang paling maksimal terjadi yaitu pada lebarpondasi = 4 cm dengan rasio jarak pondasi ke tepi lereng dengan lebarpondasi (d/B = 3).
Pembangunan bangunan di atas suatu lereng sangat riskan dan beresiko terjadi kelongsoran karena komponen gravitasi cenderung untuk menggerakan massa tanah. Penelitian ini dilakukan dengan membuat model lereng tanah pasir tanpa perkuatan serta lereng tanah pasirmenggunakan perkuatan geotekstil dengan RC 74%. Kemiringansudutlereng yang digunakan di sesuaikan dengan variasi yang ditentukan dengan penempatan pondasimenerus diatas lareng yang memiliki beberapa variasi rasio jarak pondasi ke tepi lereng. Perkuatan yang digunakan berupa geotekstil jenis woven yang terbuat dari bahan polypropylene silt. Dari data hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil, semakin besar kemiringanlereng maka dayadukung yang dihasilkan semakin kecil. Sedangkan untuk variasi rasio jarak pondasi ke tepi lereng, semakin jauh jarak pondasi ke puncak lereng, maka dayadukung yang dihasilkan semakin besar. Peningkatan dayadukung ultimit yang paling maksimal terjadi pada saat kemringan lereng 46 dan rasio jarak pondasi ke tepi lereng (d/B=3) yaitu sebesar 3,220
Beban runtuh mengalami peningkatan seiring dengan semakin lebarnya pondasi serta beban runtuh akan menurun seiring semakin curum kemiringansudutlereng. Nilai BCIqu >1 menandakan bahwa terjadi peningkatan dayadukung setelah diberi perkuatan geotekstil dengan sebelum diberi perkuatan geotekstil. Untuk variasi lebarpondasi terjadi penurunan nilai BCIqu disebabkan oleh jarak pondasi ke tepi lereng (d/B=2) pada saat lebarpondasi (B)=4cm lebih kecil sehingga penyaluran beban akan lebih cepat diterima geotekstil pada saat kondisi pondasi 4cm. Sedangkan pada saat kondisi pondasi 8cm penyaluran beban menuju geotekstil akan lebih lama diterima karena jarak pondasi ke tepi lereng yang lebih besar daripada kondisi pondasi 4cm dan beban akan lebih dahulu ditahan oleh tanah sebelum disalurkan pada geotekstil.
Tanah pasir secara umum mempunyai dayadukung yang relatif baik, hanya saja pada tanah ini memiliki permasalahan yang sering timbul adalah jika tanah dalam keadaaan longgar dan keadaan butiran tanah yang seragam yang dipengaruhi oleh kondisi tingginya muka air tanah. Oleh sebab itu memerlukan metode perbaikan tanah untuk meningkatkan dayadukung tanah pasir. Dalam penelitian ini dilakukan uji pemodelan tanah fisik pondasimenerus di atas tanah pasir perkuatan geogrid menggunkan variasi jumlah lapis geogrid dan jarak lapis geogrid teratas. Variasi yang digunakan pada penelitian ini disesuaikan dengan B, yaitu lebarpondasi. Pada penelitian ini menggunakanB=6 cm. Varisi yang digunakan untuk jarak lapis geogrid teratas adalah u/B= 0,25B;0,5B dan 0,75B sedangkan pada variasi jumlah lapis geogrid (n) digunakna sebanyak 3 lapisan. Tujuan utamanya adalah membandingkan dayadukung tanah pada tanah pasir tanpa perkuatan terhadap dayadukung tanah pasir yang diberi perkuatan. Pada penelitian ini dilakukan dengan bahan pasir bergradasi buruk RC85%. Dari hasil penelitian ini maka didapatkan bahwa variasi yang optimal untuk nilai daya dukungnya terdapat pada jarak lapis geogrid teratas dengan variasi 0,5B dan variasi jumlah lapisan geogrid yang ke 3 berarti bertambahnya dayadukung juga diiringi dengan peningkatan jumlah perkuatan geogrid.
1. Dalam mengatur kadar air, perlu dihitung dengan teliti berapa persen kehilangan air perhari sehingga diketahui berapa kg air yang harus ditambahkan. Untuk menghitung kehilangan air perhari hendaknya dilakukan secara berkelanjutan karena besarnya kehilangan air untuk setiap harinya berbeda beda. Kemudian dalam mencampur air dengan pasir juga harus dilakukan dengan teliti sehingga air dapat tercampur secara merata pada pasir. Dengan begitu diharapkan kadar air model lereng sesuai dengan kadar air rencana.
Pada penelitian ini, dibuat 12 buah benda uji, dengan 3 variasi lebarpondasi dan 3 variasi jumlah lapisan geogrid. Pondasi yang digunakan merupakan pondasimenerus yang diletakkan di permukaan lereng dengan sudut 56° dan dengan RC 74%. Variasi lebarpondasi yang digunakan yaitu 4 cm, 6 cm dan 8 cm, serta variasi jumlah lapisan geogrid yang digunakan yaitu 1 lapis, 2 lapis dan 3 lapis perkuatan. Jarak dari tepi lereng ke pondasi adalah senilai dengan lebarpondasi yang digunakan. Jarak antar geogrid tiap lapisannya adalah 3 cm. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukan terjadinya peningkatan dayadukungpondasi dengan adanya perkuatan menggunakangeogrid. Dengan bertambahnya lebarpondasi yang digunakan, beban runtuh yang dapat ditahan oleh pondasi akan bertambah juga, namun dayadukungpondasi semakin menurun. Semakin bertambahnya jumlah lapisan geogrid yang digunakan, semakin besar pula dayadukung yang dimiliki oleh pondasi. Bila ditinjau berdasarkan analisis BCIqu dan BCIs yang dilakukan, lebar dan jumlah lapis geogrid dengan peningkatan q paling maksimum terjadi saat B = 4 cm dan n = 3 lapisan. Sedangkan berdasarkan analisis peningkatan dan kontribusi variabel, variasi jumlah lapisan geogrid lebih dominan daripada variasi lebarpondasi.
Tujuan penelitian ini antara lain adalah untuk menemukan mekanisme perkuatan lereng dengan membandingkan dayadukung tanah pada lerengpasir tanpa perkuatan terhadap dayadukung tanah pada lerengpasir yang diberi perkuatan geogrid dengan variasi jumlah lapisan geogrid dan kemiringansudutlereng, mengetahui pengaruh variasi kemiringansudutlereng terhadap dayadukung pada lereng tanah pasir, mengetahui pengaruh variasi jumlah lapisan geogrid untuk perkuatan lereng terhadap dayadukung pada lereng tanah pasir, serta untuk mengetahui kemiringansudutlereng dan jumlah lapisan geogrid yang optimum terhadap dayadukung tanah dengan pondasimenerus pada lereng tanah pasir yang diperkuat menggunakangeogrid.
Slope is one of open land that has high risk and is not stable so it does landslide happened. However, landslides can be anticipated by applying geogrid reinforcement on slopes. The purpose of this study is to determine the effect of the slope angle variation and footing width which the most optimum to soil bearing capacity using geogrid reinforcement. In this study, is used 2 layers of geogrid reinforcement, the ratio of footing distance from slope edge is 2B, three variable of the footing width is 4cm, 6cm, 8cm and three variable of the slope angle is 46 o , 51 o , 56 o . in this study, It can be concluded that the most optimum variation obtained on the condition of the footing with 4 cm and the angle of the slope 46 o .
Pondasi dangkal hanya memerlukan kedalaman kurang dari lebarnya. Kapasitas dayadukung ialah kekuatan pondasi untuk melayani beban diatasnya. Analisis menggunakan program PLAXIS 2D AE menghasilkan bahwa semakin lebarpondasi maka akan menaikan kapasitas dayadukung. Kenaikan tersebut sebesar 159,4% yang terbesar pada B=2m sebesar 1074,18 kN pada tanah jenis clay. Faktor kedalaman pondasi pun demikian, naiknya kapasitas dayadukung tersebut sebesar 68,24% yang terbesar pada Df=2m sebesar 3860,29 kN pada tanah jenis clay. Kapasitas dayadukung juga dipengaruhi oleh keberadaan muka air tanah yang bedanya sebesar 39,7%. Kedalaman tanah keras pun menaikan kapasitas dayadukung, apabila kedalaman tanah kerasnya berjarak dekat dengan dasar pondasi. Naiknya kapasitas dayadukung tersebut ditinjau dari kedalaman 4B hingga 0,25B sebesar 40,77% yang terbesar pada kedalaman 0,25B pada jenis tanah silty sand 19667,59 kN dan 15641,26 kN untuk tanah jenis clay.
Dayadukung suatu pondasi tiang pancang dapat diperkirakan dari berbagai pengujian, baik pengujian laboratorium atau analisa empirik, maupun pengujian langsung di lapangan. Analisa empirik dengan menggunakan data Cone Penetration Test (CPT) dan atau data Standard Penetration Test (SPT), sedangkan pengujian di lapangan berupa Static Loading Test (uji pembebanan statik) dan Pile Driving Analyzer (PDA). Interprestasi dari hasil uji pembebanan statik dapat menggunakan beberapa metode, yaitu metode p-y, metode Mazurkiewich (1972), dan metode Chin (1971).
Dengan semakin tingginya pertumbuhan manusia maka semakin tinggi pula urbanisasi di suatu kota sehingga membutuhkan sarana dan prasarana konstruksi bangunan yang baik. Konstruksi bangunan yang baik adalah dengan memperhatikan kekuatan struktur pondasi. Pondasi adalah struktur bangunan yang mentransfer semua beban gaya di atasnya ke tanah. Pondasi dangkal adalah jenis pondasi yang di gunakan pada konstruksi sederhana, pada umumnya di pakai antara 0,5m dan 3m di bawah permukaan tanah.
pondasi dangkal menerus, kapasitas dayadukung semakin meningkat. Oleh karena itu batas tepi memiliki peranan penting dalam suatu pondasi bangunan, apabila batas tepi semakin dekat dengan pondasi maka dayadukungpondasi akan semakin kecil. Dari hasil perhitungan dengan pengaruh batas tepi yang berbeda penurunan yang terjadi dapat kita rangkum sebagai berikut Batas Tepi 1B penurunan terjadi = 0.411 cm , batas tepi 2B penurunan terjadi =1.000 cm , batas tepi 3B penurunan terjadi = 1.700 cm ,tanpa batas tepi penurunan terjadi = 3.000 cm. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar batas tepi yang digunakan pada pondasi dangkal menerus maka semakin besar nilai penurunan yang terjadi.
Yun Hu, Ga Zhang, Jian-Min Zhang, C.F. Lee (2010) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan geotekstil sebagai perkuatan lereng. Dalam jurnalnya yang berjudul “Centrifuge Modeling of Geotextile- Reinforced Cohesive Slopes” disimpulkan bahwa salah satu parameter yang mempengaruhi kinerja geotekstil sebagai perkuatan adalah panjang geotekstil. Adapun panjang geotekstil yang dianggap menghasilkan kinerja terbaik berkisar antara L/H=0,22 hingga kurang dari L/H=0,83 dimana L merupakan panjang geotekstil dan H merupakan ketinggian lereng. Adapun panjang lipatan diambil 22% dari tinggi lereng sesuai jurnal A.N. Sommers dan B.V.S. Viswanadham yang berjudul “Centrifuge Model Test on The