Menurut American Diabetes Assosiation (ADA) terapi kombinasi dua atau lebih obat antidiabetes, sebenarnya sudah dimulai pada tahun 1950 dan sampai saat ini terapi kombinasi ini tetap dilakukan dengan berbagai alasan antara lain sangat kompleksnya pathogenesis diabetestipe2, menurunkan atau mengurangi efek yang tidak diinginkan dari suatu obat, dan dalam rangka mencapai kontrol glukosa yang baik atau mencegah atau mengurangi terjadinya resiko CAD dan progresivitas penyakitnya (Permana, 2009).
Hipertensi merupakan salah satu faktor dalam resistensi insulin atau sindrom metabolik dan sering menyertai DM tipe2. Glukotoksisitas akan menyebabkan peningkatan aktivitas RAAS sehingga akan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi. Adanya hipertensi akan memperberat disfungsi endotel dan akan meningkatkan risiko penyakitjantungkoroner. (Sudoyo, et al., 2009). Dalam penelitian yang dilakukan Hadaegh et al, terdapat perbedaan rata- rata tekanan darah sistolik pada pasien terdiagnosis diabetes dengan penyakitjantungkoroner dan pasiendiabetes tanpa penyakitjantungkoroner. Rata-rata tekanan darah sistolik pasien pria dengan DM dan PJK yaitu 139,9±27,6 sedangkan DM tanpa PJK yaitu 132±20,4. Rata-rata tekanan darah sistolik pasien wanita dengan DM dan PJK yaitu 140±23,3 sedangkan DM tanpa PJK yaitu 135±23,0 dengan nilai p<0,005 (Hadaegh, et al., 2010).
DM merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. DM yang tidak dikelola dengan baik mengakibatkan komplikasi vaskuler yang dibedakan menjadi komplikasi makrovaskuler seperti penyakitjantungkoroner, penyakit pembuluh darah perifer dan stroke, mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati dan neuropati. Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur. WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. (Debrytha, 2009)
Penyakitjantungkoroner adalah suatu penyempitan arteri koroner internal yang disebabkan oleh adanya lesi dan aterosklerosis serta mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh darah. Aterosklerosis koroner inilah yang menyebabkan lumen (lubang) arteri koroner menyempit dan akhirnya menyebabkan penyumbatan aliran darah ke jantung sehingga suplai darah menjadi tidak adekuat atau terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen yang di perlukan dengan persediaan oksigen yang di berikan oleh pembuluh darah koroner. Statin menurunkan kadar kolesterol dengan cara menginhibisi kerja enzim 3-hydroxy 3 methyl glutarylcoenzyme A(HMG CoA) reduktase pada sintesis kolesterol di hati. Simvastatin cenderung menurunkan kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan meningkatkan kolesterol HDL. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola penggunaan simvastatin pada pasienpenyakitjantungkoroner rawat inap di RSUD Kabupaten Sidoarjo.Metode penelitian observasional berupa studi retrospektif pada pasienpenyakitjantungkoroner. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling, periode Januari 2015 sampai Juli 2016. Hasil dari penelitian ini adalahsimvastatin hanya digunakan tunggal (1x20 mg) PO 100%.Penggunaan simvastatin terkait dosis, frekuensi, rute, interval, dan lama pemberian sudah sesuai dengan guidelines yang ada.
Penyakitjantungkoroner (PJK) adalah penyebab kematian utama pada penderita diabetesmelitus (DM) di dunia. Sekitar 65 % pasien DM memiliki komplikasi kardiovaskular. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui prevalensi DM tipe2 dengan dan tanpa PJK, karakteristik berdasarkan usia, jenis kelamin, serta faktor risiko PJK yaitu indeks massa tubuh (IMT) berlebih, peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol low density lipoprotein (LDL), dan penurunan kadar kolesterol high density lipoprotein (HDL).
Notoadmodjo, S. (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Pena, Y., Jose, Britto, F., Bacallao, J., & Juan. (2012). Lipid Levels as Predictors of Silent Myocardical Ischemia in a Type 2 Diabetic Population in Havana. Medicc Review, Vol 14, No 1, 18-24.
Pemantauan pada Framingham Heart Study terhadap penderita DiabetesMelitus menunjukkan kejadian-kejadian penyakit kardiovaskular yang tampaknya lebih banyak terjadi pada wanita. Dibandingkan dengan orang yang tanpa DiabetesMelitus, angka kematian karena kejadian penyakitkoroner meningkat 2,2 kali lipat pada laki-laki dan 2,8 kali lipat pada wanita. Kejadian komplikasi karena DiabetesMelitus pada wanita kemungkinan disebabkan karena DiabetesMelitus pada wanita banyak yang disertai dengan faktor risiko lain seperti obesitas, hipertensi, dan aterogenik dislipidemia (Radi, 2007).
Conclusion: From the results of the test, it can be concluded that there are differences in mean of HDL cholesterol levels of patients with type 2diabetes mellitus with coronary heart disease and without coronary heart disease in hospitals Dr. Moewardi Surakarta (mean HDL level of type 2diabetes mellitus without coronary heart disease was significantly higher than patients with type 2diabetes mellitus with coronary heart disease.
Bitzur (2009) menyatakan bahwa diabetesmelitus memiliki risiko tinggi untuk terbentuknya aterosklerosis, dan terjadinya penyakit kardiovaskuler, terutama penyakitjantungkoroner (PJK) dan stroke, yang merupakan penyebab utama kematian di antara pasien dengan diabetestipe2. Beberapa penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa diabetesmelitus adalah faktor risiko utama terjadinya stroke dan stroke berulang.
Mekanisme penyebab terjadinya risiko trombosis pada pasien DM sangat kompleks dan melipatkan berbagai proses. Penderita dengan DM tipe2 mempunyai aterosklerosis yang prematur dan penyakit vaskuler yang lebih berat, sehingga mudah mengalami ruptur plak dan pembentukan trombus. Sebagai tambahan, penderita DM tipe2 juga mengalami peningkatan kejadian trombus akibat hiperaktivitas dari platelet, peningkatan keadaan protrombotik oleh faktor koagulan, dan penurunan aktivitas fibrinolisis. 4
Rasa terima kasih dan hormat penulis sampaikan kepada seluruh staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU khususnya divisi Kepala Divisi Endokrinologi Metabolik dan Diabetes kepada Dr.dr.Dharma Lindarto SpPD- KEMD, Dr. Mardianto, Sp.PD-KEMD, Dr. Santi Syafril SP.PD-KEMD dan para senior peserta PPDS-II Endokrinologi Metabolik dan Diabetes, dr. M.Aron Pase, SpPD dan dr Melati Silvany Nst SpPD.
Penyakitjantungkoroner adalah suatu penyempitan arteri koroner internal yang disebabkan oleh adanya lesi dan aterosklerosis serta mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh darah. Aterosklerosis koroner inilah yang menyebabkan lumen (lubang) arteri koroner menyempit dan akhirnya menyebabkan penyumbatan aliran darah ke jantung sehingga suplai darah menjadi tidak adekuat atau terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen yang di perlukan dengan persediaan oksigen yang di berikan oleh pembuluh darah koroner. Asetosal berperan untuk menghambat aktivitas enzim cyclooksigenase (COX-1dan COX-2), yang berperan untuk metabolisme enzim utama dari asam arakidonat yang merupakan prekursor prostaglandin. Asetosal mengurangi agregasi platelet dan dapat menghambat pembentukan trombus dalam sirkulasi arteri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola penggunaan asetosal pada pasienpenyakitjantungkoroner rawat inap di RSUD Kabupaten Sidoarjo. Metode penelitian observasional berupa studi retrospektif pada pasienpenyakitjantungkoroner. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling, periode Desember 2015 sampai Agustus 2016. Hasil dan kesimpulan daripenelitian ini adalah asetosal digunakan sebagai terapi tunggal dan dapat digunakan bersamaan dengan antiplatelet yang lainnya. Penggunaan asetosal terkait dosis, frekuensi, rute, interval, dan lama pemberian sudah sesuai dengan guidelines yang ada.
Di Indonesia, penyakitjantung juga cenderung meningkat sebagai penyebab kematian. Data survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1996 menunjukkan bahwa proporsi penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun sebagai penyebab kematian. Tahun 1975 kematian akibat penyakitjantung hanya 5,9 %, tahun 1981 meningkat sampai dengan 9,1 %, tahun 1986 melonjak menjadi 16 % dan tahun 1995 meningkat menjadi 19 %. Sensus nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa kematian karena penyakit kardiovaskuler termasuk penyakitjantungkoroner adalah sebesar 26,4 %, dan sampai dengan saat ini PJK juga merupakan penyebab utama kematian dini pada sekitar 40 % dari sebab kematian laki-laki usia menengah (Anis, 2006).
Background: Coronary Heart Disease (CHD) is one of cardiovascular disease (heart disease and vessels disease) which main cause of death in the world. CHD be caused commond mortality and morbidity in the type 2diabetes mellitus (DM). Increasing LDL levels are a major risk factor for CHD.
Berdasarkan hasil penelitian tentang studi pengguaan kombinasi oral antidiabetes dengan insulin pada pasiendiabetesmelitustipe2 periode Januari 2017 – Desember 2017 di Paviliun III rawat inap RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya dapat disimpulkan sebagai berikut :
Background: Hemostasis disorders play an important role on the incidence of morbidity and mortality of patients with Diabetes Mellitus (DM) type 2 and Coronary Artery Disease (CAD). Previous studies in patients with type 2diabetes and CAD patients showed differences in the parameters Tromboelastografi (TEG) that shows the differences in the status of hemostasis compare to control group. Objective: Obtain the difference of hemostasis physiology in patients with type 2 diabetic CAD than non diabetic CAD patients by using TEG.
Pada dekade selanjutnya (tahun 1900-an) banyak sekali publikasi penelitian klinik (clinical trials) yang meneliti efek pengobatan pasien dislipidemia dengan menggunakan obat-obat penurun kolesterol yang lazim disebut sebagai LLD (lipd lowering drugs), baik untuk kolesterol total (TC) maupun LDL-C. Hasil penelitian-penelitian ini membuktikan LLD dapat menurunkan mortalitas akibat PJK (Makmun, et al., 2003).
Suryadipradja, R. Miftah. 2003. Terapi Penurunan Kolesterol pada Pencegahan PenyakitJantungKoroner : Perannya pada Stabilisasi dan Pencegahan Ruptur Plak. In : Lukman H. Makmun, Idrus Alwi, Arif Mansjoer. Prosiding Simposium. Pendekatan Holistik Penyakit Kardiovaskular II. Jakarta : FK UI pp. 100-103