Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuanberpikirkritismatematissiswaSMP yang masih rendah sementara tujuan pendidikan itu sendiri antara lain membekali siswaberpikirkritis. Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuanberpikirkritismatematissiswa, dilakukan pembelajaran dengan metodeinkuiri yang dimodifikasikan. Pembelajaran ini erat kaitannya dengan kemampuanberpikirkritis sehingga diharapkan penerapan pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuanberpikirkritismatematissiswa. Tujuan penelitian kuasi eksperimen ini adalah untuk mengetahui : 1) Apakah peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metodeinkuiri lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode ekspositori, 2) Kualitas peningkatankemampuanberpikirkritissiswa yang memperoleh pembelajaran denga metodeinkuiri, 3) Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metodeinkuiri. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 15 Bandung. Sementara sampel tidak dipilih secara acak, melainkan peneliti memilih kelas sehingga terpilih kelas VII E sebagai kelas kontrol dan kelas VII H sebagai kelas eksperimen. Pokok bahasan yang dijadikan bahan ajar adalah bangun datar segitiga meliputi jenis segitiga, sifat-sifat segitiga istimewa, jumlah sudut dalam segitiga, kelilingdan luas daerah segitiga. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuanberpikirkritismatematis yang disusun berdasarkan indikator kemampuanberpikirkritis menurut Ennis, angket sikap siswa, jurnal harian siswa, dan lembar observasi. Berdasarkan analisis pada seluruh tahapan penelitian dapat disimpilkan bahwa: 1) Peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswa yang memperoleh pembelajaraninkuiri lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori, 2) Kualitas peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswa kelas eksperimen tergolong sedang, sedangkan pada kelas kontrol tergolong rendah, 3) Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metodeinkuiri tergolong positif.
Ryanti Astri Mustikawati, 2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN ANALITIK-SINTETIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP Universitas Pendidikan Ind[r]
Pada dua tahap pertama yaitu kongret-reflektif dan kongkret-aktif, jika dilakukan oleh siswaSMP tidak menjadi masalah. Namun untuk dua tahap terakhir yaitu abstrak-reflektif dan abstrak-aktif, perlu ditelaah lebih lanjut. SiswaSMP berusia sekitar 12-15 tahun secara teoritik sudah berada pada masa peralihan dari berpikir konkret beranjak ke tahap pemikiran abstrak. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Piaget (Dahar, 2011) bahwa individu atau siswa yang berusia 11 tahun ke atas sudah berada pada tahap operasi atau berpikir formal. Dengan memiliki karekteristik sebagai berikut: (1) siswa sudah mampu berpikir hipotesis- deduktif artinya siswa dapat membuat keputusan yang layak berdasarkan hipotesis yang diterimanya; (2) siswa sudah dapat berpikir proposional yaitu dapat membedakan antara pernyataan yang benar atau pernyataan yang salah tanpa dikaitkan dengan benda-benda maupun peristiwa konkret; (3) siswa mampu menyusun desain percobaan dengan cara berpikir kombinatorial, artinya siswa dapat mengkombinasikan kejadian-kejadian yang berasal dari permasalahan yang dihadapkan kepadanya, walaupun tidak melihat peristiwa konkretnya secara langsung; (4) siswa mampu merefleksi proses berpikirnya. Dengan demikian, setiap tahapan pada pembelajaran model Knisley ini dapat digunakan oleh siswaSMP.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menelaah penurunan kecemasan dan peningkatankemampuanberpikirkritismatematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran Knisley, dengan siswa yang memperoleh pembelajaran langsung. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen, yang menggunakan desain kelompok kontrol non ekuivalen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Kabupaten Serang, dengan mengambil sampel siswa kelas VIII SMPN 1 Anyer, Kabupaten Serang. Kelas eksperimen diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Knisley, dan kelas kontrol diberi perlakuan dengan pembelajaran langsung. Masalah yang diteliti yaitu penurunan kecemasan matematis, peningkatankemampuanberpikirkritis, serta hubungan antara kecemasan matematis dengan kemampuanberpikirkritismatematis. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuanberpikirkritismatematis, angket skala kecemasan matematissiswa, dan lembar observasi. Analisis kuantitatif menggunkan independen sample t-test, Mann-Whitney, serta uji Chi Squere. Sedangkan analisis kualitatif dilakukan secara deskritif. Berdasarkan analisa data diperoleh bahwa kecemasan matematissiswa yang memperoleh pembelajaran Knisley lebih rendah daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung. Peningkatankemampuanberpikirkritismatematissiswa yang memperoleh pembelajaran Knisley lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung. Tidak terdapat hubungan negatif antara kecemasan matematis dengan kemampuanberpikirkritismatematis.
Gita Gupitasari, 2015 PENURUNAN KECEMASAN DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KNISLEY Universitas Pendidikan Indonesia | reposit[r]
Gita Gupitasari, 2015 PENURUNAN KECEMASAN DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KNISLEY Universitas Pendidikan Indonesia | reposit[r]
Ryanti Astri Mustikawati, 2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN ANALITIK-SINTETIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP Universitas Pendidikan Ind[r]
Ryanti Astri Mustikawati, 2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN ANALITIK-SINTETIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP Universitas Pendidikan Ind[r]
Iyan Suryani, 2015 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Universitas Pendidikan Indonesia | repositor[r]
Iyan Suryani, 2015 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Universitas Pendidikan Indonesia | repositor[r]
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen tentang peningkatankemampuan pemecahan masalah dan berpikirkritismatematissiswa kelas VIII melalui pembelajaran berbasis masalah, dengan tujuan untuk menelaah peningkatankemampuan pemecahan masalah dan berpikirkritismatematissiswa yang belajar dengan pembelajaran berbasis masalah (PBM) dan siswa yang belajar dengan pembelajaran ekspositori. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri Kota Bandung, dengan sampel dipilih dua kelas secara purposive sample dari dua belas kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh pembelajaran berbasis masalah dan kelas kontrol memperoleh pembelajaran ekspositori. Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan pemecahan masalah dan berpikirkritis. Untuk melihat adanya pencapain dan peningkatankemampuan pemecahan masalah dan berpikirkritismatematissiswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilakukan pengujian dengan menggunakan uji-t dan Mann-Whitney. Hasil pengujian dianalisis dengan menggunakan Minitab 17. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa (1) Pencapaian kemampuan pemecahan masalah dan berpikirkritismatematissiswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori; (2) Peningkatankemampuan pemecahan masalah dan berpikirkritismatematissiswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori.
4. Penerapan metodeinkuiri terbimbing meningkatkan kemampuanberpikirkritis siswa.Setelah dilakukan tindakan dalam tiga siklus, terjadi peningkatan keterampilan berpikirkritissiswa kelas V pada materi daur air setelah menggunakan model pembelajaraninkuiri terbimbing . Berdasarkan hasil tes keterampilan berpikirkritis diperoleh data bahwa pada siklus I siswa yang tuntas mencapai 37%, sedangkan siklus II mencapai 71%, dan siklus III mencapai 87,5%. Persentase ketuntasan tiap indikatoor berpikirkritis juga mengalami peningkatan di tiap siklusnya. Persentase indikator pertama, memberikan penjelasan sederhana di siklus sebesar I 71%, siklus II 74%, dan di siklus III 75%. Persentase indikator kedua, membangun keterampilan dasar pada siklus I sebesar 78%, siklus II 86%, dan siklus III 88%. Persentase indikator ketiga, menyimpulkan pada siklus pertama sebesar 39%, siklus kedua 75%, siklus III 76%. Persentase indikator keempat, memberikan penjelasan lanjut pada siklus I sebesar 52%, siklus II 75%, dan siklus III 79%. Persentase indikator kelima, mengatur strategi pada siklus I sebesar 54%, siklus II 85%, siklus III sebesar 89%.
learning to do, (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Sumarmo (Eka, 2006:1) juga mengemukakan bahwa pendidikan matematika pada hakikatnya mempunyai dua arah pengembangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan kebutuhan masa yang akan datang. Kebutuhan masa kini yang dimaksud yaitu mengarahkan pembelajaran matematika untuk pemahaman konsep dan ide matematika yang kemudian diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan kebutuhan masa yang akan datang adalah pembelajaran matematika memberikan kemampuan menalar yang logis, sistematik, kritis dan cermat, menumbuhkan rasa percaya diri, dan rasa keindahan terhadap keteraturan sifat matematika, serta mengembangkan sikap objektif dan terbuka yang sangat diperlukan dalam menghadapi masa depan yang senantiasa berubah.
Komunikasi yang diharapkan terjalin pada saat pembelajaraan adalah komunikasi efektif yang mendukung proses belajar mengajar. Komunikasi efektif adalah shared meaning, shared understanding di mana keberhasilannya terletak pada keterbukaan, menyimak dengan efektif dan penuh pergertian. Pembelajaran matematika yang kurang melibatkan siswa secara aktif akan menyebabkan siswa tidak dapat menggunakan kemampuan komunikasi matematisnya. Tugas guru bukanlah hanya sebagai pemberi informasi (transfer knowledge) akan tetapi juga sebagai pendorong siswa belajar (stimulation learning) agar dapat mengonstruksi pengetahuan sendiri. Oleh karena itu kemampuan komunikasi matematis memegang peran penting dalam membantu siswa membangun hubungan antara bahasa yang abstrak dan simbol-simbol bahasa matematis yang perlu dikembangkan sejak dini.
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, yang bertujuan untuk mengetahui peningkatankemampuanberpikirkritismatematis dan Self-Efficacy dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Creative Problem Solving, pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive random sampling, yaitu dengan memilih siswa kelas X di salahsatuSMANegerikota Jakarta sebanyak dua kelas sebagai sampel dalam penelitian ini. Penelitian ini terdiri dari dua kelompok pendekatan pembelajaran, yaitu pembelajaran dengan pendekatan Creative Problem Solving (CPS) dan pembelajaran konvensional (PK). kelas pertama mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan CPS dan kelas kedua mendapatkan pembelajaran konvensional. Setiap kelompok terdiri dari 36 siswa yang terbagi kedalam dua kemampuan awal yang berbeda, yaitu tiap kelompok terdiri dari siswa dengan kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah. Data penelitian dikumpulkan melalui tes, angket, observasi dan wawancara.
4. Peningkatankemampuan penalaran matematissiswa yang memperoleh pembelajaran dengan metodeinkuiri lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode konvensional. Walaupun demikian, kedua peningkatan tersebut (baik di kelompok kelas inkuiri atau konvensional) berada dalam kategori sedang.
2. Peningkatankemampuanberpikir kreatif matematissiswa yang belajar dengan pembelajaraninkuiri model Alberta lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari kategori KAM hanya berlaku pada kategori KAM sedang. Siswa kelas inkuiri model Alberta memperoleh skor n-gain 0,41 sedangkan kelas konvensional 0,23.
Tes kemampuanberpikirkritismatematissiswa merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognisi siswa dari masalah yang diberikan. Tes ini diberikan kepada responden agar peneliti dapat mengetahui proses pengerjaan soal oleh siswa sehingga dapat diketahui apakah siswa sudah mampu memecahkan suatu masalah matematika atau belum.
Penulis menyadari Tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharap kritik dan saran yang konstruktif demi perbaikan Tesis ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi siswa, guru, para pembaca dan dunia pendidikan. Aamiin.
kemampuan yang berbeda-beda. Perbedaan yang paling sering diteliti ialah perbedaan berdasarkan gender. Menurut Ashari (dalam Muslalifah, 2015:80), ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam hal kemampuanberpikirkritismatematis misalnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Ganley & Vasilyeva di tahun 2011, namun menurut Tiang dan Huang masih di tahun yang sama, tidak terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal kemampuanberpikir kritisnya. Penemuan ini kemudian menginspirasi penulis untuk meneliti lebih mendalam mengenai kemampuanberpikirkritis, kemampuan represesntasi matematis dan kecemasan matematis ditinjau dari perbedaan gendernya.